Darvo: Tindakan Manipulatif Pelaku Kekerasan Seksual
Dalam kekerasan seksual ada taktik yang sering sekali dipakai para pelaku dalam membela diri. Ia biasa disebut darvo. Apa itu Darvo?
Salah satu hal yang sering terjadi pada korban kekerasan seksual adalah tindakan manipulasi yang dilakukan oleh pelaku. Manipulasi yang dilakukan pelaku pada korban kekerasan seksual disebut sebagai “darvo”.
Apa Itu Darvo?
Darvo adalah singkatan dari Deny, Attack, Reverse Victim and Offender (menyangkal, menyerang, membalikkan peran korban dan pelaku). Darvo merupakan sebuah tindakan manipulatif yang dilakukan oleh pelaku kekerasan untuk mengalihkan tanggung jawab dan menjadikan korban sebagai pelaku atau penyebab kekerasan.
Tindakan darvo ini biasanya dilakukan oleh pelaku kekerasan seksual untuk membuat korban merasa bersalah atas tindakan kekerasan yang telah dialaminya. Pelaku akan menyangkal atau membantah tindakan kekerasan yang telah dilakukannya, menyerang korban dengan mengkritik atau mencaci korban, membalikkan peran korban dan pelaku, dan membuat korban merasa bersalah dan malu atas tindakan kekerasan yang telah dialami.
Tindakan darvo ini dapat menyebabkan korban kehilangan rasa percaya diri, merasa takut, cemas, dan malu, serta enggan untuk melaporkan atau mengungkapkan tindakan kekerasan yang telah dialaminya. Hal ini dapat membuat korban semakin terjebak dalam situasi yang tidak sehat dan berpotensi memperburuk kondisi psikologisnya.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami tindakan darvo yang dilakukan oleh pelaku kekerasan seksual dan memberikan dukungan dan bantuan bagi korban. Masyarakat juga perlu mendukung upaya pencegahan kekerasan seksual dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak perempuan dan anak.
Baca Juga: Batas Antara Fantasi Seksual dan Pelecehan dalam ‘Dear David’
Kekerasan Seksual
Dikutip dari Yayasan Pulih, Mengenali Kekerasan Seksual, kekerasan seksual adalah tindakan kekerasan yang dilakukan dengan memanfaatkan kekuasaan atau ancaman untuk memaksa seseorang melakukan tindakan seksual atau memaksa seseorang untuk melakukan tindakan seksual terhadap dirinya sendiri. Tindakan kekerasan seksual dapat berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan aktivitas seksual tertentu, pelecehan seksual, dan berbagai bentuk tindakan lain yang merugikan dan merendahkan martabat korban.
Baca Juga: Belajar dari Kasus Lesti: Masyarakat yang Suportif, Kunci Lain Penanganan KDRT
Kekerasan seksual sering kali terjadi dalam hubungan yang erat, seperti hubungan pasangan, keluarga, atau lingkungan sosial yang dekat. Tindakan kekerasan seksual ini dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis korban, termasuk trauma, stres, depresi, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Meski kasus kekerasan seksual semakin banyak dilaporkan dan permasalahan ini semakin terbuka di masyarakat, masih banyak pula korban yang tidak melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya. Hal ini bisa terjadi karena rasa takut, malu, tidak percaya pada sistem hukum, atau karena tindakan manipulatif dari pelaku yang membuat korban merasa bersalah.
Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dan mengenali tindakan kekerasan seksual, serta memberikan dukungan dan bantuan bagi korban. Masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pencegahan kekerasan seksual dan pentingnya menghormati hak-hak perempuan dan anak. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan, kampanye sosial, dan dukungan pada lembaga dan organisasi yang bergerak dalam penanggulangan kekerasan seksual.
Darvo Sebagai Alat Penindasan pada Korban Kekerasan Seksual
Darvo seringkali digunakan oleh pelaku kekerasan seksual sebagai alat untuk menindas korban dan mempertahankan kekuasaannya. Pelaku menggunakan darvo sebagai cara untuk menghilangkan rasa bersalah mereka dan menyalahkan korban atas tindakan kekerasan yang telah mereka lakukan.
Baca Juga: Industri Film Sedang Tidak Baik-baik Saja: APROFI Bikin Panduan Penanganan Kasus Kekerasan Seksual
Mekanisme darvo pada korban kekerasan seksual adalah dengan mengurangi rasa percaya diri korban, merendahkan harga diri mereka, dan membuat korban merasa bersalah atas tindakan kekerasan yang telah mereka alami. Pelaku seringkali mengancam korban agar tidak menceritakan tindakan kekerasan yang telah mereka lakukan dan memaksa korban untuk merahasiakan kejadian tersebut.
Dampak darvo pada korban kekerasan seksual dapat sangat merugikan korban. Korban dapat mengalami trauma psikologis, kesulitan dalam membina hubungan interpersonal, dan menurunkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.