Safe Space

Industri Film Sedang Tidak Baik-baik Saja: APROFI Bikin Panduan Penanganan Kasus Kekerasan Seksual

Maraknya kasus kekerasan seksual di industri film membuat APROFI berinisiasi membentuk panduan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

Avatar
  • April 17, 2023
  • 5 min read
  • 787 Views
Industri Film Sedang Tidak Baik-baik Saja: APROFI Bikin Panduan Penanganan Kasus Kekerasan Seksual

Seperti sektor pekerjaan lainnya, industri film juga bisa jadi tempat terjadinya kekerasan seksual. Sayangnya, karena tak ada sistem pencegahan dan penanganan yang baik, banyak kasus terlapor tak ditangani dengan baik. Bahkan, konon banyak perkara yang tak dilaporkan korban karena sistem yang belum bisa menjamin keamanan mereka.

Melihat banyaknya kasus kekerasan seksual yang semakin jamak ini, terutama di Indonesia, Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) meluncurkan Panduan Pencegahan Kekerasan Seksual dalam Produksi Film Indonesia.

 

 

“Alasan kami membentuk panduan ini karena kami melihat belum ada kecukupan dan pemahaman dan juga mekanisme pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual dalam produksi film di Indonesia. Sementara, kami percaya, untuk sebuah karya yang baik, dibutuhkan lingkungan kerja yang menjamin keamanan seluruh pekerjanya. Dan produksi film tidak menjadi pengecualian,” ujar Mira Lesmana, Produser Film sekaligus Dewan Pembina dan anggota Tim Penyusun Panduan APROFI.

Beberapa tahun terakhir, kesadaran untuk menciptakan suasana kerja bebas dari kekerasan seksual ini datang dari beberapa pembuat film dan sutradara perempuan. Beberapa di antaranya adalah Mira Lesmana, Meiske Taurisia, dan Gina S Noer. Dalam produksi filmnya, mereka secara individual membuat klausul anti-kekerasan seksual yang mengikat kru dan seluruh pekerja dalam produksi untuk mencegah dan menangani kasus.

“Ketika tahun 2017, mulai banyak kasus yang terjadi. Para korban ini tidak tahu harus mengadu dan melaporkan kepada siapa, karena saat itu belum ada panduan yang benar-benar resmi,” tambah Mira. Menurutnya rumah produksi seperti Miles (Rumah Produksi milik Mira Lesmana dkk) maupun Palari (Rumah Produksi milik Meiske Taurisia dkk) memang sudah ada panduannya sendiri dalam menangani kasus ini. Tapi karena berdiri sendiri, panduan ini tidak bisa dipakai secara resmi untuk industri keseluruhan. Maka itu, panduan pencegahan yang diterbitkan APROFI dianggap akan punya dampak lebih besar.

Sumber: APROFI

Baca juga: Klausul Pelecehan Seksual dalam Kontrak Kerja Diharapkan Lindungi Pekerja Film

Sanksi Berat Buat Pelaku

Salah satu hal yang diatur dalam panduan ini adalah mekanisme pelaporan yang bisa diambil korban.

Sebelum ke asosiasi, korban harus melapor dulu kepada pihak rumah produksi. Setelah itu, korban akan dikawal untuk mengatasi seperti apa kelanjutan sanksi bagi pelakunya. “Misalnya pelakunya si produser, korban kan enggak mungkin melapor ke produser itu atau yang punya kuasa. Di situ ditulis juga apabila yang melakukan atasan, ini harus dibawa ke asosiasi. Apabila pelakunya anggota Aprofi, di Aprofi ada Dewan Etik, etika si produser bisa dilaporkan, dan misalnya bisa dikeluarkan,” ujar Mira. Sanksi ini diharapkan bikin semua orang berpikir lagi dan akan belajar lebih terkait isu kekerasan seksual.

Panduan ini juga diharapkan akan berdampak lebih besar dan efektif untuk industri karena disusun oleh para produser. APROFI dianggap sangat berpengaruh dalam membentuk panduan pencegahan ini. Karena produser itu sudah seperti pemimpin dalam sebuah produksi.

“Jadi, semua yang kejadian yang terjadi dalam industri ini pasti larinya terlebih dahulu ke produser tersebut. Banyak yang meyakini bahwa produser lah yang bisa membawa  perubahan ini,” tambah Mira.

Mira juga menambahkan meskipun masih jauh dari kata sempurna, dan akan terus disempurnakan dengan menampung masukan dari semua pihak yang mau menerapkannya. Selain pencegahan yang penting, melihat langkah-langkah yang akan digunakan juga penting.

Adinia Wirasti, aktris Indonesia, yang juga hadir dalam acara ini menyampaikan bahwa meluncurkan panduan pencegahan ini adalah sebuah langkah konkret.

“Kami para aktor dan aktris pun jadi bisa lebih berani untuk berkarya, lebih berani bertutur cerita karena film-film Indonesia sudah banyak yang mulai masuk ke internasional. Kami para penyintas jadi lebih berani untuk speak-up. Lebih baik untuk mencegah, karena kalau sudah menjadi penyintas akan sulit untuk menyembuhkannya,” ungkap Adinia Wirasti.

panduan kekerasan seksual dari APROFI
Sumber: APROFI

Baca juga: Pelecehan Seksual di Industri Film dan Kenapa Perlu Lebih Banyak Pekerja Film Perempuan

Selain panduan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, APROFI juga membuat panduan teknis lain, yaitu Standar Operasional Prosedur Adegan Intim dalam Film. Hal ini dibuat mengingat pengambilan adegan dalam film juga memiliki potensi terjadinya kekerasan seksual.

“Panduan pengambilan adegan intim memang secara khusus juga kami buat untuk memproteksi semua pihak yang terlibat dalam pengambilan adegan tersebut, terutama untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan kerja para aktor yang harus melakukan adegan tersebut demi tuntutan skenario. Kami ingin menjaga agar tidak ada trauma yang terjadi kepada pihak manapun yang terlibat dalam sebuah produksi film,” ujar Mandy Marahimin, salah satu anggota Tim Penyusun Panduan APROFI.

Mandy Marahimin juga menambahkan, “Setelah dipelajari, definisi adegan intim ini ternyata sangat luas, tidak hanya melingkupi adegan yang mengesankan terjadi sebuah hubungan seksual, sehingga untuk itu perlu ada panduan khusus.”

Ia juga menambahkan, bahwa panduan ini bersifat terbuka untuk perbaikan dan masukan. Sebab, akan lebih baik jika sesuai dengan konteks dan kondisi produksi film Indonesia.

Panduan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dalam produksi film ini bisa diakses melalui website aprofi.id.

Baca juga: Pelecehan Seksual di Industri Film dan Pentingnya Ruang Aman untuk Penyintas

APROFI sendiri berdiri sejak tahun 2013. APROFI lahir dari kebutuhan dan aspirasi para produser film Indonesia untuk ikut memberikan kontribusi pada pengembangan industri film Indonesia dalam berbagai aspek. Mulai dari pemetaan potensi perfilman Indonesia, regulasi kebijakan yang telah menguntungkan, pengembangan kualitas sumber daya manusia, hingga promosi dan bentuk-bentuk kerjasama internasional  yang lebih baik.

APROFI meluncurkan panduan pecegahan kekerasan seksual
Sumber: APROFI

Bersamaan dengan pengumuman Dewan Pengurus baru, APROFI meluncurkan Panduan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dalam Produksi FIlm. Panduan ini dibuat oleh Tim Penyusun yang terdiri dari Mira Lesmana, Mandy Marahimin, Ifa Isfansyah, Meiske Taurisia, Gina S. Noer, Fauzan Zidni, Linda Gozali, Haykal Kamil, dan Edwin Nazir. Tim ini bekerja sekitar enam bulan sejak akhir 2021 hingga pertengahan 2022 lalu. Dan pada Desember 2022, APROFI merampungkan panduan final yang disebut dengan versi satu.

Ilustrasi oleh: Karina Tungari


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *