Istilah Strawberry Generation, Generasi Kreatif tetapi Rapuh
Belum lama muncul istilah strawberry generation yang menunjuk pada generasi muda kreatif tetapi dianggap lebih rapuh dibanding generasi sebelumnya. Seperti apa generasi ini serta karakteristiknya?
Apa itu istilah Strawberry Generation? Istilah ini mungkin masih asing bagi sebagian orang, tetapi telah menjadi topik perbincangan yang hangat dalam beberapa tahun terakhir di kalangan masyarakat Indonesia. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang dianggap kurang tahan terhadap tantangan dan tekanan, serta cenderung memiliki sifat yang lemah dan rentan. Namun, seiring dengan kontroversi yang muncul, banyak juga yang mempertanyakan validitas dan relevansi dari istilah ini.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam mengenai asal usul istilah ini, karakteristik generasi ini, kontroversi dan kritik yang mungkin timbul, serta cara menghadapi tantangan yang dihadapi generasi ini.
Apa itu Istilah Strawberry Generation?
Menurut Prof. Rhenald Kasali, dalam bukunya yang berjudul Strawberry Generation, Mengubah Generasi Rapuh menjadi Generasi Tangguh, istilah Strawberry Generation adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi muda saat ini yang dianggap kurang tahan terhadap tekanan dan tantangan hidup. Istilah ini berasal dari perumpamaan buah stroberi yang terkenal dengan kelembutannya dan mudah rusak. Istilah ini pertama kali muncul di Taiwan pada tahun 2007 dan sejak itu telah digunakan secara internasional untuk menggambarkan generasi muda di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Generasi muda yang dianggap sebagai strawberry generation cenderung diidentifikasi sebagai mereka yang tumbuh di era modern yang penuh dengan kemudahan dan kenyamanan teknologi, namun kurang memiliki ketahanan mental dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka sering kali dianggap lebih sensitif terhadap tekanan, kurang tahan terhadap kritik, dan cenderung mudah menyerah atau mengeluh ketika menghadapi kesulitan.
Baca Juga: Curhatan Generasi Z: “Kami (Masih) Susah Mengakses Layanan Kesehatan Mental”
Salah satu faktor yang dikaitkan dengan fenomena strawberry generation adalah perkembangan teknologi yang pesat, di mana generasi muda saat ini tumbuh dalam era digital yang penuh dengan pengaruh media sosial, tekanan akademik, dan ekspektasi yang tinggi. Mereka sering kali terjebak dalam pola pemikiran instan dan gratifikasi cepat, dan kurang terlatih dalam menghadapi tantangan yang kompleks dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk diselesaikan.
Karakteristik Strawberry Generation
Generasi Strawberry memiliki ciri-ciri unik yang membedakannya dari generasi sebelumnya. Beberapa karakteristik yang sering dikaitkan dengan generasi ini antara lain:
- Tuntutan Tinggi: Generasi Strawberry cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap kehidupan, termasuk dalam hal karir, pendidikan, dan gaya hidup. Mereka menginginkan hasil instan dan tidak terlalu sabar dalam menghadapi tantangan yang memerlukan waktu dan kerja keras.
- Ketergantungan pada Teknologi: Generasi ini tumbuh dengan akses yang luas terhadap teknologi digital dan internet. Mereka sering kali menghabiskan banyak waktu di media sosial, gadget, dan dunia maya, sehingga terkadang kurang memiliki keterampilan sosial dan interpersonal yang cukup kuat.
- Rasa Sensitif dan Kritis: Generasi ini sering kali memiliki rasa sensitif yang tinggi terhadap kritik atau komentar negatif, bahkan dalam hal yang kecil sekalipun. Mereka cenderung mudah merasa tersinggung atau terhina, dan sering kali merespons secara emosional terhadap kritik atau pendapat yang berbeda.
- Cenderung Individualis: Generasi Strawberry cenderung lebih fokus pada diri sendiri dan kepentingan pribadi, dibandingkan dengan nilai-nilai kolektivitas atau kerja sama. Mereka sering kali mengutamakan kepuasan diri dan keinginan pribadi, tanpa memperhatikan dampak sosial atau lingkungan sekitar.
- Tidak Tahan Banting: Generasi ini sering kali dianggap kurang tahan banting dalam menghadapi tekanan atau tantangan dalam kehidupan. Mereka cenderung cepat menyerah atau merasa putus asa ketika menghadapi kesulitan, daripada mencari solusi atau melanjutkan upaya.
Baca Juga: 4 Isu yang Perlu Diutamakan di Pemilu 2024 Menurut Generasi Z
Kontroversi dan Kritik terhadap Strawberry Generation
Tentu saja, istilah Strawberry Generation juga menuai kontroversi dan kritik. Beberapa pandangan negatif terhadap generasi ini antara lain:
- Ketergantungan pada Kemudahan dan Kenyamanan: Generasi Strawberry sering kali dianggap terlalu bergantung pada kenyamanan dan kemudahan hidup. Mereka cenderung menghindari atau mengeluh ketika dihadapkan pada tantangan yang memerlukan kerja keras atau pengorbanan.
- Kurangnya Kemampuan Menghadapi Kegagalan: Generasi ini sering kali dianggap kurang memiliki kemampuan menghadapi kegagalan atau tantangan dalam hidup. Mereka cenderung mudah merasa putus asa atau menghindari risiko, daripada belajar dari kegagalan dan mengambil pelajaran berharga.
- Kurangnya Keterampilan Sosial dan Emosional: Generasi Strawberry sering kali dianggap kurang memiliki keterampilan sosial dan emosional yang cukup kuat. Mereka cenderung lebih mengandalkan teknologi daripada interaksi sosial langsung, sehingga kadangkala mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif atau membangun hubungan yang kuat.
- Ketidakbersahajaan dalam Menerima Kritik: Generasi ini sering kali dianggap terlalu sensitif terhadap kritik atau komentar negatif. Mereka cenderung merasa tersinggung atau marah ketika dihadapkan pada kritik, tanpa mampu menghadapinya dengan bijaksana atau memahami bahwa kritik adalah bagian dari proses pembelajaran.
- Kurangnya Kepedulian terhadap Lingkungan: Generasi Strawberry sering kali dianggap kurang peduli terhadap lingkungan sosial atau lingkungan alam sekitarnya. Mereka cenderung lebih fokus pada diri sendiri dan keinginan pribadi, tanpa memperhatikan dampak sosial atau lingkungan yang lebih luas.
Bagaimana Menghadapi Tantangan sebagai Generasi Ini
Meskipun generasi Strawberry memiliki ciri-ciri yang kontroversial, bukan berarti mereka tidak dapat menghadapi tantangan atau meraih kesuksesan dalam hidup. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk menghadapi tantangan sebagai generasi Strawberry:
- Menyadari Ekspektasi yang Realistis: Penting untuk menyadari bahwa kehidupan tidak selalu memberikan hasil instan, dan tidak semua harapan dapat terpenuhi dengan mudah. Generasi Strawberry perlu belajar untuk mengatur ekspektasi yang realistis dan siap untuk menghadapi tantangan yang mungkin timbul.
- Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Emosional: Generasi ini perlu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang kuat, seperti berkomunikasi secara efektif, mengelola emosi, dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Hal ini dapat membantu mereka dalam menghadapi situasi sosial yang kompleks atau konflik yang mungkin muncul.
- Mempelajari Keterampilan Resilien: Generasi Strawberry perlu belajar menghadapi kegagalan atau tantangan dengan sikap yang tangguh dan bijaksana. Mereka dapat mengambil pelajaran dari kegagalan dan menggunakan pengalaman tersebut sebagai batu loncatan untuk berkembang lebih baik di masa depan.
- Mengasah Kemampuan Problem Solving: Penting bagi generasi ini untuk mengasah kemampuan problem solving atau pemecahan masalah. Mereka perlu belajar untuk mencari solusi kreatif dan efektif ketika menghadapi tantangan atau masalah, daripada menyerah atau menghindarinya.
- Menjaga Kepedulian terhadap Lingkungan: Generasi “Strawberry” perlu menyadari pentingnya menjaga kepedulian terhadap lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya. Mengambil tindakan yang positif untuk membantu orang lain atau menjaga keberlanjutan lingkungan dapat memberikan makna dan tujuan dalam hidup.
Baca Juga: Untuk Perempuan Generasi ‘Sandwich’: Kamu Berhak Bahagia
Strawberry generation adalah istilah yang menggambarkan karakteristik atau perilaku generasi muda saat ini yang cenderung memiliki kecenderungan tertentu dalam menghadapi tantangan atau menghadapi situasi sosial. Mereka sering kali dianggap kurang tahan terhadap tekanan, sulit menghadapi kritik, dan lebih mengandalkan teknologi daripada interaksi sosial langsung. Meskipun demikian, generasi ini juga memiliki potensi besar untuk menghadapi tantangan dan meraih kesuksesan, asalkan mereka mampu mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan problem solving yang diperlukan.