Culture Opini Screen Raves

Cerita Muram dan Tawa dalam Satu Dekade Seorang Isyana

Musisi perempuan Isyana tak sekadar berbagi kisah muram, gelisah, dan tawa. Ia juga mengajak fansnya termasuk saya, untuk tumbuh bersama.

Avatar
  • June 20, 2024
  • 9 min read
  • 1527 Views
Cerita Muram dan Tawa dalam Satu Dekade Seorang Isyana

Akhir Mei lalu, saya yang kini tinggal di Bandung, sengaja menghadiri konser Journey in Harmony Isyana Sarasvati di Jakarta. Konsernya kecil saja, panggungnya pun minimalis dan tak terlalu tinggi. Namun, karena itulah, para penonton justru bisa lebih intim karena bisa melihat Isyana dari dekat. 

Journey in Harmony digelar selama satu bulan penuh di bulan itu, setiap Rabu malam. Minggu pertama, Isyana membawakan lagu-lagu dari album pertama bertajuk Explore! Minggu kedua Isyana menyanyikan lagu-lagu di album kedua bertajuk Paradox. Minggu ketiga dari album ketiga, yaitu Lexicon, dan minggu terakhir dari album keempat berjudul ISYANA. Saya sendiri memilih menonton di minggu terakhir, karena sudah pernah menonton konser untuk album ketiga, Lexiconcert. 

 

 

Saya merasakan kehangatan luar biasa dari fans berat Isyana atau Isyanation. Mereka bahkan saling bantu supaya satu sama lain bisa melihat Isyana dengan jelas. Misalnya, dengan saling bertukar tempat sesekali. Mereka juga berbagi video rekaman untuk diunggah di media sosial masing-masing. Yang paling bikin saya takjub, mereka hapal semua lirik lagu yang dinyanyikan malam itu. Rasanya seperti bukan menonton konser tapi karaokean bersama Isyana. Padahal, lagu-lagu di album ISYANA banyak yang berbahasa Inggris dan tidak mudah dinyanyikan (ada teknik seriosa juga), tapi penonton tetap sing a long sebisanya, sekerasnya 

Baca Juga: Kenapa Ada Musisi yang Masih Merilis Album Fisik di Era Digital Sekarang Ini?

Saya pulang dengan hati penuh. Setelah intimate concert itu, saya semakin sering memutar lagu-lagu dari album ISYANA. Saya juga mencoba memutar kembali lagu-lagu dari ketiga album Isyana sebelumnya. Lalu saya mengingat kembali perjalanan saya bersama musik-musik Isyana Sarasvati.  Ternyata saya sempat on-off mendengarkan lagu Isyana. Ya bisa dikatakan, saya adalah Isyanation yang terlambat.  

Saya memang mendengarkan lagu-lagu Isyana sejak pertama ia masuk ke industri musik. Saya ingat single pertamanya, Keep Being You (rilis 2014) dengan video klip yang segar sekali pada masanya. Isyana tampil dengan setelan ala girl boss namun tatanan rambutnya tetap feminin. Hanya saja, saya tidak tahu kalau Isyana memenangkan AMI Awards 2015 kategori Pendatang Baru Terbaik Terbaik dan Artis Solo Pria/Wanita Soul/R&B Terbaik.  

Lalu setahun setelahnya, ia merilis single Tetap dalam Jiwa yang sampai hari ini masih jadi salah satu lagu patah hati favorit saya. Kedua single ini akhirnya masuk dalam album pertama Isyana, Explore! Lagi-lagi saya waktu itu tidak tahu kalau Isyana memenangkan AMI Awards 2016 kategori Album Soul/R&B/Urban Terbaik dan kategori Duo/Group/Kolaborasi Soul/R&B/Urban Terbaik dari duetnya bersama Rayi Putra di lagu Kau Adalah. Padahal lagu ini juga salah satu lagu R&B favorit saya sampai saat ini, bahkan saya bisa memainkan ketukan drumnya.  

Saya pernah menyukai lagu-lagu Isyana di album pertama karena easy listening dan liriknya mudah dihapalkan. Video klipnya juga sangat segar dan menarik pada masanya. Isyana di sisi lain, ditampilkan sangat feminin dengan rambut hitam panjangnya. 

Namun, saat Isyana merilis album kedua, perhatian saya rupanya beralih ke penyanyi lain. Saya hanya menyukai satu lagu, yaitu Anganku Anganmu, duet Isyana dengan Raisa. Saat itu, Isyana kerap dibanding-bandingkan dengan Raisa. Lagu Anganku Anganmu diciptakan Raisa bersama Isyana untuk menyatukan fans mereka dan demi menggaungkan woman support woman dalam meraih mimpi bersama. Lagu ini memenangkan AMI Awards 2017 kategori Duo/Group/Kolaborasi Soul/R&B/Urban Terbaik. 

Saya mulai mendengarkan album ketiga dengan sangat terlambat. Saya menemukan video klip lagu Il Sogno terlebih dahulu di YouTube pada saat pandemi. Itu gerbang pertama saya mengenal Isyana yang baru. Intro lagunya sampai verse 1 seperti musik opera, lalu masuk ke verse 2 saya dikejutkan dengan hentakan gitar dan drum hingga lagu berubah genre ke rock progresif. Hah? Isyana jadi kayak gini? Begitu batin saya. 

Keterkejutan saya membuat saya kepo mencari lagu-lagu Isyana sebelum Il Sogno. Saya pun menemukan single Unlock The Key yang sama gilanya dengan Il Sogno. Setelah itu saya baru tahu kalau Isyana sudah merilis album ketiga. Jadi urutannya album Lexicon (2019), single Unlock The Key (2020), baru single Il Sogno (2021). Timeline saya menemukannya yang terbalik.  

Baca Juga: 5 Lagu Indonesia yang Biner dan Heteronormatif

Album Lexicon menemani hari-hari saya di masa pandemi (2021-2022). Hampir setiap malam saya mendengarkan album ini. Lagu untuk hati yang terluka dan Sikap Duniawi seperti mengobati luka-luka hati saya dan menyembuhkannya perlahan, memberikan harapan untuk bangkit. Lagu Pendekar Cahaya adalah lagu jatuh cinta yang membuat saya jadi optimis akan menemukan pendekar cahaya saya sendiri. 

Lirik-lirik di album Lexicon memang paling sastrawi dibandingkan kedua album sebelumnya. Sebagai pembaca buku (dan penulis), album ini membuat saya kembali pada Isyana. Bahkan album ini juga ternyata menyembuhkan musisinya sendiri. Saya baru menemukan cuitan Isyana di X saat merilis album Lexicon. Rupanya sejak 2015 Isyana tidak pernah berani membaca komentar-komentar warganet karena sempat trauma pada komentar yang menyakitkan. 

Saya kutip sedikit: 

“Frustrasi banget. Karena sejujurnya aku kepo banget sama apa yang ada di pikiran kalian dan pengen banget langsung berinteraksi, tapi sebuah hentakan trauma di tahun 2015 itu membuat aku jadi takut sekali dan menutup diri, karena pukulan itu terlalu keras sampai hampir membuat aku menyerah.” 

“Terima kasih LEXICON. Kamu menyembuhkan satu isu pribadiku yang cukup membuat aku agak tersesat di perjalanan karier bermusikku beberapa tahun silam.” 

Lexicon adalah album terakhir Isyana bersama Sony Music Entertainment Indonesia. Saya bisa merasakan Isyana mulai ingin mengeksplorasi genre lain tapi di beberapa lagu ia masih bermain dengan genre pop. 

Selanjutnya, Isyana merilis single Unlock The Key dan Il Sogno bersama label yang didirikannya sendiri: Redrose Records. Jika didengarkan kembali, Unlock The Key seolah simbol bahwa Isyana sudah membuka pintu kebebasannya sendiri dalam bermusik. Dengarkan teknik seriosa Isyana mulai detik 2:29 sampai puncaknya di menit 3:00. Dikutip dari Kompas.com, Isyana sejak kecil memang mendalami musik klasik dan tidak pernah berminat menjadi penyanyi komersial non-classical.  

Saat menonton Lexiconcert tahun 2022, Isyana sudah tampil dengan rambut pendeknya yang dicat merah. Ia sudah bukan penyanyi pop/R&B berambut hitam panjang lagi. Tidak heran jika album terbarunya bersama Redrose Records diberi tajuk ISYANA, karena album ini mewakili musikalitas Isyana Sarasvati yang sesungguhnya. Maksud saya, latar belakang musik Isyana adalah musik klasik, ia menempuh pendidikan di Nanyang Academy of Fine Arts di Singapura dan Royal Music of Collage, London. 

Saya juga baru menemukan akun Instagram [at]isyanasarasvati.soprano yang mendokumentasikan dengan baik penampilan Isyana membawakan musik klasik dan memenangkan berbagai lomba. Jadi, wajar jika ia sempat kesulitan ketika masuk ke industri musik Indonesia karena harus membawakan genre yang baru baginya (pop, R&B), tapi kemudian kini memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi genre lain: Progressive rock, symphonic metal, yang bisa dikolaborasikan dengan vokal soprano-nya.  

Album ISYANA adalah gambaran Isyana Sarasvati yang mau terus belajar, mengeksplorasi banyak genre, mencoba mengombinasikan hal baru, tapi ia juga tetap bisa mengekspresikan kegelisahannya, ketakutannya, kerapuhannya. 

Di track berjudul ISYANA, pendengar bisa menyimak curahan hati Isyana. Ia berani memasukkan tangisannya dalam track itu, dialognya bersama suaminya. Track ini dilanjutkan dengan lagu berjudul Home, yang dinyanyikan Isyana bersama suaminya. Lagu Unlock The Key dan Il Sogno akhirnya masuk ke album ini. Tiga lagu terbarunya: My Mystery, mindlowing! dan Under God’s Plan benar-benar mengeluarkan semua potensi bermusik Isyana. 

Di lagu My Mystery, Isyana menceritakan ‘sisi lain’ dirinya yang orang lain tidak ketahui selama ini. Video klipnya kocak seperti dirinya yang sering disebut “pelawak berkedok penyanyi”. 

Di lagu mindblowing! Isyana lebih energik dengan lirik yang mengajak orang lain menerima dirinya seutuhnya. Sedangkan lagu Under God’s Plan bisa dikatakan sebagai lagu religi anti mainstream, karena menceritakan kekuasaan Tuhan tanpa spesifik pada agama tertentu dan tentu saja genre musik yang tidak biasa untuk lagu religi. Saya bisa merasakan pengaruh musik band Queen di lagu ini. Lalu coba simak Unlock The Key versi Electone yang mirip soundtrack video game petualangan Jepang. Tidak heran album ini mendapat penghargaan AMI Awards 2023 kategori Album Terbaik Terbaik. 
   

Tidak berhenti di situ. Lagi-lagi Isyana diuji. Penggemar Mahalini sempat protes karena merasa penyanyi kesayangan mereka lebih layak mendapatkan penghargaan itu. Saat itu Mahalini memang sedang viral-viralnya di TikTok dan video klip lagu Sial di YouTube sudah menyentuh angka 100an juta views

Saya juga mendengarkan lagu Mahalini, menyukai lagu-lagunya, termasuk lagu Sial, tapi jika album fabula harus bersanding dengan album ISYANA, saya lebih setuju dengan penilaian dewan juri AMI. Lagipula, album fabula sudah memenangkan kategori Album Pop Terbarik AMI Awards 2023. 

Beberapa hari setelah ‘kemarahan’ fans Mahalini mereda, Isyana merilis single berjudul “Ada-Ada Aja”. Mungkin tidak ada hubungannya, tapi saya dan fans Isyana lainnya saat itu cukup terkejut mendengarkan single itu, karena rilisnya sangat mendadak. Biasanya penyanyi atau musisi akan merilis sesuatu memberi teaser-teaser dulu, tapi single “Ada-Ada Aja” betul-betul kejutan dan waktunya sangat pas saat itu. Isyana seolah menjawab ‘keributan’ dengan karya baru. 

Saya malah berharap, suatu hari nanti Isyana bisa membuat karya bersama Mahalini, karena mereka berdua sama-sama penyanyi yang bisa menulis lagu, seperti yang pernah dilakukan bersama Raisa.  

Selama mengikuti perjalanan bermusik Isyana, saya tidak pernah melihat Isyana menjelekkan musisi lain, terutama musisi perempuan. Maka saya, kita, sebagai penggemarnya juga tidak perlu membanding-bandingkan dan mengadu domba. 

Baca Juga: Seksploitasi Penyanyi Perempuan

Raisa, Mahalini, Isyana, punya jalannya dan ujiannya masing-masing dalam berkarier. Jika kini saya lebih mendukung Isyana, itu karena saya merasa lebih cocok dengan musik Isyana saat ini. Saya merasa lebih dekat dengan Isyana setelah mendengarkan kembali musik dan lirik-lirik lagunya, karena itulah sarana Isyana untuk berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya. 

Kini saya tidak hanya kenal satu atau dua lagu, tapi bisa mendengarkan satu album penuh dan bisa merasakan perkembangan musik Isyana dari album pertama hingga album terakhir. Satu dekade bukan waktu yang sebentar. Era Journey in Harmony sudah selesai dan kini ia sudah Lost in Harmony. Saya tidak sabar untuk merayakannya bersama Isyana di konser satu dekade, November mendatang.  

Tenni Purwanti adalah mantan jurnalis yang sedang rehat dari dunia jurnalistik dan memutuskan untuk fokus menulis fiksi dan esai. Bisa disapa di akun @rosezephirine. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Tenni Purwanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *