Kamu Perempuan Lajang di Antara Teman-teman yang Sudah Menikah? Silakan Baca Ini
Tak perlu galau ditinggal teman-teman menikah. Berikut ini berbagai kiat yang bisa kamu lakukan dalam menghadapi pandangan buruk terhadap perempuan lajang.
Apa rasanya menjadi satu-satunya orang yang masih lajang di tengah semua teman yang sudah menikah? Beruntunglah jika kita sesekali masih bisa berkumpul dengan teman-teman dan merasa cocok saat mengobrol. Status hanya mengubah frekuensi kesibukan dan kesempatan bertemu. Pertemanan masih terasa seperti dulu, setidaknya dalam beberapa hal.
Namun, ada juga pertemanan yang lama-lama merenggang. Penyebabnya tidak selalu karena beda kesibukan dan prioritas. Apa pun sebabnya, kamu masih bisa kok, tetap bahagia dan menerima realitas. Yang pasti, ada beberapa strategi yang bisa kamu terapkan saat situasi pertemanan sudah berubah karena pernikahan.
Ketiga situasi berbeda ini mungkin tengah kamu alami sebagai perempuan lajang di antara teman-teman yang sudah menikah. Semoga contoh kasus di bawah dapat membantumu beradaptasi dalam pergaulan beda status ini, ya.
1. Berteman sejak masih sama-sama lajang
Enaknya, kalian sudah lama saling kenal, sehingga tidak kaget lagi dengan sifat masing-masing. Meskipun kamu ikut berbahagia atas pernikahan teman, wajar bila terselip rasa sedih karena seperti ‘ditinggalkan’. Setelah menikah, belum tentu teman masih bisa sering diajak ketemu, apalagi saat mereka punya anak nanti.
Syukur-syukur pasangan teman tidak keberatan kalian tetap berhubungan baik. Lain cerita bila temanmu perempuan punya pasangan dengan tipe posesif yang tidak ingin kalian tetap berteman. Meskipun khawatir dengan kesehatan mental temanmu, kadang kamu hanya bisa berdoa dan berharap teman bahagia atau memilih yang terbaik untuk dirinya.
Bagaimana bila temanmu laki-laki? Jangankan janda, perempuan lajang yang berteman dengan suami orang (serius, HANYA BERTEMAN) saja juga rentan kena stigma. Tidak hanya dicurigai istri teman sebagai ‘saingan’, banyak yang mungkin akan melabelimu sebagai ‘penggoda suami orang’. Tidak peduli kamu hanya berteman biasa dan sudah berusaha menjaga jarak.
Baca juga: Melajang Bukan Karena Tak Ketemu Jodoh, Tapi Karena Jodoh Tak Sesuai Harapan
Bila memungkinkan, cobalah berteman juga dengan pasangan teman. Tunjukkan bahwa kamu tulus ingin mengenal mereka dan menghormati hubungan mereka dengan temanmu. Tegurlah teman laki-laki bila dia termasuk tipe ganjen yang suka memanggilmu ‘sayang’ agar tidak melakukannya lagi. Mintalah dia untuk lebih menghormati dan menjaga perasaan istrinya.
Bagaimana bila istri teman tetap melarang kalian berdekatan lagi? Hmm, ya sudah. Tidak perlu bersedih. Cukup lakukan hal serupa dengan teman perempuan dan suami posesifnya. Kamu masih bisa mencari teman lain atau melakukan banyak kegiatan untuk mengisi waktu luang.
2. Baru berteman saat mereka sudah menikah
Ini lazim terjadi saat kamu baru masuk kerja. Karena sudah merasa cocok saat bergaul di luar jam kantor, kamu dan kolegamu pun berteman. Enaknya, kamu bisa belajar sedikit-sedikit mengenai seluk-beluk pernikahan bila si teman curhat. Namun, berhubung belum kenal lama, hindari terlalu usil bertanya soal pribadi – terutama urusan rumah tangga mereka.
Bila temanmu laki-laki, jangan lupa untuk langsung berkenalan dengan istri-istri mereka. Bukan apa-apa, ini untuk mengurangi kecurigaan dan salah paham yang tidak perlu. Tahu sendiri ‘kan, jahatnya stigma perempuan lajang seperti apa? Belum tentu semua orang di kantormu itu teman. Bisa saja ada yang menyebar gosip tentang kalian berdua, lalu di depanmu berlagak tidak tahu apa-apa.
Sisanya, terapkan cara yang sama seperti situasi pertama. Bersikaplah seperti biasa, apalagi bila jelas-jelas kamu tidak ada perasaan apa-apa dengan teman laki-lakimu.
Kalau ada perasaan kepada temanmu itu, sebaiknya tangani dulu dengan menjauhinya hingga perasaanmu netral kembali. Bisa.
Baca juga: Alasan Sebenarnya Orang Gemar Lecehkan Lajang
3. Begitu menikah, perilaku teman berubah jadi pemaksa dan arogan
Nah, ini yang menjengkelkan. Pertama, karena merasa sudah menemukan kebahagiaan melalui pernikahan, teman lantas berasumsi bahwa kamu yang masih lajang pasti kesepian. Tidak hanya tiba-tiba jadi rajin menasihati agar kamu segera menyusul menikah, teman mulai sering mengkritikmu.
Mulai dari berat badan, caramu berdandan, sampai sikapmu, semua seakan ada kurangnya di mata mereka. Kamu bahkan bisa saja dituduh terlalu pemilih hingga susah mendapat jodoh. Singkatnya, mereka berusaha mencari-cari kesalahanmu sehingga belum menikah juga.
Sakit hati? Pastinya. Kalau sudah begini, kamu bisa bilang kepada mereka bahwa kamu merasa tidak nyaman dengan sikap mereka. Lagi pula, bila memang mereka beragama, harusnya paham dong, bahwa jodoh itu rahasia Tuhan? Tak perlu menjadi pelaku single-shaming, bahkan dengan alasan basi ‘sekadar mengingatkan’.
Kalaupun kamu ingin memperbaiki diri, pastikan kamu melakukannya untuk kebahagiaan dirimu sendiri – bukan untuk menarik minat laki-laki semata.
Ada juga teman yang ujug-ujug berusaha menjodohkanmu dengan sembarang laki-laki tanpa diminta. Bila mereka memang teman yang baik, harusnya mereka bertanya dulu padamu sebelum asal mencomblangkan. Toh mereka juga akan jadi orang pertama yang menerima ucapan terima kasihmu bila upaya menjodohkan mereka berlanjut ke pelaminan.
Ada lagi teman menikah yang mendadak jadi arogan. Mereka mengobrol dengan sesama teman menikah, lalu menganggapmu seperti orang yang belum dewasa. Mungkin maksud mereka cuma bercanda saat melontarkan celetuk: “Ah, kamu mana ngerti. Belum nikah, sih.”
Disadari atau tidak, mereka juga telah menjadi pelaku single-shaming terhadapmu. Mereka merasa superior, pilihan hidup mereka lebih baik, dan lebih dewasa dan bertanggung jawab setelah menikah, lantas dengan mudahnya mereka menganggapmu seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan tidak serius memandang hidup.
Padahal, siapa tahu saat ini kamu sedang menyelesaikan gelar S2-mu, sibuk berprestasi di dunia kerja, atau membantu merawat orang tua di usia senja dan menyokong uang sekolah adik-adik? Bukankah itu juga menunjukkan kedewasaanmu?
Sayangnya, di benak mereka yang masih terpengaruh budaya patriarkal, seorang perempuan baru dianggap benar-benar dewasa dan bertanggung jawab bila sudah menikah.
Dalam situasi seperti ini, kamu bisa memilih untuk menjelaskan pada mereka prioritasmu sekarang. Kamu juga bisa memilih untuk tidak menjelaskan apa-apa. Bila mereka tidak bisa menerima dirimu apa adanya saat ini, berarti ini waktunya kamu pertimbangkan ulang untuk membiarkan mereka tetap dekat denganmu atau tidak.
Tidak Perlu Minder dan Langsung Buru-buru Mencari Pasangan
Ingat, takdir setiap orang berbeda-beda. Sebagai satu-satunya teman perempuan lajang di antara mereka yang sudah menikah, kamu masih dan akan tetap berharga. Tidak perlu minder dan langsung buru-buru mencari pasangan, apalagi demi alasan yang salah.
Kamu terpikirkan untuk jadi seperti teman-teman biar tidak berbeda sendiri? Hei, pernikahan bukan perlombaan. Merasa kesepian? Jangan jadikan ini alasan buru-buru menikah juga karena ada yang kesepian meski sudah menikah akibat masalah komunikasi dengan pasangan. Sekadar pembuktian bahwa kamu bukan penggoda suami orang? Untuk apa? Bukan salahmu sampai dianggap ancaman oleh mereka. Seperti tidak ada laki-laki lain saja.
Kalaupun kamu merasa bahwa pernikahan bukan tujuan utama hidupmu, ya tidak masalah juga. Kamu masih bisa berteman dengan banyak orang dan berkarya, hingga membantu sesama.
Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.