Health Lifestyle Opini

Benarkah KB Spiral Picu Kanker Payudara pada Perempuan?

Kalau pun risiko kanker memang benar meningkat akibat pemakaian KB spiral, risiko ini dapat dikurangi dengan menghindari faktor risiko lainnya.

Avatar
  • November 21, 2024
  • 5 min read
  • 696 Views
Benarkah KB Spiral Picu Kanker Payudara pada Perempuan?

Ada hubungan antara penggunaan KB spiral (IUD) berlapis hormon dan risiko perempuan terjangkit kanker payudara, kata riset terbaru.

Temuan ini penting, tetapi sayangnya pemberitaan sejumlah media cenderung berlebihan–dengan menyebut penggunaan KB spiral berisiko besar memicu kanker payudara–sehingga menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu di masyarakat.

 

 

Agar tidak salah kaprah, mari kita bedah studinya menggunakan penelitian yang melibatkan pengguna KB spiral.

Apa itu KB Spiral?

KB spiral merupakan alat kontrasepsi yang umum digunakan perempuan. Melalui vagina, alat berbentuk huruf T ini dipasang ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.

KB spiral ada dua jenis, yaitu versi lama yang mengandung tembaga dan versi terbaru dengan kandungan hormon. Keduanya sama-sama efektif mencegah kehamilan selama bertahun-tahun. Namun, setelah KB dilepaskan, perempuan tetap bisa subur kembali.

KB spiral berlapis tembaga mencegah kehamilan dengan melepaskan unsur tembaga ke dalam rahim guna menghalangi sel sperma agar tidak membuahi sel telur.

Sementara itu, KB spiral berlapis hormon mencegah kehamilan dengan melepaskan hormon progesteron sintetis bernama levonogestrel secara perlahan. Cara kerjanya mirip dengan progesteron alami tubuh, yaitu dengan mengentalkan lendir serviks sehingga sel sperma tidak dapat membuahi sel telur.

KB spiral dengan kandungan hormon juga memiliki kelebihan tambahan, yaitu meringankan gejala menstruasi sehingga tidak terlalu menyakitkan. Beberapa orang menggunakannya karena alasan ini, meski sedang tidak dalam rangka mencegah kehamilan.

Setelah KB spiral terpasang, tidak sedikit perempuan akan merasakan nyeri atau mengeluarkan bercak darah selama beberapa bulan pertama. Namun, dibandingkan alat kontrasepsi lainnya, KB spiral umumnya lebih dapat diterima dan digunakan secara berkelanjutan oleh perempuan.

Baca Juga: Bulan Kesadaran Kanker Payudara: Dear Penyintas, Kamu Tak Sendirian

Menelisik Hasil Penelitian

Studi baru yang mengaji hubungan antara penggunaan KB spiral berlapis hormon dengan risiko kanker payudara dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Denmark. Risetnya menggunakan data kesehatan nasional dari hampir 80.000 penduduk Denmark.

Peneliti kemudian mengelompokkan pengguna KB spiral berlapis hormon selama dua dekade terakhir. Kelompok selanjutnya adalah orang dengan rentang waktu kelahiran serupa dengan kelompok pertama, tetapi tidak menggunakan KB spiral berlapis hormon.

Idealnya, ketika peneliti mempelajari efek dari tindakan medis, mereka melakukan “uji acak terkendali” sembari menaksir peluang untuk menilai kelayakan seseorang dalam menerima tindakan medis. Tujuannya untuk memastikan agar kedua kelompok memiliki kemiripan perlakuan dan pengondisian, terlepas dari tindakan medis yang diteliti. Sayangnya, hal ini tidak dilakukan oleh tim peneliti Denmark.

Sebaliknya, peneliti hanya mempelajari orang-orang yang telah menggunakan KB spiral berlapis hormon, lalu membandingkan mereka dengan kelompok nonpengguna. Ini bisa menyebabkan kedua kelompok memiliki perbedaan risiko terkena kanker payudara–tetapi bukan karena penggunaan KB spiral, melainkan karena faktor lainnya. Misalnya, perempuan berpendidikan tinggi mungkin lebih cenderung memakai KB spiral maupun menjalani pemeriksaan kanker payudara sehingga kian memperbesar potensi ditemukannya keganasan pada kelompok ini.

Untuk mengelompokkan para partisipan, peneliti juga “menyesuaikan” hasil penelitian dengan hanya mempertimbangkan pendidikan, usia, jumlah anak, jumlah obat yang dikonsumsi, serta kondisi medis lain yang diidap peserta. Akibat “penyesuaian” ini, statistik yang mereka temukan mengarah kepada tingginya risiko kanker payudara di antara kelompok pengguna KB spiral berlapis hormon.

Peneliti justru tidak mempertimbangkan sejumlah faktor risiko pemicu kanker payudara lainnya, seperti berat badan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan intensitas aktivitas fisik. Jikapun faktor risiko ini disertakan untuk membedakan kedua kelompok, hasil penelitiannya mungkin masih bias. Karena itu, saya tidak cukup yakin dengan hasil penelitian ini.

Pada akhirnya, kita tidak dapat mengatakan penggunaan KB spiral dapat menyebabkan kanker payudara–yang ada hanyalah dugaan mengenai “hubungan” atau “keterkaitan” antara keduanya.

Baca Juga: Putus Kontrasepsi dan Hambatan Program Keluarga Berencana Lainnya

Seberapa Besar Risikonya?

Ada dua cara yang digunakan peneliti untuk mengungkapkan risiko peserta terkena kanker payudara, yaitu risiko “relatif” dan “absolut”. Peningkatan risiko relatif sekitar 30 persen dialami perempuan yang menggunakan KB spiral selama lima tahun, 40 persen setelah pemakaian 5-10 tahun, dan 80 persen setelah digunakan 10-15 tahun.

Terdengar seperti risiko yang sangat besar, ya. Faktanya, meski statistik ini membandingkan risiko kanker payudara antara pengguna KB spiral dengan nonpengguna, statistik ini tidak menunjukkan proporsi perempuan yang akan terkena keganasan tersebut. Karena itu, kita perlu meninjau risiko absolutnya.

Angka risiko absolut jauh lebih kecil. Dari sekitar 10.000 perempuan, penelitian menunjukkan sebanyak 14 orang berisiko mengalami kanker payudara setelah menggunakan KB spiral selama lima tahun, 29 orang setelah pemakaian 5-10 tahun, dan 71 kasus setelah penggunaan 10-15 tahun. Secara absolut–dengan mempertimbangkan proporsi dari semua pengguna KB spiral–semua peningkatan risiko ini berada di bawah 1 persen.

Risiko absolut kanker payudara akibat penggunaan KB spiral jauh lebih kecil.
Risiko absolut kanker payudara akibat penggunaan KB spiral jauh lebih kecil. Frame Stock Footage/Shtterstock

Karena itu, kesalahan lain dalam pemberitaan mengenai hasil penelitian ini adalah menyoroti secara dramatis risiko relatif, alih-alih melaporkan risiko absolut yang jauh lebih kecil. Cara ini bertentangan dengan rekomendasi pelaporan karya ilmiah.

Meninjau Penelitian Lainnya

Terdapat penelitian lain yang mengkaji topik serupa, salah satunya penelitian terbaru berskala lebih besar di Swedia yang menggunakan data lebih dari setengah juta pengguna KB spiral berlapis hormon.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan KB spiral meningkatkan risiko relatif terkena kanker payudara sebesar 13 persen–jauh lebih kecil daripada peningkatan risiko keganasan dalam penelitian di Denmark. Persentase ini menambah sebanyak 1,46 kasus kanker payudara dari 10.000 perempuan pengguna KB spiral per tahun.

Senada dengan temuan tersebut, riset telaah cakupan terbaru mengenai topik serupa, juga menemukan risiko kanker payudara pada pengguna KB spiral yang jumlahnya jauh lebih kecil daripada studi di Denmark.

Baca Juga: Kata Islam tentang Kondom dan Kontrasepsi Lainnya: Tak Membunuh Makhluk Hidup

Bagaimana Menyikapi Temuan ini?

Hubungan antara penggunaan KB spiral dengan risiko terkena kanker payudara kemungkinan sangat kecil. Bisa jadi temuan soal ini hanya ilusi statistik semata, alih-alih fakta yang terjadi di lapangan.

Kalau pun risiko kanker memang benar meningkat akibat pemakaian KB spiral, risiko ini dapat dikurangi dengan menghindari faktor risiko lainnya. Sebab, pengaruh penggunaan KB spiral mungkin tidak seberapa, jika dibandingkan dengan faktor risiko kanker lain, seperti berat badan berlebih, minimnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

Jadi, KB spiral mungkin bukan pilihan kontrasepsi yang tepat untuk semua perempuan. Namun, alat kontrasepsi ini masih layak jadi pilihan yang utama dalam mencegah kehamilan.

Brett Montgomery, Senior Lecturer in General Practice, The University of Western Australia.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Brett Montgomery

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *