Lebih Dekat dengan Feminisme lewat FemFest 2017
Feminist Festival menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan teman seperjuangan dan berjejaring dengan organisasi kemanusiaan lainya.
Pada 26-27 Agustus 2017 yang baru lalu, Jakarta menjadi saksi acara penting Feminist Festival, yang untuk pertama kalinya diadakan. Bertempat di SMA 1 PSKD, Jakarta Pusat, Feminist Festival atau FemFest ini diselenggarakan oleh jaringan organisasi perempuan yang sebelumnya telah mengadakan acara Women’s March di Jakarta beberapa waktu lalu. Inisiator acara ini adalah grup Facebook, Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG).
Ide untuk menyelenggarakan FemFest ini tercetus dari keberhasilan Women’s March yang diikuti hampir 700 orang, membuat penyelenggara menyadari bahwa masih banyak yang haus dan ingin tahu mengenai isu-isu perempuan dan feminism. Maka tercetuslah Feminist Festival 2017 atau FemFest 2017. FemFest diadakan sebagai wadah untuk masyarakat agar dapat lebih mengenal apa itu feminisme, karena pada kenyataanya feminisme sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
Ada 21 sesi acara selama dua hari, termasuk diskusi panel dan lokakarya. FemFest tidak hanya terbatas pada isu-isu perempuan, namun juga isu-isu interseksionalitas, seperti feminisme lingkungan atau eco-feminism, perempuan dan media, perempuan pekerja, politik, dan pembentukan kebijakan publik.
Adania Saraswati, mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan di salah satu universitas di Jakarta, mengatakan ia sangat terbantu dengan adanya FemFest. Adania mengatakan dengan menghadiri salah satu diskusi panel mengenai perempuan dan politik, pemikirannya tentang dunia politik dan keterlibatan perempuan semakin terbuka.
“Gue senang ketemu dan dengar langsung sharing dari perempuan yang sudah terjun dalam dunia politik, tapi sedih waktu dengar kapasitas mereka pun masih diragukan, masih diremehkan, perubahan yang mereka lakukan seakan tidak sampai ke kuping masyarakat,“ ujarnya.
Adania mengatakan ia semakin tertarik dengan isu feminisme ekologi dan semakin semangat untuk ikut berkecimpung di dunia politik.
“Karena datang ke diskusi ini, gue jadi semakin aware sama sekitar gue, bahwa memperjuangkan bumi itu bisa mulai dari diri sendiri, kayak mengurangi penggunaan plastik, dan lain sebagainya,“ tambahnya.
Peserta dengan nyaman dan antusias belajar dari para pembicara, yang datang dari berbagai latar belakang, mulai dari aktivis, praktisi dan akademisi, selain saling bertukar pikiran satu sama lain. Mereka tidak hanya datang dari Jakarta, namun juga dari berbagai daerah di Indonesia. Panitia FemFest juga menyediakan 10 beasiswa untuk peserta dari luar Jabodetabek, termasuk dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Di lokasi acara, para peserta juga dapat mengunjungi booth-booth dari berbagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam berbagai isu. Feminist Festival menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan teman seperjuangan dan berjejaring dengan organisasi kemanusiaan lainya.
Ketua panitia FemFest, Anindya Restuviani, atau yang akrab disapa Vivu, mengatakan ia berharap acara ini membuat semakin banyak orang orang yang bergabung dalam gerakan ini dan bersama memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.
“Ini akan membantu masyarakat untuk dapat menentukan dan membuat pilihan mereka sendiri tentang apa yang terbaik untuk mereka,” ujar Vivi.
Baca tentang hasil musyawarah Kongress Ulama Perempuan Indonesia pertama.