5 Artikel Pilihan: Review ‘Barbie’ hingga Obituari Musisi Sinéad O’Connor
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai dari review film ‘Barbie’ (2023) hingga obituari musisi Sinéad O’Connor.
1. Musisi Pemberontak Sinéad O’Connor Meninggal, Ini 5 Fakta Menarik Tentangnya
“Dengan sangat sedih, kami mengabarkan meninggalnya Sinéad yang kami cintai,” terang keluarga penyanyi Sinéad O’Connor, dikutip dari NPR. O’Connor meninggal dunia di usia 56 tahun.
Namanya meroket setelah rilisan album keduanya, I Do Not Want What I Haven’t Got (1990), terjual lebih dari tujuh juta kopi di seluruh dunia. Di tahun yang sama, “Nothing Compares 2 U” dinobatkan sebagai single nomor satu oleh Billboard Music Awards.
Namun, sosok O’Connor lebih dari musisi dan karya musiknya. Baca selengkapnya di sini
2. Matty Healy, ‘White Savior Complex’, dan Ancaman Buat Queer Malaysia
Perilaku kontroversial Matty Healy—vokalis The 1975—di Good Vibes Festival, Malaysia akhir pekan lalu, berujung pada pembatalan seluruh acara. Berdasarkan keterangan di media sosial, pihak penyelenggara menyebut keputusan itu dibuat atas arahan Kementerian Komunikasi dan Digital. Mereka tidak menoleransi siapa pun, yang menentang atau melanggar hukum di Malaysia.
Kejadian berawal saat Healy mengecam hukum anti-LGBT di tengah aksi panggungnya, Jumat (21/7). Healy menyatakan keputusannya ke Malaysia adalah kesalahan.
Baca selengkapnya.
3. Mereka yang Tersisih dari Bangku Sekolah di Mentawai
Merantau jauh dari rumah untuk bersekolah memang tidak gampang buat anak-anak Mentawai. Salah satu momok paling umum adalah kelaparan.
“Penyakitnya anak-anak sini itu banyak maag karena enggak makan. Setiap pagi saya sudah tanya ke mereka, sudah makan belum. Makan pakai apa. Mereka jawab sudah makan tapi lauknya apa? Royco. Kadang bahkan anak-anak ini cuma makan nasi sama garam doang,” ungkap Willy Alfanzah, guru tata boga dan bidang kesiswaan SMKN 2 Kepulauan Mentawai.
Baca artikel lengkapnya.
4. Review Film ‘Barbie’: Saat Barbie Keluar Kotaknya dan Melihat Dunia Nyata
Bak air dan minyak, Barbie dan feminisme dari dulu enggak bisa bersatu. Sebab, Barbie menimbulkan masalah citra tubuh akibat proporsi badannya yang enggak realistis. Namun, Barbie (2023) garapan Greta Gerwig bisa menjembatani citra buruk Barbie. Di saat bersamaan, juga mengupas segala persoalan perempuan dari A-Z lewat sosok Barbie yang dicap antitesis feminisme.
Baca artikel selengkapnya.
5. Jatuh Bangun Buruh Migran Kirim Remitansi: ‘Kami Cuma Dianggap Barang Jualan’
Mungkin kamu familier dengan titel “pahlawan devisa” yang disematkan pemerintah terhadap pekerja migran. Sebab, mereka membantu perekonomian negara lewat remitansi yang rutin dikirim ke keluarga di Indonesia.
Sebagai buruh yang pernah bekerja di Hong Kong, Eni Lestari tak pernah bangga dengan sebutan tersebut. Perempuan yang kini aktif sebagai Ketua International Migrants Alliance itu bilang, “Negara menyebut kami pahlawan devisa, tapi enggak memberikan subsidi saat dibutuhkan.”
Baca artikel di sini.