5 Artikel Pilihan: ‘End Game’ Jokowi hingga Review ‘Hacks Season 3’
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan minggu ini, mulai dari kebijakan kontroversial Jokowi hingga review ‘Hacks Season 3’.
1. The Truth about Manila: The City Has a Lot to Offer Than People’s Prejudices
When I told my friends I was going to Manila for a solo trip, they shared the same reaction: “Is there anything interesting there?”
Well, that kind of reaction was understandable. I could barely name a Filipino popstar, except Christian Bautista with his one hit song, “The Way You Look at Me”. All I have in mind about this country is its fascist former leader, Rodrigo Duterte.
Read the article here.
2. ‘Hacks Season 3’: Kembalinya Duo Komedian Beda Generasi
Hacks mungkin memang buddy comedy, tapi secara struktur ia bisa disebut romantic comedy. Kisahnya tentang dua orang yang sangat berbeda, tapi mereka tidak mau mengakui bahwa mereka jatuh cinta. Perbedaan kedudukan kedua karakternya membuat musim ini terasa segar. Ava dan Deborah tahu bahwa mereka sama-sama mempunyai kecenderungan untuk menyakiti. Sangat menyenangkan sekali menonton sebuah tontonan dimana karakternya menyadari hal ini dan berjuang untuk berubah. Melihat Ava menerima pekerjaan dari Deborah, tapi dengan syarat tertentu membuat Hacks musim ketiga ini berubah.
Baca artikelnya di sini.
3. Mereka yang Berada di Tepian Negara: Homofobia pada LGBTQ+
Kebanyakan orang LGBTQ+ merahasiakan identitas karena beberapa alasan, seperti takut akan stigma, dikucilkan keluarga, tidak bisa mempertahankan pekerjaan, dan dipersekusi oleh kelompok agama.
Tika sendiri bercerita, terpaksa harus mengundurkan diri dari salah satu perusahaan makanan ramen ternama di Indonesia. Suaranya berubah pelan ketika bilang alasannya dipecat karena video ciuman lesbian yang ia unggah di Twitter.
Ini artikel lengkapnya.
4. ‘End Game’ Jokowi, Kontroversi Kebijakan, dan Warisan Politik Dinasti
Pakar komunikasi politik Abdul Rahmah Makmun menjelaskan, dengan latar sebagai pebisnis, Jokowi menjual dan memengaruhi orang. Tak peduli demokrasi atau masa depan negara jadi taruhan sekali pun. Sementara, kita dengan senang hati memberi cek kosong. Padahal kita tahu, citra Jokowi yang populis, merakyat, wong cilik, anak kandung Reformasi ini sebenarnya hanya strategi agar kita kepincut.
Tak lama, sosok aslinya sebagai seorang politisi pragmatis dan oportunis, yang melihat peluang untuk mempertahankan status quo-nya bisa muncul kapan saja. Ia sebenarnya bisa saja lengser dengan bermartabat dan menegakkan kepala, tapi justru menunjukkan jati diri sebenarnya sebagai sebenar-benarnya oligark.
Baca artikelnya di sini.
5. Dari Beban Ganda hingga Bias Pribadi: Lagu lama Hambatan Perempuan Pekerja
Studi terhadap 400 perempuan pekerja informal dari berbagai sektor bisnis menemukan, diskriminasi dalam bentuk unconscious gender bias masih jadi momok pekerja perempuan. Dikutip dari International Labour Organization (ILO), unconscious gender bias merupakan asosiasi mental yang tidak disengaja, terjadi secara otomatis berdasarkan jenis kelamin, dan berasal dari tradisi, norma, nilai, budaya, serta pengalaman sehari-hari.
Baca artikel di sini.