Culture Prose & Poem

5 Rekomendasi Novel Misteri yang Menegangkan dari Penulis Asia

Tak kalah dari penulis Barat, lima novelis misteri Asia ini berhasil bikin kita diliputi ketegangan sepanjang waktu.

Avatar
  • May 30, 2024
  • 7 min read
  • 3360 Views
5 Rekomendasi Novel Misteri yang Menegangkan dari Penulis Asia

Genre misteri selalu punya tempat spesial di hati penikmat novel fiksi. Bak dibawa masuk ke tempat kejadian perkara (TKP), detail kejahatan dan teka-teki pembunuhan yang melingkupinya selalu bikin jatung berdebar. Tak sedikit pula, ada twist mengejutkan dalam teka-teki pembunuhan sampai bikin terjaga semalaman. 

Salah satu legenda novelis misteri yang mungkin kamu familier adalah Agatha Christie. Perempuan kelahiran Inggris itu telah menelurkan 66 novel misteri terlaris di toko-toko buku dunia. Namun jangan salah, banyak juga novelis Asia yang sama piawainya menulis cerita-cerita misteri. 

 

 

Dengan keahliannya, para penulis ini bisa menghadirkan kisah misteri yang juga mengandung kritik sosial. Bahkan beberapa di antaranya menggugat konstruksi sosial budaya yang mendiskriminasi kelompok tertentu. Berikut daftarnya: 

1. Laila Tak Pulang oleh Abi Ardianda 

Novel Misteri Laila Tak Pulang oleh Abi Ardianda

Laila Tak Pulang adalah novel kedua dari penulis Indonesia Abi Ardianda. Novel ini dibuka dengan Gus, lelaki yang menemukan jasad teman perempuannya, Ratna. Ia terbujur kaku dalam posisi melengkung dan tulang leher retak di bak mandi yang dipenuhi air tinta hitam. Selain jasad Ratna, Gus mendapati pisau belati yang mirip sekali dengan milik adik perempuannya, Laila, yang kini tidak diketahui keberadaanya. 

Takut temuan pisau belati itu akan menyeret adiknya dalam kasus pembunuhan, Gus terpaksa tutup mulut. Namun siapa sangka, bungkamnya Gus justru semakin menarik masuk adiknya dalam lingkaran misteri pembunuhan. 

Lewat sosok Gus, pembaca diantar menyelami cara laki-laki ini berpikir dan bersikap tanpa ada jarak. Ini membuat pembaca menginterogasi bias-bias apa yang dimiliki Gus seraya menaruh simpati padanya. 

Setiap detail dan gerak-gerik Gus yang berusaha memecahkan misteri pembunuhan dan hilangnya adik tercinta, sengaja digambarkan dengan latar isu-isu sosial politik, agama, dan gender. Isu-isu ini hadir secara alami dan tak ditampilkan dengan gaya menggurui. 

Yang tak kalah penting, dengan cara ini pula Abi juga bisa membangun asumsi liar di kepala pembacanya. Jangan-jangan, misteri pembunuhan dan hilangnya Laila menyimpan kebenaran yang selama ini disangkal? 

Baca Juga: Sastrawan Perempuan Korea Beri Suara untuk Mereka yang Dibungkam 

2. Second Sister oleh Chan Ho-kei 

Chan Ho-Kei adalah penulis asal Hong Kong yang dikenal piawai menulis kisah misteri. Berbagai penghargaan Sastra ia dapatkan. Bahkan dalam novel debut berjudul The Man Who Sold The World (2011), ia berhasil memenangkan penghargaan tertinggi Shoji Shimada untuk cerita misteri berbahasa Cina. 

Di Second Sister, untuk sekian kalinya Chan Ho-Kei memperlihatkan kebolehannya dalam menulis kisah misteri yang penuh dengan ketegangan dan twist mengejutkan. Kali ini novelnya berkisah tentang remaja perempuan berusia 15 tahun, Siu-Man yang bunuh diri dengan meloncat dari apartemen keluarganya di lantai dua puluh. 

Nga-Yee, kakak perempuan Siu-Man yang selama ini hidup bersamanya, menolak untuk percaya, sang adik bunuh diri. Ia lalu meminta bantuan peretas yang dikenal sebagai N, untuk menyelidiki kasus kematian adiknya. 

Lewat serangkaian penyelidikan N, perlahan-lahan misteri kematian adiknya mulai terungkap. Ternyata semua bermula dari kasus pelecehan seksual yang dialami Siu-Man di transportasi umum. Pasca-pelecehan seksual, Siu-Man sempat melapor polisi dan terduga pelaku berhasil diringkus serta dijatuhi hukuman penjara. 

Saat Siu-Man merasa hidupnya sudah aman, seseorang yang mengaku sebagai keponakan pelaku menuliskan pengakuan mengejutkan di salah satu platform gossip terhits kala itu. Dia bilang kalau tuduhan Siu-Man tidak berdasar. Pamannya tak mungkin jadi pelaku pelecehan seksual. Sebaliknya, Siu-Man dituduh bukan perempuan “baik-baik”. Dari unggahan itu, pembelaan masyarakat terhadap Siu-Man jadi berbalik. Siu-Man mengalami Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) dari para warganet

Dengan bermain dengan isu kekerasan berbasis gender dan kelas, Chan Ho-Kei menggabungkan keahliannya dalam bidang Teknologi Informatika untuk meramu kisah misteri yang membuat pembacanya bertanya. Benarkah KBGO jadi penyebab Siu-Man mengambil keputusan untuk bunuh diri? Atau ada hal lain yang membuat Siu-Man putus asa pada hidup? 

Baca Juga: Perempuan Penulis Mencari Ruang Aman di Dunia Sastra yang Maskulin

3. Out oleh Natsuo Kirino 

Novel misteri judul Out oleh Natsuo Kirino 

Buat pencinta novel misteri, sosok Natsuo Kirino mungkin tak asing lagi. Kirino adalah perempuan penulis novel misteri fiksi terkemuka di Jepang. Karya-karya Kirino bertanya kepada pembaca, apa yang akan mereka lakukan jika hal buruk terjadi pada mereka. Ia andal menjangkau pembaca secara emosional, salah satunya lewat novel laris Out (1977). 

Novel tersebut berkisah tentang empat ibu rumah tangga biasa (Yayoi, Masako, Kuniko, dan Yoshie) dengan bebannya masing-masing. Mereka memiliki nasib yang sama, yaitu tidak memiliki kebahagiaan dan kebebasan. 

Demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin banyak, keempatnya bekerja shift malam di pabrik bento. Suatu hari rutinitas harian mereka ini mulai “terganggu” ketika Yayoi mencekik suaminya hingga meninggal dengan ikat pinggang. 

Berbeda dari novel misteri pada umumnya di mana pembaca dituntun untuk mencari tahu siapa pelaku pembunuhan, tetapi lebih mengikuti usaha pelaku dalam mengelabui semua orang agar terbebas dari tuduhan serta masalah yang menyertainya. Dalam hal ini Yayoi meminta bantuan Masako, teman kerjanya yang paling karib. 

Masako lalu menawarkan uang kepada Kuniko dan Yoshie dengan syarat mereka membantu dirinya membuang potongan-potongan tubuh Kenji yang sudah dibungkus kedalam kantong plastik. Baik Yoshie dan Kuniko setuju dengan syarat Masako karena mereka memang membutuhkan uang. Mereka pun mulai menyebarkan potongan-potongan tubuh itu ke seluruh tempat sampah di Tokyo. 

Dari kisah keempatnya, Kirino menggambarkan kisah suram yang penuh dengan sinisme, ditopang oleh pemikiran karakter yang merasionalisasi tindakan itu. Kirino ingin memperlihatkan bagaimana kekejaman ini tak luput dari permasalahan gender, seksualitas, kelas yang melingkupi para karakternya. 

Namun, apakah dengan demikian tindakan mereka bisa dibenarkan? Semua penilaian dikembalikan kepada pembaca.  

4. The Good Son oleh You-Jeong Jeong 

Novel Misteri The Good Son oleh You-Jeong Jeong

Korea Selatan tidak hanya terkenal dengan K-Pop, drama, atau filmnya saja. Negara Gingseng ini juga dikenal lewat Sastra Modern yang dibanjiri penulis berbakat. Di genre misteri, Korea Selatan punya Jeong You Jeong. Perempuan kelahiran 1966 ini dikenal lewat karya-karya misteri dan salah satu yang terlaris adalah The Good Son (2016). 

Novel ini berkisah tentang Han Yu-Jin, laki-laki berusia 26 tahun yang tinggal berdua bersama ibu. Suatu hari, Yu-Jin terbangun karena bau darah yang begitu menusuk. Ketika kesadarannya sudah penuh, ia baru menyadari bau darah itu datang dari tubuhnya sendiri yang berlumuran darah. Darah yang nyatanya bukan dari miliknya sendiri tapi orang lain. 

Kebingungan dengan kondisinya ini, Yu-Jin kemudian keluar kamar dan menemukan ibunya tergeletak tak bernyawa dengan leher tergorok di tengah genangan darah di kaki tangga apartemen dupleks mereka. Yu-Jin yang divonis mengidap epilepsi kesulitan untuk mengingat apapun yang terjadi kemarin malam. Hanya suara ibu yang memanggilnya berulang kali yang kerap terngiang-ngiang di kepalanya. Apakah sang ibu memintanya untuk minta tolong atau justru memohon kepada Yu-Jin untuk tidak membunuhnya? 

Dengan keadaan kalut, Yoo Jin pun berusaha mencari tahu alasan di balik kematian ibunya dan membangkitkan kembali ingatan masa lalunya. Pada titik ini, rahasia tentang keluarga dan dirinya mulai terkuak. Rahasia yang begitu kelam mengeksplorasi sisi psikologis manusia yang dibalut dalam sebuah pertanyaan penting tentang relasi keluarga dan kekangan sosial. 

Baca Juga: 6 Rekomendasi Novel Feminisme Terbaru 

5. Seri Perveen Mistry oleh Sujata Massey 

India terkenal dengan film-film mereka yang kritis. Pemisahan kelas sosial berupa kasta dan kekerasan terhadap perempuan jadi isu penting yang mereka angkat. Kedua isu ini tak hanya menghiasi layar lebar saja, tapi juga karya sastra. Sujata Massey, perempuan kelahiran India adalah bukti nyatanya. Lewat empat novel, Sujata Massey membawa para pembacanya pada sosok Perveen Mistry, yang sebagian terinspirasi dari tokoh sejarah nyata. 

Berlatar di India Britania pada 1920-an, Perveen Mistry adalah perempuan pengacara pertama yang ada di Bombay, India. Dengan ketegangan konflik kelas, seksisme, dan dinamika keluarga yang kompleks, Perveen Mistry menggunakan posisinya sebagai pengacara untuk menyelesaikan kejahatan dan kekerasan terhadap perempuan dan mencari keadilan bagi mereka. 

Tak ayal, seri Perveen Mistry bisa dibilang adalah novel misteri “terselubung” yang di dalamnya dengan cukup pedas melancarkan kritik terhadap patriarki, kolonialisme, dan rasisme. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *