Issues Safe Space

Bersama Lawan KBGO: Meta sampai AMSI tentang Penanganan Kekerasan Seksual di Ruang Virtual

Kian marak terjadi, berikut beberapa ikhtiar yang dilakukan bersama untuk lawan KBGO.

Avatar
  • August 14, 2024
  • 6 min read
  • 1072 Views
Bersama Lawan KBGO: Meta sampai AMSI tentang Penanganan Kekerasan Seksual di Ruang Virtual

Di tengah pesatnya perkembangan dunia virtual, risiko kekerasan berbasis gender online (KBGO) kian meresahkan. Muncul dalam bentuk yang semakin beragam, jenis kekerasan seksual di ruang virtual terbukti bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. 

Tidak tebang pilih, KBGO sendiri bisa menelan korban siapa saja. Masih ingat kasus grup telegram bernama “Rahasia Mantan” yang sempat ramai pada akhir tahun 2023 lalu? Atau kasus deepfake yang bisa kustomisasi konten pornografi non konsensual pada Juni 2023 lalu? Semuanya bisa terjadi secara acak pada siapapun, bahkan muncul dalam bentuk konten porno palsu dengan kemiripan yang sempurna.

 

 

Tidak terkecuali jurnalis perempuan, kekerasan seksual di ruang virtual nyatanya sering menjadi momok besar bagi kelompok profesi satu ini. Dalam riset Kekerasan Seksual terhadap Jurnalis Perempuan Indonesia (2023), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat, 26,8 persen jurnalis perempuan pernah mengalami kekerasan daring. Sementara 37,7 persen jurnalis mengalami kekerasan daring dan luring. Di antaranya menerima teks dan audio visual bersifat seksual dan eksplisit, penghinaan bersifat seksual, serta body shaming. Dari hasil penelusuran Magdalene, nyatanya masih rentan alami kekerasan seksual online. 

Baca juga: Laporan TaskForce KBGO: Sekolah Masih Jadi Prepetator Buat Korban KBGO Anak

Perlindungannya pun minim. Kultur industri media yang maskulin masih jadi perkara utama dalam proses pencegahannya. Perlu ada upaya lebih dalam penanganan persoalan satu ini. KBGO nyatanya bisa saja terjadi di dalam ruang-ruang redaksi. 

Berangkat dari hal ini, Magdalene bersama Indonesia Media Development Program, mengajak seluruh pegiat industri media untuk turut terlibat dalam sebuah Kompetisi Jurnalistik KBGO, “Menulis tentang KBGO, Merawat Ruang Aman Bersama”. Dibuka pada (5/7) lalu, kompetisi ini ditujukan pada para pegiat media (jurnalis dan kreator konten) untuk menciptakan ruang online yang lebih aman. Jurnalisme yang baik adalah yang kritis dan sensitif terhadap ketidakadilan. Untuk itu, kompetisi ini diharapkan bisa menjadi langkah nyata dalam memelihara ruang virtual yang aman. 

Selain mengadakan kompetisi jurnalistik KBGO, Magdalene juga turut mengadakan sebuah hybrid talkshow dengan tema “Media Melawan KBGO” pada (8/8) lalu di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Sebagai acara puncak dari kompetisi jurnalistik, gelar wicara ini turut mengundang Yovantra Arief, Direktur Eksekutif Remotivi, Citra D. Prastuti, Wakil Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia, ⁠Novita Sari, Sekretaris Nasional Forum Pengada Layanan, ⁠Ryan A. Sukmadja, Tim Penyidikan dan Ahli UU ITE Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Kemenkominfo RI, dan juga Dessy Sukendar, Policy Programs Manager Meta (Indonesia). 

Beriringan dengan tema kompetisi, pada kesempatan kali ini, masing-masing pembicara menyebutkan apa saja kritik dan juga upaya yang bisa dilakukan untuk sama-sama melawan KBGO. Dari Meta sampai Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), masing-masing perwakilan perusahaan media, asosiasi, pemerintah, dan juga penyedia layanan, punya tanggapan, kritik, dan langkah tersendiri untuk saling jaga ruang virtual dan melawan kekerasan berbasis gender online

Jakarta, Indonesia. August 9, 2024. Magdalene, Hybrid Talkshow. Media Melawan KBGO. Photo by Toto Santiko Budi/Magdalene.

Baca juga: Curhat Penyiar Radio: Kami Juga Diobjektifikasi dan Jadi Korban KBGO

Modul KBGO Sampai Upaya Kolaborasi Global

Mengawali sesi diskusi, Citra D. Prastuti, Wakil Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), menuturkan bahwa AMSI sendiri baru saja meluncurkan sebuah Modul dan SOP Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO), pada 23 Juli lalu di Jakarta. Peluncuran modul ini merupakan sebuah upaya konkret dalam melawan KBGO, khususnya KBGO yang terjadi di perusahaan media. Melalui SOP ini, diharapkan semua bagian di industri media paham bahwa KBGO adalah isu yang penting. 

Dengan pendekatan reputasi dan keuntungan perusahaan secara bisnis, Citra menuturkan bahwa modul ini bisa jadi fasilitator agar sirkulasi “jualan” media tetap terjaga. Hal ini penting untuk reputasi dan keberlanjutan bisnis. Dengan pencegahan dan penanganan KBGO yang komprehensif di perusahaan media, reputasi akan kian terjaga.

“SOP ini sebetulnya dimunculkan agar seluruh manajemen itu paham bahwa isu ini (KBGO) adalah isu yang penting. Buat AMSI sendiri, kemudian kita bungkus ini jadi sesuatu yang penting untuk keberlanjutan bisnis gitu. Media itu kan jualannya reputasi. Maka dari itu, kalau ingin bisnisnya berkelanjutan, media perlu pertahankan reputasi itu, salah satunya lewat menerapkan SOP dan Modul ini,” papar Citra. 

Selain Citra dari Asosiasi Media Siber Indonesia, Dessy Sukendar, Policy Programs Manager Meta (Indonesia), juga turut memaparkan apa saja upaya yang dilakukan oleh Meta, sebagai platform digital yang selama ini mewadahi proses sirkulasi konten media. Pada dasarnya Meta melihat bahwa kerentanan yang terjadi di dunia nyata pasti terefleksikan juga di dunia maya. Maka dari itu, Meta memiliki beberapa regulasi penanganan, salah satunya penerapan standar komunitas, yang melibatkan para analis untuk menurunkan konten. 

“Pada dasarnya, nudity violence, bullying, harassment, sexualization, termasuk adult sexualization, minor sexualization, dan adult solicitation, tidak boleh ada dan terpampang di platform (Meta) gitu. Sudah ada mekanisme untuk penurunan konten yang disesuaikan dengan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM), dan juga standar komunitas Meta. Sistem ini melibatkan kombinasi standar mesin dan juga para analis yang bisa mengevaluasi konten,” papar Dessy. 

Selain menerapkan prosedur dan standar komunitas, Dessy menuturkan bahwa Meta juga punya prosedur global tersendiri untuk menangani kasus kekerasan seksual yang terkait dengan anak di bawah umur. Hal ini meliputi kolaborasi dengan National Center for Missing & Exploited Children (NCMEC), dan juga aparat penegak hukum di seluruh dunia. Upaya ini merupakan sebuah langkah progresif dari Meta. Secara spesifik, diharapkan, data yang didapat bisa membantu proses penyidikan dan penyelidikan di kepolisian.

Jakarta, Indonesia. August 9, 2024. Magdalene, Hybrid Talkshow. Media Melawan KBGO. Photo by Toto Santiko Budi/Magdalene.

Baca juga: Tantangan Advokat Gender Dampingi Korban KBGO

“Terkait dengan kasus minor atau di bawah umur itu bahkan ada layer penanganan tersendiri. Karena kita perusahaan Amerika, kita perlu berkolaborasi dengan NCMEC, National Center for Missing and Exploited Children untuk penanganannya. Ketika ada kasus, hal ini kita sampaikan NCMEC. Kemudian, informasi itu akan diproses oleh FBI dikirimkan ke semua APH (aparat penegak hukum) di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Jadi Bareskrim Indonesia pun menerima materi ini untuk membantu penyelidikan mereka,” jelas Dessy. 

Khusus untuk kasus non-consensual dissemination of intimate images (NCII), Dessy menuturkan bahwa Meta merekomendasikan penanganannya melalui sebuah laman resmi, yaitu stopncii.org. Di dalam laman ini, korban bisa langsung mengunggah konten NCII yang tersebar. Secara otomatis, stopncii.org akan membuat sidik jari digital untuk mengenali konten serupa di platform lain, kemudian memblokir konten tersebut agar tidak semakin banyak tersebar. Tingkat penghapusan materinya pun tergolong tinggi. 

“Jadi kalau diancam gitu, atau mengalami sex tortion, upload saja materinya. Kemudian secara otomatis, web akan membentuk sidik jari materi di situ. Removal rate-nya cukup bagus kok. Jadi selama dia aktif 2 tahun 2 atau 3 tahun belakangan ini, removal rate-nya akurat sampai 90 persen,” tambah Dessy.

Selain paparan pencegahan dan penanganan yang diupayakan oleh perusahaan dan platform, dalam sesi diskusi, Yovantra Arief (Yoyon), Direktur Eksekutif Remotivi, juga turut menambahkan upaya perlawanan KBGO lewat konten yang diproduksi oleh media. Pada kesempatan tersebut, Yoyon memaparkan bahwa hal ini dapat dilakukan dengan kehati-hatian menentukan perspektif pemberitaan. Selain itu media juga bisa menyampaikan konten KBGO dengan penjelasan yang luas, terstruktur, dan komprehensif.

“Kalau dia media jurnalistik, sebenarnya ada tiga pegangan yang bisa dilakukan. Pertama, membuat pemberitaan yang berperspektif korban. Kemudian, pastikan selalu berupaya untuk raising awareness dalam konten-kontennya. Pastikan bisa dipahami oleh masyarakat awam. Ketiga, pastikan pemberitaan ini bisa ditulis secara luas. Bukan hanya fokus pada kasus si A, misalnya. Pemberitaan itu harus bisa menghubungkan kasus yang partikular kecil-kecil dengan isu yang lebih besar,” jelas Yoyon.

Pengumuman pemenang Kompetisi Jurnalistik KBGO, “Menulis tentang KBGO, Merawat Ruang Aman Bersama” bisa diakses lewat tautan berikut https://bit.ly/PengumumanPemenangKompetisi.



#waveforequality


Avatar
About Author

Syifa Maulida

Syifa adalah pecinta kopi yang suka hunting coffee shop saat sedang bepergian. Gemar merangkai dan ngulik bunga-bunga lokal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *