‘Mindfulness’ di Era Digital: Bagaimana Melatih Otak Tetap Fokus di Dunia Serba Cepat?
Lelah karena banjir debit informasi? Kamu bisa mulai praktik mindfulness.
Di era digital ini, arus informasi datang tanpa henti. Berita terbaru, surat elektronik, hingga konten media sosial, memenuhi gawai kita setiap harinya.
Kondisi ini menyebabkan kita mengalami information overload atau kelebihan informasi, yaitu situasi di mana seseorang terpapar jumlah informasi yang berlebihan sehingga sulit untuk memproses dan menyaring informasi tersebut secara efektif.
Banjir informasi yang melebihi kapasitas otak memicu terjadinya cognitive overload atau kelebihan beban kognitif. Ini dapat menyebabkan kita kesulitan dalam mengambil keputusan, menurunnya kemampuan berpikir kritis, serta munculnya stres atau kelelahan mental.
Ketika mengalami kelebihan beban, otak cenderung mengambil “jalan pintas” yang disebut evaluasi heuristik. Ini adalah strategi kognitif untuk membuat keputusan cepat dengan cara menyederhanakan masalah atau mengabaikan sebagian informasi.
Meskipun evaluasi heuristik membantu otak memproses banyak informasi dalam waktu singkat, keputusan yang diambil dengan cara ini sering kali kurang tepat dan cenderung irasional.
Praktik mindfulness bisa menjadi solusi mengatasi masalah ini. Mindfulness menciptakan jarak antara diri kita dengan arus informasi yang terus-menerus, memberikan ruang bagi otak untuk beristirahat, dan membantu kita mengelola informasi di era digital yang serba cepat dengan lebih bijak.
Baca juga: Sedikit-sedikit ‘Mindfulness’, Apa Kata Ahli Tentang itu?
Apa Itu Mindfulness?
Mindfulness adalah teknik untuk mengembangkan kesadaran tanpa menghakimi perasaan, pikiran, dan lingkungan kita saat ini.
Teknik ini bisa membantu kita menghindari kebiasaan dan respons negatif dengan cara mengamati pikiran dan emosi, serta menggunakan pernapasan dan tubuh sebagai penyeimbang. Kesadaran akan reaksi otomatis ini bisa memungkinkan kita merespons situasi dengan lebih tenang dan efektif.
Seiring dengan latihan yang konsisten, mindfulness dapat memperbesar bagian otak yang dikenal sebagai prefrontal cortex, yang bertanggung jawab atas proses kognitif dan pengambilan keputusan. Dengan demikian, kita menjadi lebih mampu menyaring informasi yang relevan dan bermanfaat.
Studi menunjukkan bahwa praktik mindfulness dapat meningkatkan perhatian dan membantu individu untuk lebih fokus, sehingga memperbaiki cara otak memproses informasi. Dengan begitu, mindfulness dapat membantu mengatasi masalah cognitive overload.
Baca juga: Usir Stres Kerja dengan 3 Teknik Meditasi dan ‘Mindfulness’ Ini
Bagaimana Cara Memulai Praktik Mindfulness?
Ada banyak cara untuk membangun keterampilan mindfulness, misalnya dengan mengikuti pelatihan atau belajar secara mandiri untuk mempelajari beberapa praktik dasar.
Untuk memulai praktik mindfulness dasar, terdapat tiga langkah utama yang dikenal sebagai Intention, _Attention, dan Attitude (IAA).
1. Intention (intensi): Langkah pertama adalah niat untuk memulai praktik mindfulness. Niat ini menjadi dasar yang sangat penting untuk memulai dan mempertahankan mindfulness.
2. Attention (atensi): Langkah kedua adalah melatih kemampuan untuk hadir di momen saat ini. Meskipun tampaknya sederhana, ini membutuhkan disiplin diri. Meditasi atau latihan pernapasan, misalnya, adalah cara yang baik untuk melatih fokus dan memperkuat kemampuan atensi.
3. Attitude (sikap): Terakhir, sikap adalah langkah yang sangat penting dalam menjaga praktik mindfulness agar berkelanjutan. Sikap seperti keterbukaan, rasa ingin tahu, dan penerimaan diri akan membantu mindfulness menjadi lebih dari sekadar latihan sementara, melainkan gaya hidup yang terus berlanjut. https://www.youtube.com/embed/Se971VQf8w8?wmode=transparent&start=0
Saat ini, terdapat banyak video dan aplikasi yang bisa diunduh secara gratis untuk meningkatkan pemahaman mengenai mindfulness dan mempraktikkannya secara mandiri.
Baca juga: Tips Hidup ‘Mindful’ di Tengah Kesibukan, Agar Hati Tenang
Adopsi Praktik Mindfulness di Lingkungan Kerja Digital
Praktik mindfulness kini juga mulai diadopsi di lingkungan kerja. Beberapa perusahaan di dunia sudah mulai memfasilitasi praktik ini untuk menjaga kesehatan mental karyawan mereka.
Studi terbaru menunjukkan bahwa mindfulness bisa membantu mengurangi stres di lingkungan kerja digital– yang trennya meningkat sejak pandemi.
Praktik mindfulness ini bisa sesederhana berhenti sejenak untuk mengambil napas dalam atau menjauh dari teknologi untuk waktu singkat.
Riset membuktikan bahwa karyawan dengan tingkat mindfulness lebih tinggi cenderung tidak mudah merasa kewalahan oleh teknologi. Mereka juga lebih mampu mengubah kebiasaan digital mereka ke arah yang lebih baik.
Perubahan ini termasuk menetapkan batasan seperti aturan kapan dan bagaimana mereka terlibat dengan teknologi, misalnya dengan mematikan notifikasi, mengelompokkan surat elektronik, atau mematikan perangkat di akhir hari kerja.
Beberapa partisipan juga menggunakan praktik mindfulness singkat untuk mengatur interaksi mereka dengan teknologi dan menjaga kesehatan fisik serta mental saat bekerja secara digital. Kegiatan seperti istirahat sejenak, berjalan kaki, atau membuat secangkir teh dinilai sangat bermanfaat.
Untuk membantu karyawan berkembang selama transformasi digital yang terus berlangsung di tempat kerja, organisasi harus mempertimbangkan cara mendukung staf dengan keterampilan digital dan praktik mindfulness.
Namun, terlepas ada atau tidaknya dukungan organisasi, praktik mindfulness yang sederhana tetap dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja.
Di tengah kesibukan dan kebisingan dunia digital, menemukan momen untuk berlatih mindfulness bisa menjadi langkah kecil yang membawa dampak besar bagi kesehatan mental dan kognitif kita. Jadi, kapan kamu akan memulainya?
Arifatus Sholekhah, Research Officer, Center for Digital Society (CfDS), Universitas Gadjah Mada
Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.