Mobil Curhat Jakarta adalah Bukti Ridwan Kamil ‘Gaslighting’ Warga
Daripada membenahi kemacetan Jakarta dengan kebijakan konkret, Ridwan Kamil menawarkan mobil curhat berisi psikolog dan ustaz untuk menghalau stres.
Belakangan semakin sering kita lihat para politisi dan pejabat publik gaslighting warga. Mereka sengaja mengambinghitamkan orang lain dengan tujuan bikin publik bingung. Atau yang lebih parah, menyamarkan kritik utama. Contohnya saat pemerintah Lampung mengkriminalisasi Bima, TikToker yang mengkritik jalanan rusak di sekitar tempat tinggalnya pada 2023.
Contoh gaslighting terbaru menurut saya dipamerkan oleh Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut satu, Ridwan Kamil-Suswono. Setelah ngide bikin kebijakan “Hidup-Kerja di 1 Lokasi Jakarta”, menyadur Kumparan, mereka come back dengan ide lain yang membuat saya semakin ingin pindah dari kewarganegaraan Konoha ini.
RK pada (2/11) lalu mengenalkan Mobil Curhat di Graha Wiranesia, Cilandak, Jakarta Selatan. Ia mengeklaim mobil ini adalah solusi bagi masalah stres warga Jakarta yang terbilang cukup tinggi. Nantinya warga yang tertekan hadapi kemacetan, polusi, dan banjir bisa punya wadah buat teriak, curhat, bahkan melampiaskan kekesalan dengan pukul-pukul barang.
“Kita ada dinding teriak dulu karena curhatan dari warga. Jadi ada yang teriak, ada yang pukul-pukul apa, nanti kita fasilitasi,” kata RK kepada Kumparan.
Buat warga Jawa Barat macam saya, ide ini enggak cuma ngawur tapi juga bukti kalau RK enggan memikirkan solusi konkret atas berbagai benang kusut di Jakarta. Meminjam istilah Ika Karlina Idris, Dosen Paramadina di The Conversation, gaslighting, maka RK adalah sebenar-benarnya pejabat publik yang melakukan praktik ini.
Kenapa saya bilang begitu? Sebab, RK sengaja memanipulasi warga yang mengeluhkan kemacetan dan tata kota semrawut agar mereka percaya bahwa masalah sebenarnya bukanlah itu. Sebaliknya, masalah utamanya ada di kepala warga yang “Kenapa harus merasa tertekan dengan kondisi macet yang sudah biasa?”
Mengutip sumber yang sama, teknik manipulasi ini kerap dilakukan politisi seperti Donald Trump dan Bill Clinton saat berkampanye di Pemilu Amerika Serikat (AS). Seperti warga AS, warga diyakinkan oleh RK bahwa solusi kemacetan bukan dengan memperbagus moda transportasi massal yang layak dan terjangkau, tapi ngobrol dengan psikolog atau ustaz di dalam mobil curhat.
Baca juga: Hidup-Kerja di 1 Lokasi Jakarta: Tak Semudah itu, Pak Ridwan Kamil
Pernah Dilakukan di Jabar, Gagal, Diulang Lagi Kegagalannya
Di Jawa Barat, ide serupa pernah digagas RK saat menjadi Wali Kota Bandung. Namanya Program Kendaraan Konseling Silih Asih Juara (KEKASIH JUARA) Bandung. Menyadur berita Dinas Kesehatan Bandung, mobil curhat yang diresmikan pada 2017 ini bertujuan untuk meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat Kota Bandung dengan menekan pengaruh emosi negatif melalui berbagai konseling.
Namun, dari laman resmi media sosialnya, KEKASIH JUARA sendiri terakhir mempublikasikan kegiatannya pada 2020 lalu. Setelah itu, tidak ada dokumentasi atau kabar lain terkait program mobil curhat ini.
Keefektifan program semacam ini sebenarnya pernah dikaji oleh Anita Rahmawati, mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung. Dari risetnya yang bertajuk “Efektivitas Program Kendaraan Konseling Silih Asih (Kekasih Juara) Di Dinas Kesehatan Kota Bandung” menemukan, program mobil curhat KEKASIH JUARA kurang efektif. Sebabnya, keterbatasan armada dan proses sosialisasi yang minim.
Baca juga: Kebiasaan Ridwan Kamil ‘Nge-pin’ Komentar Netizen: Hati-hati Perundungan, Pak!
Bukan Curhat yang Kami Butuhkan
Bicara stres kolektif warga Jakarta, sebenarnya ini tergolong dalam stres perkotaan atau urban stress. Dari European Environment Agency, urban stress diartikan sebagai kondisi ketegangan mental yang terjadi karena masalah di yang umum terjadi di perkotaan, yakni kemacetan, sampai polusi udara yang tinggi.
Dari Good Stats, survei yang dihimpun oleh William Russell, Expat Insurance For Individuals & Businesses, menunjukan Jakarta termasuk 7 kota dengan tingkat stres tertinggi di Asia tenggara. Menyusul Phuket, Jakarta memiliki skor 4,72 dari 10 dengan segudang permasalahannya, yakni kemacetan lalu lintas, banjir, sampai pelayanan infrastruktur yang kurang memadai.
Jenis stres seperti ini tentu butuh penanganan lebih dari sekadar curhat personal. Dalam riset bertajuk “Explaining Strategies to Reduce Urban Stress” (2023) dijelaskan, alih-alih diselesaikan secara individual, seperti yang dilakukan oleh RK dengan mobil curhatnya, urban stress yang notabene merupakan masalah struktural, butuh penyelesaian masif dan jauh lebih komprehensif. Hal ini meliputi upaya mengurangi angka kesenjangan kemiskinan, polusi udara, sampai memperbanyak ruang terbuka hijau.
Baca juga: Anjuran Suswono Janda Kaya Nikahi Pengangguran: Sudah Seksis, Objektifikasi Pula
Persubur Stigma Gangguan Kesehatan Mental
Selain itu, ide RK soal mobil curhat keliling ini juga dikhawatirkan bisa mempertebal stigma tentang gangguan kesehatan mental di Indonesia. Sebelumnya, melansir laman resmi Kementerian Kesehatan RI, penderita gangguan jiwa sendiri masih sering mendapat stigma sehabis mengakses layanan kesehatan. Dengan konseling di mobil curhat yang ada di ruang terbuka, pengguna layanan pun akan terekspos dengan jelas dan privasi jadi hal yang akan sulit didapatkan dalam kondisi ini.
Kerahasiaan dan penjagaan privasi sendiri merupakan bagian dari etika pemberian layanan konseling kesehatan mental. Dalam American Psychological Association (APA), kerahasiaan jadi aspek penting yang perlu dijaga agar klien dapat merasa aman dalam menuturkan keluh kesahnya pada psikolog atau konselor.
Kepada Tempo, Mira Amir, Psikolog dari Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa menuturkan, konseling di mobil curhat dapat memunculkan risiko bocornya data klien dari dokumentasi program. Dari sini aktivitas konsultasi dapat tersebar. Ia pun menyarankan untuk mengoptimalkan layanan kesehatan mental di Puskesmas, ketimbang meluncurkan gagasan baru mobil curhat.
“Mengapa tidak coba maksimalkan yang sudah ada lebih dulu?” tutur Mira.