Puisi Nubuat
Bilah-bilah tubuhku tercecer ketika hewan liar yang lapar itu telah mengoyak
I/
Hidup merangkak dari tulang-belulang
Terseok-seok di tengah padang ilalang
Siapa mengintai di ujung sana
Bajingan lain atau bayang-bayang
Yang tampak beringas dengan taring tajam
Aku katakan bahwa
“Bilah-bilah tubuhku tercecer ketika
Hewan liar yang lapar itu telah mengoyak
Pakaian, rambut, lalu menyeret degup jantungku
Ke dalam gelap yang lebih pengap
Tinggal anyir liur dan bau darah yang asing
Merebak di seluruh permukaan subuh”
Beberapa burung pipit terbang melintas ladang
Kulihat tubuh lain tergeletak mengurai luka
Di perutnya, musim membukit membuat sebuah pusara
Baca juga: Mata di Ujung Cahaya
II/
Dan catatlah pengakuan:
Aku perawan yang memberikan rahim kepada waktu
Sebelum sekawanan serigala membuang anak
Ke dalam jurang tubuhku
Kini Yusuf hidup dalam sumurku
Meringkuk di antara lumut dan rasa takut
Ia terus menyebut nama-nama bintang
Juga bulan dan matahari silih berganti
Dalam haus, bagai zikir yang tak kunjung putus
Sementara telah lama aku kering dan habis air mata
: bawalah cinta pada pengembaraan berikutnya
Setelah kau pergi kuinginkan mimpi
Dengan nubuat yang lengkap
Bagaimana para perempuan di rumah Zulaikha
Membawa pisau yang mengiris tangan mereka
Untuk mengupas nama-nama pemerkosa
Yogyakarta 2020
Baca juga: Sajak Aan Mansyur 4: Ibuku dan Aku