Awas! Ini Bahaya Oversharing di Sosial Media yang Perlu Kamu Tahu
Tahukah kamu? Terlalu banyak berbagi di media sosial bisa berbahaya. Temukan alasan dan cara untuk mencegahnya!
Oversharing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang membagikan informasi pribadi secara berlebihan, baik di dunia nyata maupun di platform digital seperti media sosial. Informasi yang dibagikan sering kali mencakup detail intim atau sensitif yang mungkin seharusnya tetap menjadi privasi. Hal ini bisa meliputi cerita tentang masalah kesehatan, konflik keluarga, keuangan pribadi, atau perasaan emosional yang mendalam.
Dalam konteks media sosial, oversharing bisa berupa postingan yang terlalu sering, terlalu detail, atau kurang bijaksana. Contohnya termasuk mengunggah status tentang masalah pribadi yang belum terselesaikan, memposting foto-foto pribadi yang terlalu vulgar atau emosional, dan berbagi lokasi secara real-time yang bisa mengancam keamanan pribadi.
Baca Juga: Berhenti Cari Validasi dari Orang Lain
Asal-usul Istilah Oversharing
Dikutip dari BBC, Why do people overshare online?, istilah oversharing muncul bersamaan dengan perkembangan internet dan media sosial. Pada awalnya, orang menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi dan berkomunikasi. Namun, seiring berjalannya waktu, platform media sosial seperti Facebook, X, dan Instagram mengubah cara orang berinteraksi. Orang mulai berbagi lebih banyak tentang kehidupan mereka, kadang-kadang tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari informasi yang mereka bagikan.
Fenomena ini diperkuat oleh budaya ‘like‘ dan validasi sosial yang mendorong orang untuk berbagi lebih banyak demi mendapatkan perhatian dan persetujuan dari orang lain. Dengan kata lain, media sosial menciptakan lingkungan di mana oversharing menjadi perilaku yang umum dan bahkan sering kali diterima.
Mengapa Oversharing Bisa Terjadi?
Oversharing dapat terjadi karena berbagai alasan, mulai dari dorongan emosional hingga pengaruh sosial. Beberapa orang mungkin merasa terdorong untuk membagikan informasi pribadi sebagai bentuk katarsis atau pelepasan emosi. Mereka merasa lebih baik setelah mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain, meskipun melalui platform digital.
Selain itu, ada juga faktor-faktor eksternal seperti tekanan sosial dan kebutuhan untuk tetap relevan di mata teman-teman dan pengikut di media sosial. Dalam beberapa kasus, orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan oversharing karena kurangnya kesadaran akan batasan privasi atau dampak jangka panjang dari informasi yang mereka bagikan.
Baca Juga: Curhat di Media Sosial: Positif atau Negatif?
Dampak Negatif Oversharing
Dikutip dari Psychology Today, Avoiding an Open Life: The Case Against Over-Sharing on Social Media, Berikut ini beberapa dampak negatif dari oversharing di sosial media:
- Risiko Keamanan Pribadi
Salah satu risiko terbesar dari oversharing adalah keamanan pribadi. Informasi yang terlalu banyak dibagikan dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan jahat, seperti pencurian identitas atau penipuan. Misalnya, membagikan lokasi real-time atau rencana perjalanan dapat memberikan peluang bagi pencuri untuk mengetahui kapan rumah kamu sedang kosong. Selain itu, informasi pribadi seperti tanggal lahir, alamat, atau detail kartu kredit yang dibagikan secara sembarangan dapat digunakan untuk mencuri identitas kamu.
- Dampak Psikologis
Oversharing juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Ketika informasi pribadi menjadi konsumsi publik, orang tersebut mungkin merasa rentan atau tertekan oleh komentar dan opini orang lain. Kritik atau komentar negatif dari orang asing di media sosial dapat menurunkan rasa percaya diri dan mempengaruhi kesejahteraan emosional. Selain itu, berbagi masalah pribadi secara berlebihan dapat memperparah stres dan kecemasan, karena setiap respons negatif dapat memperkuat perasaan tidak aman atau tidak berharga.
- Pengaruh terhadap Hubungan Sosial
Hubungan sosial juga bisa terpengaruh oleh oversharing. Teman dan keluarga mungkin merasa tidak nyaman atau terganggu oleh informasi yang terlalu pribadi atau emosional yang dibagikan secara publik. Misalnya, mengungkapkan masalah rumah tangga atau konflik pribadi di media sosial dapat merusak kepercayaan dan hubungan dengan orang-orang terdekat. Selain itu, orang-orang di sekitar kamu mungkin merasa terbebani atau canggung karena harus menghadapi masalah pribadi kamu di ranah publik.
- Dampak Profesional
Oversharing juga dapat mempengaruhi karier dan reputasi profesional kamu nantinya. Informasi pribadi yang terlalu banyak dibagikan di media sosial dapat diakses oleh rekan kerja, atasan, atau calon pemberi kerja. Misalnya, postingan yang mengandung opini kontroversial, keluhan tentang pekerjaan, atau perilaku yang tidak profesional dapat merusak citra kamu di dunia kerja.
Selain itu, beberapa perusahaan melakukan pengecekan latar belakang di media sosial sebagai bagian dari proses perekrutan, sehingga informasi yang tidak pantas dapat menghambat peluang karier kamu.
- Ketergantungan pada Validasi Eksternal
Orang yang sering melakukan oversharing mungkin menjadi terlalu bergantung pada validasi eksternal untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri. Setiap like, komentar, atau share bisa menjadi sumber kebahagiaan sementara, tetapi juga bisa menciptakan kebutuhan yang tidak sehat untuk terus-menerus mencari perhatian dan persetujuan dari orang lain. Ketergantungan ini dapat mengurangi rasa percaya diri dan mengalihkan fokus dari pengembangan pribadi yang lebih bermakna.
Baca Juga: Selebritis Berhak Punya Privasi, Kita Saja yang Gagal Paham
Bagaimana Menghindari Oversharing?
Menghindari oversharing adalah langkah penting untuk menjaga privasi dan keamanan diri, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dikutip dari The Lighthouse, Why do people overshare on social media?, berikut beberapa cara untuk menghindari oversharing:
- Menetapkan Batasan Pribadi
Langkah pertama untuk menghindari oversharing adalah menetapkan batasan pribadi yang jelas. Ini berarti kamu harus menentukan informasi apa saja yang boleh dan tidak boleh dibagikan secara publik. Misalnya, detail seperti masalah kesehatan, keuangan, dan konflik keluarga sebaiknya disimpan sebagai privasi dan hanya dibagikan dengan orang-orang terdekat.
- Berpikir Sebelum Membagikan
Sebelum memposting sesuatu di media sosial, berpikirlah dua kali tentang dampaknya. Tanyakan pada diri sendiri apakah informasi ini aman untuk dibagikan dan apakah bisa merugikan kamu atau orang lain di masa depan. Cobalah untuk mempertimbangkan bagaimana orang lain mungkin menafsirkan informasi tersebut dan apakah ada risiko yang terkait.
- Menggunakan Pengaturan Privasi
Manfaatkan pengaturan privasi yang disediakan oleh platform media sosial. Pastikan kamu mengatur siapa saja yang bisa melihat postingan kamu. Misalnya, dengan membatasi akses hanya kepada teman-teman dekat atau membuat grup khusus untuk berbagi informasi tertentu. Jangan lupa untuk secara berkala meninjau dan memperbarui pengaturan privasi kamu sesuai kebutuhan.
- Menghindari Informasi Sensitif
Hindari membagikan informasi yang sangat sensitif atau pribadi di media sosial. Informasi seperti alamat rumah, nomor telepon, detail keuangan, dan lokasi real-time sebaiknya tidak dibagikan secara publik. Jika kamu merasa perlu membagikan informasi tersebut, pastikan untuk menggunakan saluran komunikasi yang lebih aman dan private.
- Meningkatkan Kesadaran Privasi
Edukasi diri kamu tentang pentingnya privasi dan risiko yang terkait dengan oversharing. Dengan memahami konsekuensinya, Anda akan lebih berhati-hati dalam berbagi informasi. Baca artikel, ikuti seminar, atau cari informasi dari sumber terpercaya untuk meningkatkan pemahaman kamu tentang privasi digital.
- Menggunakan Platform yang Tepat
Pilih platform yang sesuai untuk berbagi informasi. Beberapa platform lebih cocok untuk berbagi informasi pribadi daripada yang lain. Misalnya, grup WhatsApp atau obrolan pribadi lebih aman untuk berbagi informasi sensitif dibandingkan dengan postingan publik di Facebook atau X.