‘Suga Agust D Tour in Jakarta’: Bukan Sekadar Konser tapi Perjalanan Spiritual
Konser ‘Suga Agust D Tour in Jakarta’ adalah perjalanan spiritual sebagai fangirl BTS. Ini juga jadi momen bahagiaku bertemu para ARMY.
Siapa sangka menonton konser akan lebih menegangkan dibanding wawancara kerja atau bertemu calon mertua. Tangan gemetar, jantung berdebar kencang, keringat dingin, dan tarikan napas yang semakin pendek, aku rasakan malam itu. Tepatnya setelah berhasil masuk ke hall 5 dan 6 International Convention Center Bumi Serpong Damai (ICE BSD), (26/5) lalu.
Keberhasilan masuk ke hall itu menandai “ibadah” wajibku sebagai fangirl: Menonton konser idola. Bayangkan, lima tahun jadi ARMY, aku hanya bisa memandangi idola dari ponsel yang kecil dengan modal kuota seadanya. Aku selalu iri bukan main dengan ARMY lain yang punya privilese keliling dunia buat nonton BTS.
Untungnya, nasib baik berpihak padaku. Setelah dibantu sesama ARMY, aku berhasil mengamankan tiket konser solo Min Yoongi alias Suga alias Agust D. Dengan tiket itu, aku bisa melihat langsung ketampanan paripurna dan suara merdu cowok asal Daegu, Korea Selatan itu, dari jarak kurang dari 15 meter.
Malam itu Suga bersinar layaknya bintang rock legenda yang sudah menghabiskan lebih dari setengah hidupnya di atas panggung. Ia memulai sesi ibadah ARMY dengan lagu terbarunya, “Haegeum”. Rapnya cadas. Ia lihai memainkan gitar dan piano sambil bernyanyi. Ia juga tak pernah kehabisan energi melompat, berlari, dan menari. Semua ini ia lakukan selama hampir dua jam penuh dan sukses bikin seisi ICE BSD riuh.
Aku dan ARMY lain tanpa henti berteriak ikut melantunkan lirik rap sembari headbanging. Bahkan banyak ARMY yang ikut melantunkan rap dengan tempo cepat, termasuk saat lagu “Daechwita” dinyanyikan. Semangat ARMY ini bikin Suga happy. Enggak heran dia komentar, “Jakarta ARMY. Wow, you’re the best! Mantap, mantap, mantap!”
Baca Juga: Pengalaman Nonton Konser Harry Styles: ‘Love On Tour’ adalah ‘Safe Space’ bagi Penggemar
Ibadah ARMY
Keseruan konser Suga jadi salah satu memori yang akan selalu aku kenang seumur hidup. Terlebih, dari tiga kali konser idola yang aku tonton, aku enggak main-main dan selalu terlibat aktif dalam fandom-nya. Keterlibatan itu penting agar aku lebih terikat secara emosional dengan idola. Dengan ini juga, setiap konser yang aku datangi selalu punya kesan mendalam.
Ini termasuk konser Suga, yang enggak cuma bikin aku susah move on, tapi sudah pasti menimbulkan post-concert depression berkepanjangan. Karena perasaan inilah, aku akan terus menganggap bahwa mendatangi konser Suga ibarat melakukan perjalanan spiritual.
Bukan tanpa alasan kenapa ini jadi perjalanan spiritual yang sangat personal. Aku menjadi ARMY pada 2018 saat BTS merilis album “Love Yourself: Tear”. Saat itu aku sedang dalam kondisi mental yang buruk sampai di titik lelah dengan kehidupan. Hanya BTS yang berhasil membuatku perlahan bangkit dan itu salah satunya berkat lagu “Paradise”. Lagu yang Suga buat untuk jiwa-jiwa yang lelah pada dunia yang selalu mempromosikan kompetisi, tapi tak pernah mengajarkan tentang cara bermimpi.
Dari momen itu, aku putuskan jadi ARMY. Selama lima tahun, aku menyadari peran BTS buat hidupku begitu besar. BTS enggak hanya berhasil membuatku bangkit dari keterpurukan. BTS dengan keterlibatan aktif Suga dalam membuat lagu, juga berhasil mengubah cara pandangku terhadap diri sendiri dan dunia ini. Bisa dibilang mereka adalah mentor hidupku.
Suga membuatku jadi bisa lebih bisa mencintai dan menerima diri apa adanya walau sejak kecil hingga dewasa sudah dicekoki dengan segala standar dan ekspektasi di luar nalar. Aku juga jadi lebih peduli dan berani menyuarakan ketidakadilan. Semua berkat keberanian Suga dalam mengritik keras dunia yang membuat kita kehilangan kebebasan dan esensi jadi manusia.
Hal-hal ini diperlihatkan terang-terangan selama konser. Suga yang lekat dengan musik rap dan lirik-lirik tajam, hadir menghentak. Permainan lighting yang apik, berpadu dengan sound effects serta warna-warni ARMY bomb (lightstick BTS), turut mendukung kemeriahan konser solo laki-laki dengan senyum gusinya itu.
Selama konser, dia membuat ARMY merapalkan mantra penerimaan diri, “I love myself. I know myself” lantang-lantang berulang kali. Dia meyakinkan ARMY bahwa “Future’s gonna be okay” dan “life goes on”, jadi kita enggak perlu banyak khawatir.
Dia mengatakan pada ARMY, “You can’t control my shit”, enggak ada satu orang pun yang berhak mengontrol kita. Dia juga bilang, “What the shit, do you know about me? F*** that shit, you think you know ‘bout me,” atau bodo amat dengan opini orang tentang kita. Jalani saja kehidupan yang kita punya tanpa pusingkan apa kata orang lain.
Energinya begitu terasa dan semangatnya tidak dapat disangkal. Ia hadir dalam dua jam hidup ARMY yang butuh afirmasi dan dorongan semangat. Tidak heran, selama konser, suara tangisan memenuhi hall 5 dan 6 itu, termasuk tangisanku sendiri.
Berbagai banner yang dibuat sendiri oleh ARMY yang berisi rasa terima kasih juga banyak ditemui saat konser. “Your music save me”, “You and your music are my reason to still live”, “You make me want to dream again”, adalah tiga di antaranya.
Baca Juga: Asam Garam Konser BLACKPINK: Pengalaman Saya Nonton ‘Born Pink’ ‘Day-2’
Ajang Ketemu “Teman Lama”
Sebagai informasi, aku biasanya punya teman fangirl yang juga berasal dari lingkaran pertemanan sendiri. Sehingga, aku enggak perlu pusing-pusing mencari teman baru untuk nonton konser atau fangirling-an bareng. Sayangnya, di momen konser Suga itu, banyak temanku yang berhalangan. Lokasi konser yang jauh dari Depok, tempatku tinggal juga jadi hambatan lain.
Beruntung, Aca, kenalan ARMY dari Malang, menawarkan untuk sewa apartemen bersama di BSD. Sebenarnya sempat ada kekhawatiran hubungan kami bakal terasa canggung karena aku kenal Caca baru Oktober lalu. Tepatnya sejak kenalan lewat DM Instagram dan WA karena kebutuhanku mewawancarainya terkait bantuan hukum yang diberikan ARMY saat tragedi Kanjuruhan.
Ternyata sia-sia saja overthinking-ku. Baru pertama bertemu, aku dan Aca langsung memeluk satu sama lain seperti sahabat yang sudah lama kenal. Kami berdua langsung klik. Membicarakan banyak hal dan tertawa bersama sampai dini hari.
Aca pun beberapa kali membawa teman-temannya ke unit apartemen kami. Bukannya merasa risih didatangi orang baru, secara mengejutkan aku justru menikmati kehadiran mereka bahkan ikut nimbrung dalam obrolan tanpa takut dihakimi.
Hal yang kurang lebih sama juga sempat terjadi di venue konser. Aku yang berangkat sendiri sempat ragu tidak bisa menikmati waktu menunggu jelang konser. Tanpa disangka aku justru bertemu teman ARMY online-ku (ya kami kenal lewat Twitter dan baru bertemu saat konser). Di situ kami saling memeluk dan bertegur sapa. Di situlah aku dikenalkan dengan ARMY yang lain.
Pertemuan dengan banyak ARMY lain membuatku senang. Aku cukup kaget, buat seseorang yang perlu pendekatan emosional yang intens untuk bisa cerewet dan melempar candaan dengan orang lain, aku termasuk cepat melakukan bonding dengan kenalan ARMY baruku ini. Aku bisa lancar ngobrol dengan mereka seperti teman lama. Aku dibuat nyaman menjadi diriku sendiri sampai enggak ragu berbagi akun media sosial Instagram yang memang sengaja aku private.
Momen bonding ini pun mengingatkan pada perbincanganku dengan salah satu teman dekat ARMY yang berhalangan menonton konser Suga. Dia pernah bilang, BTS itu seperti doorprize pemberian Tuhan yang bisa buat kita berkali-kali lipat bahagia. Selain BTS dan musiknya, mengenal ARMY adalah satu kebahagian baru. Kebahagiaan yang katanya sama seperti menemukan found family.
Baca juga: Dari A Sampai Z, Cerita Fans Generasi Dua K-Pop
Berbagi Kebahagiaan di Hari Besar
Konser pasti selalu identik dengan waktu bersenang-senang. Semua kegelisahan dan kekhawatiran sirna saat lihat idola di depan mata. Uniknya, dalam momen bersenang-senang ini, para ARMY masih sempat melakukan aksi sosial.
Ada sebagian ARMY yang sengaja membawa total 1.800 botol air mineral dan dibagikan gratis kepada ARMY lain yang antre masuk hall. Selain membagikan minum gratis, mereka juga membuat gerakan ARMY Gotong Royong. Tugasnya adalah membersihkan sampah di area ICE BSD, baik sebelum dan setelah konser.
Selain aksi sosial, konser Suga kemarin juga diwarnai dengan aksi sebar kebaikan. Seperti pada konser K-Pop pada umumnya, selama tiga hari ICE BSD diwarnai dengan pembagian freebies–barang-barang gratis yang diberikan kepada penggemar. Tujuannya untuk mempererat solidaritas antarpenggemar dan menyebarkan kebahagiaan.
Pembagian freebies ini memang membuat konser K-Pop unik bahkan tak jarang banyak fans K-Pop sengaja datang dari pagi untuk berburu freebies untuk oleh-oleh konser. Pada hari pertama konser Suga, aku memang tak punya jadwal khusus untuk berburu freebies. Aku sudah keburu malas dengan panasnya BSD, sehingga memutuskan untuk bersantai di apartemen sampai jam setengah 4 sore.
Aku sudah pasrah saja tidak kedapatan freebies. Lagi-lagi nasib baik, ada ARMY yang sengaja menjatah freebies pada waktu tertentu atau menyimpannya sampai konser selesai. Jadilah aku membawa cukup banyak freebies.
Sore itu aku mendapatkan earplug (diberikan untuk melindungi pendengaran akibat frekuensi tinggi saat konser), handmade chocolate cookies, cermin, photocard, stiker, gantungan kunci, dan pin Suga berkepala jeruk yang didesain sendiri oleh ARMY. Kalau semua freebies ini berbayar, mungkin aku bisa merogoh kocek lebih dari Rp100 ribu.
Dengan segala kebaikan ARMY tak lupa dengan penampilan memukau Suga yang bagaikan sesi terapi, aku pun jadi punya resolusi: “Aku harus nonton konser BTS lagi, titik.”