Culture Screen Raves

Laki-laki Jadi Pengasuh dan Pesan Penting dalam ‘How to Make Millions Before Grandma Dies’

Bukan cuma bahaya buat kantung air mata, ‘How to Make Millions Before Grandma Dies’ juga punya pesan-pesan penting yang disampaikan dingin.

Avatar
  • May 23, 2024
  • 6 min read
  • 3110 Views
Laki-laki Jadi Pengasuh dan Pesan Penting dalam ‘How to Make Millions Before Grandma Dies’

Relate dan mengharukan. Kurang lebih, dua kata itu lah yang bisa kita temukan dengan mudah hampir di semua review How to Make Millions Before Grandma Dies di media sosial. Sejak tayang 15 Mei kemarin, film besutan Sutradara ternama Pat Boonnitipat ini langsung mendapat sambutan yang baik di kalangan penikmat film Indonesia. “How To Make Billions Before Grandma Dies (2024) 100/10💗” tulis akun @tuminhosaurus di aplikasi X.

How to Make Millions Before Grandma Dies sendiri adalah sebuah film bergenre slice of life, yang menceritakan kompleksitas hubungan dan juga permasalahan dalam keluarga. Konflik sudah muncul sejak awal film. Amah (Usha Seamkhum), seorang nenek dan ibu dari tiga orang anak, divonis mengidap kanker dan harus menerima kenyataan bahwa usianya tersisa tinggal 1 tahun lagi. 

 

 

Sisa hidup Amah ini menjadi latar belakang kompetisi sengit antar anak dan juga cucu terkait warisan. Semua berubah untuk mengincar warisan Amah, tapi M (Putthipong Assaratanakul), cucu Amah, bisa dibilang salah satu yang paling niat untuk memenangkan hati Amah. M, cucu dari anak kedua Amah, berhenti dan memilih meninggalkan mimpinya menjadi gamer terkenal. Dia memutuskan untuk merawat Amah dan dari sini lah kisah haru ini dimulai. 

Film dengan rating 8,4/10 di IMDb ini mendapat antusias yang cukup baik dari masyarakat. Diangkat dari kisah nyata, tidak sedikit dari para pengulas film mengatakan bahwa film ini terasa sangat relevan dengan apa yang terjadi sehari-hari. 

“Beneran, salah satu film yang bikin hati hangat sekaligus memancing air mata. Yang punya nenek, Amah, popo atau kakek, Agong bakal relate. Rapi. Membumi. 5⭐ (bintang 5)” ketik @moviemenfes pada (8/5) di aplikasi X.

Tidak hanya itu, beberapa dari penikmat sinema drama keluarga ini juga mengatakan bahwa konflik yang tersuguh terasa personal dan dekat. Isu yang diangkat adalah isu sehari-hari yang lekat dengan keluarga Asia. Terlebih, sineas dalam film ini juga memang mengakui bahwa ini adalah isu yang bisa ditemukan pada tiap keluarga. ’Found in every family’, jelas pembuat How to Make Millions Before Grandma Dies pada trailer resminya.

Sebetulnya, apa ya yang membuat film ini terasa mengharukan, relevan, dan juga dekat dengan kisah sehari-hari?. Untuk menjawab ini, berikut Magdalene rangkum beberapa fakta dan tanggapan penonton terkait film Thailand yang satu ini. 

Baca juga: Aktor BL Sampai Mengalahkan ‘Exhuma’: Fakta Menarik ‘How to Make Millions Before Grandma Dies’

1. Kisah Anak Laki-Laki dan Upaya Merawat Lansia

Proses M merawat Amah memang menjadi highlight dalam film yang satu ini. Meskipun dengan niat yang tidak tulus di awal, momen M merawat dan menemani Amah jadi rangkaian kisah yang menarik, relevan, sekaligus haru untuk disaksikan. 

Hubungan antara cucu-nenek yang ditampilkan oleh M dan Amah sangatlah hangat untuk disaksikan. Pada beberapa kesempatan, M banyak belajar hal baru seperti bangun pagi untuk ikut Amah berjualan hingga membantu Amah untuk naik ke atas tangga. 

Perbedaan pendapat antar generasi yang terjadi antara M dan Amah juga terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. M yang tidak terbiasa bangun pagi harus belajar untuk berkegiatan lebih dini karena menurut Amah, makin siang, rezeki makin hilang. “Burung yang bangun pagi, paling cepat dapat cacing” ucap Amah kepada M ketika ia merajuk soal waktu mulai untuk berdagang. 

Tidak hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar, M juga beberapa kali terlibat dalam kerja perawatan yang jarang digeluti pria, apalagi saat merawat lansia. Momen ini digambarkan saat M terlihat membantu menggosok punggung Amah saat mandi. Meskipun dibalut dengan unsur komedi, momen pada scene ini cukup membuat kita sebagai penonton ikut tersentuh dengan tingkah cucu dan nenek satu ini. 

Sebagai anak laki-laki, upaya M membongkar nilai-nilai maskulinitas toksik lewat aksinya merawat Amah jadi hal yang menarik untuk disaksikan. Tidak dapat dimungkiri, kehadiran laki-laki dalam kerja perawatan apalagi merawat lansia masih jadi pemandangan yang jarang ditemukan. Dalam sebuah laporan langsung yang diterbitkan oleh abc.net, laki-laki nyatanya masih enggan mengisi lowongan kerja yang banyak tersedia untuk merawat lansia. Hampir 90 persen perawat lansia adalah perempuan. 

Sumber: IMDB

Baca juga: Mari Ngobrol Serius tentang BL Asia: Sebuah ‘Queer Gaze’

2. Konflik Warisan dan Intrik Keluarga yang Biasa Terjadi

Orang tua-nya belum betul-betul meninggal, tapi hartanya sudah jadi bahan rebutan. Begitulah isu perebutan warisan ini digambarkan dalam ‘How To Make Millions Before Grandma Dies’. Dalam alur ceritanya, sisa usia Amah yang hanya tinggal 1 tahun ini memang dipenuhi dengan berbagai adegan upaya dari masing-masing anaknya untuk mendapatkan warisan.

Namun, enggak cuma bahas momen ribut dan panas saat perebutan warisannya saja, film ini benar-benar sukses menggambarkan kompleksitas perasaan ibu, janji, dan upaya berbuat adil yang tergambar lewat tokoh Amah. Tanpa adegan yang berlebihan, hal ini lah yang dinilai relevan dengan konflik yang biasa dialami oleh beberapa keluarga, khususnya di Indonesia. 

“Ide cerita “warisan” ini sudah umum. Tapi, Saya akui, ‘How To Make Millions Before Grandma Dies’ ini beda. Konfliknya tidak hanya ‘ranking’, tapi juga (soal) ‘hak’ & ‘janji’” ungkap @cinematicorgasm di aplikasi X pada 16 Mei lalu. 

Enggak hanya itu, ‘How To Make Millions Before Grandma Dies’ ini juga dinilai relate pada isu diskriminasi yang biasa dialami oleh perempuan saat momen pembagian warisan. Lewat dialog salah satu pemainnya yang mengatakan “anak laki-laki dapat warisan aset, tapi anak perempuan dapat warisan gen kanker”, tidak sedikit dari netizen merasa bahwa ini adalah sebuah realita yang sering terjadi di tengah-tengah kita. 

“Kebanyakan orang tua pasti lebih sayang ke anak laki, ini real sih. Sama kayak Mbah, Ibu, dan Bapak-ku. Kalau ke Mas-ku (mereka) benar-benar jor-jor-an. Ke anak laki ngasih warisan harta, eh ke anak cewek ngasih warisan gen kanker. ‘How To Make Millions Before Grandma Dies’ sangat menamparku” ketik @fidahRukTetawan pada aplikasi X. 

Baca juga: 7 Rekomendasi Drama Korea Terbaik tentang Keluarga

3. Tentang Kesepian di Usia Senja

“Apakah Amah kesepian?” Pertanyaan M kepada Amah sebelum memutuskan untuk tinggal bersama ini cukup membuat penonton tersentuh. Faktanya, hal ini memang relevan dengan apa yang biasa dialami oleh orang ketika masuk ke fase lanjut usia.  

Ayu Diah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Kesepian dan Isolasi Sosial yang Dialami Lanjut Usia” menemukan, persoalan kesepian adalah hal yang sangat umum dan sering ditemukan pada orang yang memasuki fase ini. Seringkali, apabila tidak tertangani, masalah kesepian ini bisa berlanjut pada persoalan serius lain seperti gangguan psikis hingga penyakit kronis. 

Pada ‘How To Make Millions Before Grandma Dies’ kesepian yang Amah alami mungkin tidak sering digambarkan secara eksplisit. Hanya saja, beberapa adegan seperti Amah yang selalu menggunakan pakaian cerah dengan motif bunga di hari minggu, menunjukan betapa bahagianya Amah apabila bisa bertemu lengkap dengan anak-anaknya. Suasana ramai dari kumpul keluarga adalah momen yang sangat ditunggu oleh siapapun yang memasuki usia lanjut.



#waveforequality


Avatar
About Author

Syifa Maulida

Syifa adalah pecinta kopi yang suka hunting coffee shop saat sedang bepergian. Gemar merangkai dan ngulik bunga-bunga lokal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *