Community

‘Project SUPERIA’: Suarakan Keresahan Perempuan Indonesia dari Latar Ragam

“Penyanyi dangdut dari Pantura, transpuan, pensiunan pegawai negeri dari Aceh, ibu tunggal yang juga seorang janda. Ini cerita mereka!”

Avatar
  • February 1, 2023
  • 3 min read
  • 798 Views
‘Project SUPERIA’: Suarakan Keresahan Perempuan Indonesia dari Latar Ragam

Kekerasan terhadap perempuan adalah epidemi global. Menurut catatan World Health Organization pada 2019, setidaknya 1 dari 3 perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan berbasis gender atau KBG. Di Indonesia sendiri situasinya juga kurang lebih sama. Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2022 bahkan KBG meningkat drastis sebanyak 50 persen dibanding tahun 2020, sebanyak 338.496 kasus. Angka yang bahkan lebih tinggi dari angka KBG sebelum masa pandemi di tahun 2019.

Baca Juga: Pameran Tunggal Tromarama: Potret Kaburnya Interaksi di Jagat Maya

 

 

Kesadaran masyarakat Indonesia tentang KBG masih minim. Tak mengherankan kemudian banyak perempuan mengalami berbagai bentuk KBG tanpa menyadari bahwa mereka adalah korban. Sayangnya, banyak yang percaya bahwa faktor penyebab KBG adalah pilihan pribadi korban. Mulai dari pakaian, profesi, hingga gaya hidup mereka.

Akar dari berbagai miskonsepsi soal KBG,  dilansir dari fact sheet United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), berasal dari keyakinan dan sikap diskriminatif yang melanggengkan ketidaksetaraan dan ketidakberdayaan, khususnya pada perempuan dan anak perempuan. Perempuan ditempeli stereotip sosial yang dalam dan kompleks.

Mulai dari tubuh hingga seksualitas, etnis, dan usia. Stereotipe ini tak hanya menempatkan perempuan pada posisi rentan mengalami KBG tetapi juga menjadi kendala bagi perempuan dalam mengespkesikan suara mereka di ruang publik dan menciptakan ruang aman membangun solidaritas yang kuat.

Baca Juga:   Yang Seru dari Jagad Lengger Festival 2022

Menolak untuk diam dengan kekerasan sistemik yang dialami perempuan Indonesia, musisi Kartika Jahja, aktor Rummana Yamanie, dan komika Sakdiyah Ma’ruf menginisiasi Project Suara Perempuan Indonesia (SUPERIA). Proyek yang didanai oleh Voice, fasilitas hibah inovatif dari Kementerian Luar Negeri Belanda ini hadir sebagai bagian perlawanan perempuan atau kontra narasi terhadap KBG yang mereka terima.

Diprakarsai oleh tiga seniman feminis Indonesia, proyek ini diselenggarakan melalui artistic storytelling atau seni bercerita yang diimplementasikan dalam pementasan monolog teatrikal, koreografi, musik, dan seni visual. Karya tersebut akan dibawakan dan ditulis bersama oleh pemilik cerita itu sendiri, yang terdiri dari enam perempuan dari latar belakang dan identitas beragam.

“Kami ingin membawa cerita dari banyak perempuan Indonesia. Penyanyi dangdut dari Pantura, transpuan, pensiunan pegawai negeri dari Aceh, ibu tunggal yang juga seorang janda. Mereka punya pengalaman kehidupan berbeda, tapi kehidupan mereka bersinggungan dengan tantangan menjadi perempuan dalam sistem patriarki,” jelas Kartika dalam sesi sneak preview pada Sabtu lalu (28/1) di Ruang Karya Selatan, Kemang, Jakarta.

Baca juga:  Cuma di ‘Smooth Session’ Guinness, Musisi Nyanyi dan Masak

Dalam pementasan yang akan diselenggarakan akhir tahun ini, Project SUPERIA akan melakukan audisi nasional. Melalui audisi, para perempuan akan diberikan kesempatan untuk mengirimkan video mereka. Video akan berisi monolog kontestan yang berisi jawaban atas berbagai pertanyaan mengenai identitas mereka sebagai perempuan. Kartika mengatakan ia menginginkan setiap perempuan yang mengirimkan video audisinya bisa menjadi dirinya sendiri, hal yang dibutuhkan dalam Project SUPERIA.



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *