Culture Opini Screen Raves

Gara-gara Nonton ‘Red, White and Royal Blue’, Aku Percaya Cinta Bisa Tumbuh dari Benci

‘Red, White and Royal Blue’ mengemas percintaan queer dalam latar politik kerajaan. Cinta keduanya bersemi setelah lama saling membenci.

Avatar
  • August 29, 2023
  • 4 min read
  • 1630 Views
Gara-gara Nonton ‘Red, White and Royal Blue’, Aku Percaya Cinta Bisa Tumbuh dari Benci

Alex Claremont-Diaz (Taylor Zakhar Perez) adalah real hunk dengan bulu mata lentik yang akan membuat semua orang iri. Kebetulan ia juga anak Presiden Amerika Ellen Claremont (Uma Thurman). Sebagai anak Amerika-1, Alex terbiasa safari ke banyak tempat, termasuk Inggris. Ia sebenarnya tak pernah terganggu dengan agenda politik super sibuk itu, sampai bertemu dengan Prince Henry (Nicholas Galitzine) dari The Black County.

Gaya Henry yang sok, membuat Alex sempat membencinya setengah mati. Rasa benci itu jelas tampak dalam gerak-gerik mereka. Salah satunya saat kue pernikahan sakral milik Pangeran Philip dan Lady Martha jatuh menimpa keduanya. Kejadian ini sontak bikin kedua negara auto-panik.

 

 

Untuk menghentikan semua seteru, terlebih Ellen sedang kampanye Pemilu, Alex dihukum untuk “berbaikan” dengan Henry. Publik harus bisa dikelabui bahwa mereka adalah teman lama, sahabat dari zaman baheula, dan teman hangout. Perjanjian yang mulanya demi mempertahankan status quo sang ibu dan nama baik kerajaan, ternyata justru mengantar mereka dalam relasi pertemanan betulan.

Kalau sering baca novel romansa, kamu pasti tahu kemana pertemanan itu akan berjalan. Di malam tahun baru, entah kenapa Henry mulai menatap Alex dengan cara yang berbeda. Kemudian Henry memutuskan untuk mencium Alex dan petualangan cinta mereka dimulai dari sini.

Baca juga: Red, White & Royal Blue’, Kembalinya ‘Rom-Com’ Kerajaan dan Percakapan Penting Soal Melela

Romcom yang Memadukan Gairah dan Cinta

Ada alasan kenapa Red, White and Royal Blue yang diadaptasi dari novel berjudul sama, enggak hadir di Amazon Prime Indonesia. Selain konten queer yang diangkat, film ini banyak mengekspos gairah pemainnya. Namun, buatku ke-horny-an itu dibangun dengan tepat guna: Tak murahan, tapi justru memperkuat rasa cinta keduanya.

Salah satu alasan kenapa banyak romantic comedy mudah dilupakan adalah karena mereka gagal menampilkan rasa sayang dan ingin memiliki di layar. Red, White and Royal Blue tidak punya masalah itu. Begitu dua karakternya berciuman, saya sudah siap ngeship dan membela hidup mereka mati-matian.

Ditulis oleh Ted Malawer dan sutradaranya sendiri, Matthew Lopez, Red, White and Royal Blue sama sekali tidak tertarik untuk mengubah konvensi film romantic comedy. Justru dengan menggunakan resep yang sama dari film-film yang melambungkan nama Julia Roberts, Sandra Bullock, Jennifer Aniston, dan Katherine Heigl, film ini menjadi bersejarah.

Akhir-akhir ini memang banyak film-film dengan karakter LGBTQ+ yang mendapatkan treatment serupa (Love, Simon, Happiest Season, Bros, Fire Island). Namun, mungkin baru film ini yang berhasil menggunakan semua resep romcom-nya dengan porsi yang pas.

Plot enemy-to-lovers bisa kamu temukan di berbagai kisah romansa. Unsur larger-than-life seperti background karakternya yang merupakan keturunan orang-orang powerful juga membuat drama percintaan mereka semakin berliku. Tentu saja kita tidak bisa berbicara soal romantic comedy tanpa supporting character yang memancing tawa.

Dalam film ini semua reaksi penonton diwakilkan oleh karakter Zahra Bankston (Sarah Shahi), chief of staff si presiden. Lihat bagaimana momen Zahra memergoki anak bosnya pacaran dengan pangeran. Kamu pasti akan ikut tergelitik.

Red, White and Royal Blue tahu bagaimana cara membuat penonton tenggelam dalam humornya. Kalau Bros dan Fire Island terlalu berpegangan pada jokes-nya yang terlalu insider (kalau kamu bukan termasuk atau nongkrong dengan LGBTQ+, pasti akan susah paham dengan humornya).

Baca Juga: Menonton Luasnya Spektrum Seksualitas lewat Geng ‘Heartstopper’

Duet Aktor Terbaik

Hidup dan matinya film romantic comedy ada di tangan kedua aktornya. Peran dalam film romantic comedy mungkin tidak kompleks seperti kebanyakan peran para aktor yang berhasil mendapatkan nominasi Oscar. Namun, mereka mempunyai beban yang berat untuk membuat penonton percaya sedang jatuh cinta.

Aktor-aktor dalam film-film romantic comedy harus bisa membuat penonton percaya, dunia akan hancur kalau mereka tidak mendapatkan cinta mereka. Red, White and Royal Blue memiliki Taylor Zakhar Perez dan Nicholas Galitzine yang mempunyai chemistry yang luar biasa.

Dari pertama kali mereka muncul di frame yang sama, aku sudah tahu karakter ini akan ada di tangan yang aman. Ada listrik yang seperti nyetrum ketika mereka saling tatap. Bahkan ketika mereka pura-pura saling membenci, saya bisa melihat ketertarikan di sana. Ralat, aku bisa melihat gairah di sana. Bukankah daya tarik datangnya dari rasa ingin mencicipi?

Di sinilah akhirnya Red, White and Royal Blue menjadi tontonan yang menyenangkan. Aku sangat menikmati bagaimana Lopez menggambarkan dua karakter yang sedang naksir gila-gilaan. Film ini erotis tapi tidak tetap romantis. Seksi tapi tidak berlebihan. Melihat dua orang yang saling taksir saling bercumbu, dengan secret service menunggu di luar pintu, ternyata memberikan rasa degdegan yang cukup.

Aku bahkan ikutan cekikikan saat mereka saling kirim email flirting yang menggambarkan betapa tidak enaknya hubungan jarak jauh (LDR). Aku menyeringai melihat Alex dan Henry tidak bisa menahan diri untuk tidak saling menyentuh.

Kelompok LGBTQ+ layak mendapatkan hak yang sama rata seperti orang-orang heteroseksual kebanyakan. Itu termasuk corny romantic comedy yang seksi. Red, White and Royal Blue mungkin tidak akan berakhir di ajang penghargaan film. Namun, film ini akan menjadi salah satu klasik yang akan sering kita kunjungi di masa depan.

Red, White and Royal Blue dapat disaksikan di Amazon Prime dengan menggunakan VPN.



#waveforequality


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *