Culture Screen Raves

Review Film ‘Hunger’: Apa Dunia Kuliner Fine-Dining Segelap Ini?

Melihat sisi gelap dunia kuliner fine-dining melalui film ‘Hunger’. Apa memang benar segelap itu?

Avatar
  • April 18, 2023
  • 4 min read
  • 9151 Views
Review Film ‘Hunger’: Apa Dunia Kuliner Fine-Dining Segelap Ini?

Jujur saja selama 26 tahun aku hidup, hanya dua film Thailand yang aku tonton. Crazy Little Thing Called Love (2010) dan Bad Genius (2017). Aku tak punya alasan khusus mengapa jarang menonton film-film keluaran Negeri Gajah itu. Salah satu judul produksi Netflix menarik perhatianku baru-baru ini. Dari trailernya, Hunger, terlihat menarik. Kebetulan aku sendiri penyuka film, serial, acara TV—apa pun itu—yang berbau masakan.

Chutimon Chuengcharoe yang bermain di film Bad Genius jadi bintang utama Hunger, faktor lain yang bikin aku makin tertarik. 

 

 

Baca juga: 5 Rekomendasi Film Thailand Lucu Yang Wajib Kamu Tonton

The More You Eat, The Hungrier You Get

Di salah satu adegan, Aoy yang diperankan Chutimon Chuengcharoe sedang memasak kwetiau goreng. Sebuah pilihan yang salah sebenarnya nonton serial ini ketika puasa. Seketika perutku keroncongan melihat visual kwetiaw goreng yang disajikan.

Diam-diam seorang laki-laki memerhatikan gerak-gerik memasak Aoy, ia pun memberikan sebuah kartu nama bertuliskan Hunger. Laki-laki yang nanti diketahui bernama Tone (Gunn Svasti) mengajaknya untuk ikut bergabung bersama tim mereka.

Hunger adalah masakan untuk orang yang selalu lapar. Rasa lapar akan membangkitkan naluri dasar. Rasa lapar akan menjadikan Anda istimewa. Anda ingin menjadi orang biasa atau menjadi orang yang lebih istimewa?”.

Kata-kata yang disampaikan oleh Chef Paul (Nopachai Chaiyanam), Koki Kepala Hunger, yang akhirnya membuat Aoy tertarik bergabung dengan tim itu. Aoy merasa kalau hidupnya selama ini biasa saja. Kata-kata itu yang bikin Aoy ingin jadi orang istimewa.

Ulasan Film Hunger
Sumber: Netflix

Baca juga: Review Serial ‘The Bear’, Drama Seru yang Lahir dari Dapur

The Menu Versi Asia dan Sisi Gelap Dunia Kuliner Fine-Dining

Watak Chef Paul yang cenderung dingin dan keras, mengingatkanku pada Chef Slowik (Ralph Fiennes) dari The Menu (2023). Maka tak heran jika penonton yang melihat Hunger sebagai The Menu versi Asia. Walaupun tidak ada tema eat the rich di dalamnya.

Chef Paul yang tidak mentolerir kesalahan sekecil apa pun ketika menyiapkan makanannya. Saat mengajari Aoy cara memotong daging yang benar dan cara menggoreng, ia bahkan tak peduli tangan Aoy terluka karena berulang kali mengulang proses itu.

Selain mirip sekali dengan Chef Slowik di The Menu, Chef Paul juga mengingatkan kita pada Gordon Ramsay dari Hell’s Kitchen. Keras, suka berteriak, dan perfeksionis. Bahkan tak segan untuk melempar makanan yang sudah dibuat.

Adegan-adegan itu membuka mata kita tentang dunia kuliner fine-dining yang ternyata keras. Fine-dining sendiri berarti gaya makan yang disajikan dengan lebih formal. Biasanya disajikan dengan porsi kecil dan dipatok dengan harga yang lebih mahal. Bahkan dresscode yang harus dipakai harus terlihat formal, biasanya para tamu akan memakai setelan jas dan gaun.

Fine-dining sendiri tidak hanya menjual makanan, tapi juga pelayanan dan pengalaman dari koki yang membuat makanan-makanan ini. Semakin banyak jam terbang dan pengalaman yang sudah mereka peroleh, maka harga fine-dining akan semakin mahal.

Orang-orang kaya yang menyewa Chef Paul dan timnya pun tidak semuanya menghargai makanan yang ada. Di Hunger ada sebuah adegan saat Chef Paul dan timnya diundang untuk menyajikan makanan di sebuah pesta. Pesta itu ternyata adalah pesta narkoba yang diadakan oleh seorang orang kaya. Ia menyewa Hunger hanya untuk berlagak sombong dan tidak menghargai makanan enak yang mereka hidangkan.

Selain itu Chef Paul bahkan mengikuti perintah salah satu orang kaya yang ingin memasak dengan bahan makanan seekor burung langka yang dilindungi. Ia juga memberanikan diri untuk menyediakan makanan terakhir bagi keluarga orang kaya yang bangkrut dan bunuh diri setelahnya.

Ini yang membuat Chef Paul tetap menjual makanannya kepada orang kaya itu, agar reputasinya tetap terjaga. Chef Paul rela melakukan apa saja demi melayani para kalangan atas ini.

Baca juga: Nasi Goreng Viral dan Cerita Lama Objektifikasi Tubuh Perempuan

Visual Makanan Menggiurkan Mata dan Akting ‘Aoy’ yang Tidak Diragukan Lagi

Lagi-lagi aku akan mengingatkan untuk tidak menonton film ini ketika sedang berpuasa. Kalau tidak mau membuat perut kalian keroncongan dan ingin langsung berbuka. Visual makanan yang ditampilkan sungguh membuatku lapar setiap kali melihatnya.

Setiap makanan yang ditampilkan benar-benar cantik dengan presentasi yang bagus. Teknik memasak benar-benar diperhitungkan dalam film ini.

Sumber: Netflix

Selain visualnya yang menjanjikan, akting pemain di Hunger benar-benar tepat sasaran. Mereka mampu menampilkan karakternya masing-masing. Khususnya Chutimon Chuengcharoe yang berperan sebagai Aoy. Aktingnya benar-benar memukau mataku. Ia mampu tampil sebagai perempuan dari keluarga biasa haus akan menjadi orang yang istimewa.

Baca Juga: Review ‘Missing’: Struktur Narasi Mirip ‘Searching’, yang Dibumbui Isu KDRT

Keahliannya dalam menggunakan teknik ‘Wok Hei’ dan dipadukan dengan teknik ‘Pan Tossing’ sangat hebat. Teknik Wok Hei adalah mengumpulkan asap dari api yang besar dan didekatkan kepada makanan, biasanya teknik sering digunakan untuk memasak makanan Chinese seperti nasi goreng. Sedangkan Teknik Pan Tossing, teknik melempar makanan yang ada di wajan.

Kemampuan Chutimon ini sampai membuatku berpikir berapa lama ia berlatih agar bisa membawakan teknik-teknik itu dengan sempurna.

Film Hunger sendiri bisa kamu saksikan di Netflix. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *