‘Frankly Speaking’: Premis Menjanjikan yang Sedikit Kedodoran
Apa yang terjadi saat kamu tidak bisa berbohong? Apa saja yang bisa rusak karena omongan jujurmu?
Frankly Speaking dimulai dengan sangat menjanjikan. Song Ki-baek (Go Kyung-pyo dari Reply 1988) adalah seorang penyiar berita yang mengatur semua detail kehidupannya sedemikian rupa agar ia menjadi pembawa acara berita prime time. Ia selalu hormat kepada atasannya meskipun kakinya bau. Ia selalu mengerjakan pekerjaan dari senior hanya untuk menyenangkan mereka. Ia bahkan “menipu” mereka semua dengan ilusi bahwa dia berasal dari keluarga kaya raya terhormat padahal kenyataannya jauh dari imaji tersebut.
On Woo-ju (Kan Han-na dari Start-Up) adalah penulis untuk acara reality TV. Saat ini dia sedang kesulitan untuk mengerjakan proyeknya. Bintang-bintang terkenal itu enggan untuk main di acara yang ia buat. Kalau pun ada yang available, bintang-bintang itu menyusahkan produksi. Atau memiliki masa lalu dengannya yang tidak mau ia ungkit-ungkit, seperti Kim Jung-heon (Joo Jong-hyuk dari Extraordinary Attorney Woo).
Baca juga: Merayakan Pride dengan Menangis Bersama ‘All Of Us Strangers’
Suatu hari Ki-baek yang people pleaser kelas berat terpaksa harus menjalankan tugasnya sebagai salah satu pemain reality TV buatan Woo-ju. Mereka terlibat adu argumen yang kemudian membuat Ki-baek kesetrum. Tidak ada hal fatal yang terjadi, kecuali kenyataan bahwa sekarang Ki-baek tidak bisa berbohong. Semua hal yang keluar dari mulutnya adalah hal jujur yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Tentu saja hal ini akhirnya membuat hidupnya berubah 180 derajat.
Drama Sederhana yang Renyah, tapi Plot Kedodoran
Setelah Queen of Tears yang begitu mengharu biru, kehadiran Frankly Speaking seperti sebuah oase segar yang saya inginkan. Ceritanya sederhana, sepertinya tidak akan membuat saya emosional sampai menangis tersedu-sedu. Dan yang paling penting, Frankly Speaking dengan Go Kyung-pyo sebagai pemeran utamanya seperti menawarkan kelucuan-kelucuan yang menghibur. Ekspektasi ini ternyata dipenuhi oleh Frankly Speaking setidaknya sampai episode 6.
Karakter-karakter dalam Frankly Speaking punya keinginan dan rintangan yang jelas. Hubungan antara kedua pemeran utamanya juga menarik. Dari pertama kali mereka muncul, saya sudah membayangkan keriuhan apa saja yang terjadi di antara mereka berdua. Dan dunia yang dibangun sudah sangat meyakinkan. Ki-baek dengan keinginannya untuk mencapai posisi mustahil harus melakukan segala cara untuk menyenangkan atasan-atasannya. Kalau saja pembuat Frankly Speaking tetap setia dengan jalur ini, tidak mengherankan kalau drama Korea ini menjadi salah satu tontonan wajib. Tapi sayangnya, penulis Choi Kyung-sun mengabaikan ini semua dan mengambil jalur yang semakin lama semakin tidak jelas arahnya.
Baca juga: ‘Hacks Season 3’: Kembalinya Duo Komedian Beda Generasi
Ketika Ki-baek mulia terlibat acara bikinan Woo-ju yang berbentuk dating show, Frankly Speaking sebenarnya masih seru dan menggelikan. Apalagi ada beberapa adegan yang memang sengaja “mempermainkan” Single’s Inferno, salah satu dating reality show yang terkenal di Korea. Di episode-episode ini saya masih terhibur dengan plot will-they-won’t they.
Penulis Frankly Speaking jelas sudah menabur benih-benih cinta di antara keduanya. Apalagi ketika pembuatnya memberi hambatan baru: Ki-baek dan Jung-heon ternyata teman satu SMA dan mereka sempat berkelahi gara-gara rebutan cewek yang sama. Di bagian ini, meskipun Frankly Speaking sudah tidak lagi membahas pekerjaan Ki-baek sebagai penyiar berita, saya tidak keberatan. Tapi kemudian plotnya berubah lagi.
Frankly Speaking tiba-tiba menjadi drama keluarga dengan masalah lain lagi. Bagian Ki-baek dengan seluruh keluarganya memang masih berhubungan dengan plot utama. Mengingat Ki-baek memanipulasi semua orang di kantornya dengan cerita palsu bahwa dia anak keluarga kaya, tapi Frankly Speaking kemudian menambahkan momen-momen dramatis tidak perlu seperti adegan yang melibatkan satu keluarga kecelakaan. Seakan-akan ini tidak cukup, Frankly Speaking juga menambahkan berbagai plot yang njelimet tentang Woo-ju dan ibunya.
Separuh kedua Frankly Speaking akhirnya sama sekali tidak membahas tentang premis yang sudah ditawarkan dari episode pertama. Tidak ada lagi penjelasan lebih detail tentang keinginan Ki-baek menjadi penyiar berita prime time. Tidak hanya itu, plot Woo-ju setelah keberhasilan reality TV yang dibuatnya juga membuat saya frustrasi. Kenapa dia diam-diam dan manut-manut saja mendapatkan perlakuan yang tidak baik padahal dia yang bertanggung jawab atas kesuksesan acara tersebut? Frankly Speaking yang tadinya terasa segar dan lumayan lucu, berubah menjadi sebuah drama keluarga dan melodrama percintaan yang tipikal.
Premis Menjanjikan yang Meleset
Saya mungkin tidak akan sekecewa ini kalau saja Frankly Speaking tidak memiliki ide yang menarik. Sebagai orang Asia, kita semua tahu tentang norma “menyenangkan orang lain” atau peraturan tidak tertulis tentang “sopan santun terhadap atasan”. Ketakutan semua orang untuk mengatakan hal yang tidak semestinya kepada orang-orang yang bertanggung jawab atas karier kita adalah sesuatu yang bisa dimengerti.
Frankly Speaking punya hal itu di genggamannya. Di episode-episode awal, drama Korea ini menjelaskan bahwa separuh dari keresahan kita bisa diselesaikan kalau saja kita mempunyai keberanian untuk mengungkapkan kejujuran kita terhadap sesuatu. Kalau saja Frankly Speaking commit dengan premis ini, ia pasti tidak akan menjadi drama komedi yang mengecewakan seperti sekarang.
Frankly Speaking dapat disaksikan di Netflix