Screen Raves

‘The Bear’ Season 3: Kejayaan dan Keterpurukan Carmy

Setelah terkunci di kulkas pada episode terakhir musim kedua, Carmy berjanji akan berubah. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya.

Avatar
  • July 5, 2024
  • 6 min read
  • 1400 Views
‘The Bear’ Season 3: Kejayaan dan Keterpurukan Carmy

Mempertahankan mutu lebih susah daripada mendapatkannya. Tanya saja Christopher Storer, kreator serial The Bear yang banjir pujian untuk dua musim serial The Bear. Sebuah cap yang betul-betul layak. 

Musim pertama, Storer berhasil bikin The Bear jadi perbincangan banyak orang. Musim kedua, ia menempatkan The Bear jadi salah satu serial terbaik. Pilihan-pilihan kreatif makin ia pertajam: Para pemainnya lebih bergairah, secara teknis ia dipersembahkan dengan lebih matang dan secara naratif ia mampu bereksperimen tanpa mengalienasi penonton. Singkatnya, apa pun yang dilakukan Storer di musim kedua bisa jadi bikin musim selanjutnya berada di posisi kurang beruntung. Ekspektasi yang dia bikin sudah kelewat tinggi, kalau musim berikutnya jelek sedikit saja, orang-orang bisa kecewa.

 

 

Buat saya, Storer berhasil melampaui mutu yang ia bangun. Semacam mirroring yang juga terjadi dalam serialnya.

Carmy (Jeremy Allen White), karakter utama serial ini, juga berhasil menjadikan semua pegawai The Original Beef of Chicagoland, restoran mendiang kakaknya, lebih bermutu. Richie (Ebon Moss-Bachrach) menemukan tujuan. Tina Marrero (Liza Colon-Zayas) menjadi peduli dengan craft cooking. Marcus (Lionel Boyce) bahkan sampai pergi ke benua lain untuk belajar menjadi pastry chef yang baik. Sydney (Ayo Edebiri), chef yang masih hijau, kini mendapatkan kesempatan untuk menjadi partner yang seimbang.

Baca juga: Review Serial ‘The Bear’, Drama Seru yang Lahir dari Dapur

Fakta bahwa Carmy berhasil melakukan ini ternyata menjadi bumerang. Ia juga berhasil melakukan hal yang tadinya dianggap mustahil. Ia berhasil menciptakan The Bear, restoran yang selama ini ia damba-dambakan. Dan seperti yang saya bilang di awal artikel, mempertahankan mutu lebih susah daripada meraihnya. Kini Carmy berubah menjadi monster karena target yang hanya ada di kepalanya. Pilihannya menjadi great atau tidak sama sekali. Pertanyaannya: Seberapa jauh ia melakukan ini sebelum ia tersadar semua orang akan menjadi korbannya?

Ulasan The Bear Season 3
Sumber: IMDB

Episode 1 The Bear yang Memukau

Dengan semua pujian yang didapatkan Storer dari dua musim sebelumnya, tidak mengherankan jika FX membiarkan Storer melakukan apa saja yang ia mau. Storer membuka musim ketiga The Bear dengan episode berjudul “Tomorrow” yang lebih seperti recap dua musim sebelumnya yang diedit dengan begitu artistik. Total dialog episode ini mungkin tidak lebih dari satu lusin kalimat. Keseluruhan episode diedit seperti sebuah mimpi. Memori demi memori bertumpukan menjadi satu. Scoring dari Trent Reznor dan Atticus Ross semakin membawa penonton untuk mengawang”bersama. 

Setelah menyaksikan 10 episode musim ketiga The Bear, “Tomorrow” terasa mantap sebagai pembukaan bagi musim ini. Secara feel, musim ketiga ini terasa seperti episode ini. Penonton dan juga tokoh utamanya terjebak dalam memori masa lalu. Tidak seperti musim keduanya yang terasa lebih kohesif secara naratif, musim ketiga ini penuh dengan momen tapi pada saat yang bersamaan diam di tempat, for better or worse. Di musim sebelumnya, Storer memberikan panggung bagi karakter pendukung untuk memperluas dunia The Bear. Di musim ini Storer kembali memberikan panggung kepada Carmy dengan satu tujuan: Menyaksikan tokoh utama cerita ini berubah menjadi monster. Orang yang disakiti mempunyai tendensi untuk menyakiti ditunjukkan dengan detail dalam musim ketiga ini.

Setelah terkunci di kulkas pada episode terakhir musim kedua, Carmy berjanji tidak akan menjadi orang yang seperti kemarin. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ia membuat aturan-aturan yang tidak masuk akal. Ditambah dengan kengototannya untuk mengganti menu setiap harinya membuat semua karyawan merasa permintaan Carmy tidak masuk akal. Tidak hanya ini adalah keputusan bisnia yang sangat buruk, dengan perintah ini Carmy telah membuat kubu antara bagian dapur dan bagian servis. Di episode kedua berjudul “Next”, Storer membuat bottle episode penuh dengan tumpukan dialog. Semua orang kecuali Carmy tahu bahwa ini adalah keputusan yang buruk. Tapi Carmy yang terlalu buta dengan ambisinya untuk membuktikan sesuatu, gagal melihat ini.

Baca juga: Mengalami “Brat”, Mendalami Sisi ‘Pop Girlie’ Charli

Episode berikutnya, “Doors”, memperlihatkan betapa keputusan Carmy mengacaukan moril semua orang. Sydney yang tadinya menemukan kebahagiaan di pekerjaan ini mulai merasakan stres yang tak berkesudahan. 12 jam terasa seperti selamanya. Disutradarai oleh Duccio Fabbri, “Doors” adalah episode The Bear yang kita semua kenal: kacau, tidak kenal ampun dan melelahkan. Setengah jam menyaksikan orang panik di dalam restoran membuat saya kagum dengan orang-orang yang bekerja di food industry

Keseluruhan yang Kurang Menonjok

Perbedaan mendasar antara musim ketiga dengan dua musim sebelumnya adalah musim ini terasa cukup tanpa tujuan. Meskipun secara naratif musim ketiga ini mempunyai stakes yang jelas (Carmy harus bisa mempertahankan restoran), tapi ada beberapa episode yang terasa tidak mempunyai tujuan yang begitu jelas. Berbeda dengan dua musim sebelumnya yang semua episodenya mempunyai tujuan yang jelas dan maksud yang spesifik. Dari semua episode The Bear musim ketiga ini, ada dua episode yang bersinar.

Yang pertama adalah episode keenam berjudul “Napkins” yang ditulis oleh Catherine Schetina dan debut Ayo Edebiri sebagai sutradara. Di episode ini penonton akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melihat bagaimana Tina bergabung dalam The Beef. Perjuangan seorang ibu untuk mendapatkan pekerjaan dan harus melawan dengan generasi baru yang kuliah adalah sebuah cerita yang bisa dipahami oleh siapapun. Tapi highlight dari episode ini adalah obrolan Tina dengan Mikey (Jon Bernthal), mendiang kakak Carmy yang dicintai oleh semua orang. Selama ini penonton sudah bertemu dengan Mikey melalui flashback. Tapi ini pertama kalinya penonton bertemu dengan Mikey saat ia berinteraksi dengan orang asing. Interaksi mereka berdua sangat hangat dan menyentuh, tidak mengherankan semua orang yang mengenal Mikey memujanya habis-habisan. Edebiri mengemas episode ini dengan begitu cermat. “Napkins” terasa sentimentil tapi tidak mengharu biru.

Baca juga: Yang Tak Dibicarakan dari ‘Rodent Men’, Tipe Cowok yang Banyak Disukai Gen Z 

Episode berikutnya yang spesial adalah episode ke-delapan berjudul “Ice Chips” yang ditulis oleh Joanna Calo dan disutradarai oleh Storer. Episode ini pada dasarnya adalah momen terapi bagi Nat (Abby Elliott) dengan ibunya, Donna (Jamie Lee Curtis). Siapapun yang menyaksikan episode “Fishes” di musim kedua pasti tahu betapa berpengaruhnya Donna terhadap anak-anaknya. Nat yang tidak bisa menghubungi siapapun saat mau melahirkan terpaksa menghubungi Donna. Dan disinilah kita akhirnya melihat dua karakter ini mencoba untuk bertemu di tengah. Penuh dengan letupan kecil dan dimainkan dengan sangat baik, “Ice Chips” adalah episode yang sangat memuaskan.

Musim ketiga The Bear ditutup dengan sebuah wake-up call. Carmy yang mendapatkan ultimatum dari Cicero (Oliver Platt), kalau ia akan menutup restoran jika mendapat review buruk. Sydney sementara itu memikirkan tawaran untuk bergabung dengan restoran lain. Richie dari awal musim sudah tidak menganggap Carmy sebagai saudara lagi. Singkatnya, Carmy sendirian. Dan musim ketiga, meskipun terasa kurang menonjok, berhasil memberikan tujuan yang jelas untuk musim berikutnya. 

Seluruh episode ditonton untuk ulasan ini.The Bear dapat disaksikan di Disney+ Hotstar



#waveforequality


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *