Culture Screen Raves

‘The Bear Season 2’ dan Kenapa Ia Masih Tontonan Hangat

Kalau kamu belum jatuh cinta dengan serial The Bear, mungkin kamu perlu merasa FOMO.

Avatar
  • August 10, 2023
  • 6 min read
  • 1172 Views
‘The Bear Season 2’ dan Kenapa Ia Masih Tontonan Hangat

Membuktikan bahwa kejeniusan di awal sebuah kebetulan bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini saya kira mungkin jadi beban Christopher Storer dan para penulis di balik serial The Bear yang berhasil mengguncang banyak pecinta serial TV melalui musim pertamanya yang luar biasa.

The Bear hadir tanpa terompet seperti kebanyakan serial TV prestisius lainnya. Ia bukan The Morning Show dari Apple TV+ yang bisa menjual nama Reese Witherspoon dan Jennifer Aniston. Ia juga bukan serial mahal ala HBO yang punya dana cukup untuk memamerkan production value tinggi. Dengan kesederhanaannya, The Bear berhasil menggunakan medium komedi (yang biasanya berdurasi setengah jam) menjadi sebuah tontonan yang tidak terlupakan. Luar biasa menegangkan dan bikin sangat stres, tapi pengalaman sinematiknya sungguh tiada dua.

 

 

Berita baiknya, The Bear Season 2 berhasil membuktikan bahwa musim pertamanya bukan sekadar kebetulan.

ulasan the bear season 2
Sumber: IMDB

Baca Juga: Ulasan ‘The Little Mermaid’ yang Perlu Dibaca Reviewer Rasis

Premis Musim Pertama yang Menarik

Di musim pertamanya kita sudah bertemu dengan Carmy (Jeremy Allen White) yang mendapatkan warisan dari kakaknya sebuah restoran bernama The Original Beef of Chicagoland. Mengurusi restoran ini tidaklah mudah. Tidak hanya dia harus menghadapi orang-orang kolot, terutama “sepupu” bernama Richie (Ebon Moss-Bachrach), tapi juga harus menghadapi semua trauma yang melintas di kepalanya.

Di tengah chaos yang familier itu, dapur Carmy kedatangan kru baru bernama Sydney (Ayo Edebiri). Sama seperti Carmy, Sydney punya latar sekolah kuliner dan tahu jelas yang terjadi di belakang layar sebuah santapan di restoran. Sydney sepakat dengan Carmy untuk memutus rantai kekerasan emosional di dapur, dan mengganti sistem dengan yang lebih baik. Buat apa marah-marah kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan diskusi yang baik?

Memotong rantai yang sudah menjadi budaya di dapur restoran ini memang bukan tugas mudah, tapi Carmy dan Sydney ngoyo untuk melakukannya. Sayangnya, upaya itu juga memercik konflik di antara keduanya.

Setelah episode 7 berjudul “Review” yang terasa seperti bom waktu (episode The Bear terbaik di musim pertamanya), Carmy dan Sydney akhirnya berdamai.

Carmy sadar dirinya salah, Sydney berbesar hati untuk menerima maaf. Carmy kemudian menemukan bahwa kakaknya, Mikey (Jon Bernthal), menyimpan uang demi masa depan restorannya. Dengan “hadiah” ini, Carmy pun berencana untuk membuat restoran high end yang baru, bernama The Bear.

The Bear season 2 review terbaru
Sumber: IMDB

Baca Juga: Membedah Bahaya Grooming Lewat Film ‘Palm Trees and Power Lines’

Karakter Pendukung yang “Hidup”

Christopher Storer tahu bahwa penonton menantikan adegan-adegan yang terasa seperti cuplikan dari film aksi buatan Tony Scott saat menyaksikan The Bear. Editing serial ini begitu canggih sehingga adegan memasak saja rasanya seperti melihat tim SWAT sedang memotong sambungan kabel bom. Keputusan Storer untuk menginjak pedal rem ternyata tidak hanya membuat The Bear menjadi lebih kaya, tapi juga membuat ketegangan tersebut terasa begitu pekat ketika ia muncul.

Keputusan Storer dan kawan-kawan penulis The Bear untuk menginjak rem bukan sekadar untuk mengganti suasana.

Keputusan ini sengaja dibuat untuk memberi ruang kepada karakter pendukung yang tadinya hanya pelengkap. Kemurah-hatian Storer dalam memberikan ruang untuk karakter pendukung inilah yang akhirnya membuat musim kedua The Bear terasa begitu menyentuh dan hidup. Orang-orang ini bukan sekedar pelengkap, mereka adalah bagian terpenting dalam cerita.

Seperti halnya memasak, sebuah masakan akan berbeda rasanya jika satu bumbu saja tidak ada, bukan begitu?

Ada tiga karakter pendukung di musim kedua ini yang mendapatkan jatah untuk bersinar. Tina Marrero (Liza Colon-Zayas), di musim pertamanya sudah mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Pertama kali kita bertemu, Tina benar-benar tidak menyukai kehadiran Sydney. Menurutnya perubahan akan membawa ke masa keruntuhan. Dalam beberapa episode, Tina belajar dan akhirnya paham bahwa kehadiran Sydney di restoran bukan untuk membawa tempat mereka bekerja ke titik kemalangan. Tina justru belajar dan akhirnya menjadi cook yang lebih baik.

the bear season 2 Indonesia
Sumber: IMDB

Di musim kedua ini sangat menyenangkan sekali melihat Tina lagi-lagi mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Sungguh mengharukan sekali melihat Tina, orang yang selama ini mungkin tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengasah skill-nya lebih jauh, mendapatkan kepercayaan dari bosnya (Sydney) untuk belajar menjadi sous-chef. Perhatikan ekspresi Tina saat Sydney menawarkan tawaran ini. Liza Colon-Zayas berhasil menyampaikan rasa haru tersebut dengan begitu realistis, saya ikut terbawa.

Karakter kedua yang mendapatkan kesempatan untuk berkembang adalah Marcus (Lionel Boyce). Pastry chef yang satu ini mendapatkan kesempatan untuk pergi Copenhagen untuk belajar dengan Luca (Will Poulter). Disutradarai oleh Ramy Youssef, “Honeydew” yang menjadi episode keempat The Bear musim kedua memberikan kita sekilas bayangan tentang apa yang dilakukan Carmy dulu.

Obrolan antara Luca dan Marcus terlihat santai, tapi berisi “daging” semua, juga tampil kuat. Menarik sekali mendengar Luca berbicara tentang caranya menyeimbangkan kehidupan di dapur, berusaha untuk menjadi chef yang lebih baik sekaligus membuat hidup yang layak di luar dapur.

Terakhir, dan ini mungkin yang paling baik, adalah Richie.

Dari awal kemunculannya, Richie sudah digambarkan sebagai sosok yang luar biasa ngehe. Orang ini tidak bisa apa-apa, kerjanya cuman marah-marah tapi gayanya belagu. Di musim kedua, Richie merasa tidak menemukan tujuan. Semua orang di sekitarnya mendapatkan tugas yang jelas. Neil Fak (Matty Matheson) yang selalu menjadi bulanan-bulanannya bahkan mempunyai tujuan yang lebih jelas dengan dia. Begitu juga dengan Natalie (Abby Elliott), adik Carmy yang malah menjadi project manager proyek rebranding restoran mereka.

Ditambah dengan fakta istrinya sepertinya menikah lagi dan rasa insecure-nya menjadi ayah yang baik, saya jadi mulai mengerti mengapa Richie punya masalah dengan anger issues.

Sumber: IMDB

Baca Juga: Review ‘Nimona’: Fantasi Gemerlap dengan Pesan Kuat tentang Queer

Kemudian di episode tujuh, “Forks”, Carmy meminta Richie untuk pergi belajar di restoran lain. Awalnya Richie kesal sekali. Kerjanya hanya mengelap garpu. Tapi, dia mulai benar-benar membuka mata dan benar-benar belajar. Hal yang tadinya terasa begitu membosankan sekarang menjadi hal yang ia tunggu. Dalam waktu yang relatif singkat, Richie tidak hanya berubah menjadi sosok yang bertanggung jawab dengan pekerjaannya, tapi berakhir menemukan tujuannya.

Rasanya, saya tidak bisa membahas The Bear Season 2 tanpa membahas episode keenam, “Fishes”, yang merupakan brandingThe Bear paling kuat. Berlatar di kediaman Berzatto saat Natal, “Fishes” adalah kumpulan gambar yang dijamin akan membuat kamu stres. Episode ini adalah satu-satunya flashback panjang yang ditampilkan The Bear season 2 sejauh ini.

Dengan durasi yang paling panjang (hampir sejam), “Fishes” mengajak kita untuk melihat mengapa Carmy memilih kabur dari keluarganya, mengapa Mikey bisa melakukan itu dan mengapa Natalie mengucapkan kalimat-kalimat itu di awal episode. Saya tidak akan memberi tahu lebih jauh soal episode ini, tapi yang jelas “Fishes” akan mengguncangmu. Dan sekali lagi, The Bear menjadi salah satu tontonan terbaik tahun ini.

The Bear dapat disaksikan di Disney+ Hotstar



#waveforequality


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *