Sajak Aan Mansyur 1: Pengakuan
“Di lidahku, bahasa ibu adalah bahasa ayah yang menutupi kebohongan di hadapan anak-anaknya dengan kebohongan baru.”
Pengakuan
Aku menulis puisi-puisi cinta
& membayangkan rumah
yang terbuat dari kehangatan
& pertanyaan-pertanyaan.
Orang-orang memanggilku
penyair seolah aku bukan
Aan Mansyur.
Tetapi di rumah, aku
lebih sering tidak
sanggup mengatakan pikiran
& perasaan dengan baik.
Di lidahku, bahasa ibu
adalah bahasa ayah
yang menutupi kebohongan
di hadapan anak-anaknya
dengan kebohongan baru.
Tiap kali mengucapkan
Aku mencintaimu
kepada istriku, aku
selalu terdengar
sedang mengulurkan
permohonan maaf
yang menyedihkan.
Baca juga: Sajak Aan Mansyur 2: Bersama Daras & Sahda Menunggu Ibu Pulang dari Kantor