Community Update

Simposium Khatulistiwa 2024: Jangan Lupakan Pentingnya Kerja Perawatan

Topik besar Simposium Khatulistiwa 2024 soal kerja perawatan, ternyata diambil dari bahasa Sansekerta ‘Mupakara’.

Avatar
  • October 16, 2024
  • 3 min read
  • 844 Views
Simposium Khatulistiwa 2024: Jangan Lupakan Pentingnya Kerja Perawatan

Akhir-akhir ini perbincangan soal kerja perawatan mulai mendapatkan perhatiannya. Apalagi orang-orang mulai menganggap ternyata kerja perawatan atau care work tak lagi dilakukan oleh perempuan saja, melainkan semua orang termasuk laki-laki.  

Berangkat dari sinilah Yayasan Biennale Jogja tahun 2024 menghadirkan Simposium Khatulistiwa. Sebuah forum digital yang dirancang sebagai arena pertemuan bagi praktisi, pekerja, pemerhati, dan peneliti di bidang seni rupa serta kebudayaan di negara sekitar Khatulistiwa. Topik besar tahun ini tentang kerja perawatan.  

 

 

Topik tersebut muncul juga dari pertanyaan besar mengenai “bagaimana cara merawat solidaritas antar warga di tengah kondisi krisis ekologi dan ketimpangan ekonomi saat ini?” Pertanyaan yang membayangkan kerja-kerja perawatan menjadi dasar untuk menghadirkan dan menumbuhkan solidaritas antar warga secara berkelanjutan. Kerja-kerja perawatan yang dimaksud tidak terbatas pada model kerja profesional, berupah, atau sosial. Akan tetapi, juga dipahami sebagai bentuk perhatian, pelibatan, perbincangan, pembagian sumber daya, kehadiran, keintiman, afeksi dan sebagainya.   

Baca juga: Agar Perempuan Tak Melempem di Era Digital, ini yang Dilakukan WEWAW Indonesia

Topik besar ini diambil dari bahasa Sanskerta, yaitu mupakara. Di dalam serat maupun geguritan, istilah ini hadir sebagai kata kerja dan kata sifat. Mupakara bisa diartikan merawat dan menjaga. Mupakara bisa jadi sebuah metode pembacaan alternatif terhadap kerja perawatan melalui pengetahuan kultural. Sebagai kata sifat, mupakara melekat dalam sosok Dewi Sri yang dipercaya sebagai simbol kesuburan oleh masyarakat Jawa.   

Mupakara kemudian menjadi konsep dalam keseluruhan kerja perawatan Dewi Sri — perawatan sebagai tindakan sehari-hari dalam krisis, duka, dan kerentanan. Tak sekadar perawatan dalam makna normatif, tapi sebuah upaya bersolidaritas dan saling bergandengan tangan untuk berbagi hidup.   

Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dewi Candraningrum yang hadir dalam salah satu panel mengatakan kerja perawatan, terutama yang dilakukan oleh para ibu, bukan sekadar pekerjaan domestik. Ini adalah bentuk perlawanan. Ketika ibu-ibu memasak dan memberikan makanan kepada polisi dan tentara mereka tidak hanya merawat individu tersebut, tetapi juga melawan logika pasar yang sering kali tidak memberikan ruang bagi kebaikan dan solidaritas.  

“Bisa dibilang merawat adalah melawan. Bukan hanya bahasa kosong dan perlu dipupuk sehingga menjadi kekuatan bersama yang besar. Ketika satu keberanian tak muncul, ada keberanian lain muncul di tempat kerja lainnya,” tutup Dewi.   

Baca juga: Bulan Bahasa 2024 SMA Tarakanita 1: Ajak Siswa Terus Kreatif dan Inovatif

Forum Simposium Khatulistiwa sendiri berlangsung selama 3 hari, dari tanggal 2-4 Oktober kemarin di tiga titik. Yaitu Museum Pendidikan Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta, Kampoeng Mataraman, dan Gedung Ajiyasa FSRD ISI Yogyakarta. Ada beberapa bentuk kegiatan dalam simposium, seperti seminar dalam ruang, pertemuan dalam kelas, dan pertemuan luar kelas.  

Tim Simposium Khatulistiwa 2024 berharap dengan banyaknya kegiatan tersebut, adanya interaksi antara pemateri dan audiens untuk lebih intensif. Mereka pun bisa saling bertukar pikiran dan pengetahuan untuk memahami realitas sekitar.  



#waveforequality


Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *