Tindakan Romantis Tak Melulu Seperti di Film, Saatnya Definisi Ulang
Tindakan romantis perlu didefinisikan ulang, tidak perlu seperti film karena kita tidak bisa menyamaratakan standar romantis di setiap hubungan.
Momen romantis adalah sesuatu yang didambakan oleh hampir setiap pasangan. Banyak orang berusaha menjadi romantis untuk membahagiakan pujaan hatinya. Namun, banyak juga yang merasa susah karena dianggap tidak bisa menjadi romantis. Ada pula yang merasa sedih karena merasa tidak pernah diperlakukan dengan romantis oleh pasangannya.
Sampai saat ini, hadiah merupakan hal yang dianggap penting dalam hubungan romantis untuk menunjukkan kasih sayang. Dengan menunjukkan perasaan sayang melalui hadiah, pasangan diharapkan akan membalas dengan perasaan sayang pula. Namun, ada standar tertentu yang melekat mengenai hadiah romantis. Hadiah-hadiah yang dianggap romantis sering kali hanya berkisar pada cokelat, bunga, boneka, atau perhiasan. Jika pasangan memberikan blender, kipas angin, atau barang lain yang sama bergunanya akan dianggap biasa saja.
Di era digital, keromantisan pasangan juga dinilai dari unggahan di media sosialnya. Jika tidak pernah mengunggah foto momen bersama pasangannya, ia akan dianggap tidak romantis, bahkan ada juga yang menganggap hubungan mereka tidak harmonis. Pada sebagian orang, kesetiaan pasangannya juga diukur lewat pernah tidaknya mereka mengunggah foto berdua. Tidak jarang persoalan itu memunculkan pertengkaran. Hubungan mereka yang semula baik-baik saja, harus berakhir karena salah satu pihak tidak bisa memenuhi tuntutan bersikap romantis layaknya pasangan lain.
Baca juga: Perempuan Nyatakan Perasaan: Bicara Sekarang Atau Tertekan Selamanya
Tuntutan semacam ini menjadi problematik karena tidak semua orang bisa menunjukkan sikap romantis seperti konstruksi yang berkembang di tengah masyarakat. Sikap-sikap romantis yang hanya seputar tindakan memberi perhiasan, bernyanyi dengan membawa gitar, menyuapi, mengambil makanan yang tersisa di bibir, foto dengan bergandengan, kemudian merekam setiap kegiatan dan mengunggahnya di media sosial, adalah standar romantis yang bisa menjadi toksik.
Jika perasaan cemas muncul ketika pasangan kita tidak seromantis pasangan orang lain, mungkin kita sedang tidak menyadari hal-hal romantis yang sudah dilakukannya setiap hari. Daripada menuntut pasangan untuk bersikap romantis seperti standar saat ini, sebaiknya diri sendiri bersikap romantis dengan berusaha memahami karakter pasangan. Mencoba mencari tahu dan memahami kondisinya sekarang, kenapa tidak pernah memberikan hadiah seperti bunga dan sebagainya, kenapa tidak pernah mengunggah foto berdua, dan alasan-alasan lain yang membuatnya tidak terlihat romantis. Bukankah memahami pasangan adalah sikap yang sangat romantis?
Kalau mau berpikir positif, pasangan yang tidak pernah memberi hadiah bisa jadi karena ia sedang merencanakan investasi untuk masa depan yang lebih mapan, mengelola keuangan agar setidaknya bisa hidup dengan kecukupan, atau ada hal penting lainnya yang sedang ia pikirkan.
Tidak mengunggah foto berduaan juga bukan berarti tidak sayang. Bisa jadi karena pasangan tidak suka mengumbar hubungan di media sosial. Maka, berhentilah mengukur keharmonisan sebuah hubungan dari unggahan di media sosial.
Menjadi romantis tidak selalu ditunjukkan melalui bakat seni karena tidak semua orang memiliki bakat seni seperti menulis puisi, bernyanyi, atau melukis. Sikap ini juga tidak melulu mesti diekspresikan lewat pemberian materi seperti bunga, cokelat, dan barang-barang mewah. Penting diingat bahwa orang-orang yang memiliki bakat seni dan materi berlebih pun belum tentu bisa menunjukkan sisi romantis seperti itu.
Jika perasaan cemas muncul ketika pasangan kita tidak seromantis pasangan orang lain, mungkin kita sedang tidak menyadari hal-hal romantis yang sudah dilakukannya setiap hari.
Ada yang menjadi romantis dengan meluangkan waktu di hari minggu untuk mengobrol panjang dengan pasangannya. Ada yang rela bangun pagi untuk membuatkan sarapan sehat. Ada yang selalu mengingatkan pasangannya untuk menggosok gigi sebelum tidur, dan lain sebagainya. Memuji pencapaian pasangan juga merupakan hal yang romantis sekalipun pencapaian yang diraih oleh pasangan tergolong hal sederhana. Misalnya, memuji ketika ia berhasil membuat menu masakan baru atau ikut senang ketika klub jagoannya menang.
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda sehingga cara memperlakukan pasangan pun tidak mungkin sama pada setiap relasi. Sebagai contoh, seorang berkepribadian koleris lebih senang melakukan tindakan langsung untuk menyenangkan pasangan daripada menuliskan puisi-puisi manis. Mungkin terlihat kaku bagi sebagian orang. Tapi karena kepribadiannya yang demikian, seharusnya pasangan seorang koleris bisa berpikir ulang jika hendak meragukan kesetiaannya dengan takaran romantis yang mainstream seperti di film-film drama. Jangan memukul rata cara setiap orang dalam membuat pasangannya merasa spesial.
Tidak bisa bernyanyi atau tidak bergelimang materi bukan alasan untuk tidak bahagia hidup dengan pasangan. Hal-hal sederhana yang dilakukan dengan kasih sayang adalah poin utama dalam bersikap romantis. Tidak perlu berlomba agar terlihat sebagai pasangan paling romantis. Karena dibanding penilaian publik, saya pikir yang jauh lebih penting adalah hubungan kita di kehidupan sebenarnya.
Baca juga: Istri Lempar Kode di Status Media Sosial: Ciri Hubungan Tak Setara
Memberikan hadiah dan mengunggah momen dengan pasangan di media sosial bukanlah hal yang salah. Saya sangat senang melihat orang lain melakukan hal tersebut. Namun, tidak baik juga bila melakukannya dengan berlebihan, apalagi menuntut pasangan melakukan hal demikian. Orang lain bisa terlalu banyak tahu tentang privasi kita dalam menjalin hubungan. Jika didapati hubungan sedang tidak baik-baik saja, orang lain juga akan lebih mudah mengetahui.
Kita tidak bisa mengatur apa yang ingin dilakukan orang lain. Tapi, kita bisa mengatur bagaimana cara kita bersikap. Saya pribadi ingin mencintai pasangan dengan indah, memperlakukannya dengan baik, dan menunjukkan relasi kami pada dunia dengan sewajarnya.
Semoga kita bisa lebih memahami dan menghargai setiap hal tulus yang dilakukan oleh pasangan.