Tren TikTok ‘Marriage is Scary’ dan Alasan Kenapa Orang Takut Nikah
Alasan takut menikah di balik tren TikTok 'Merry Is Scary'. Apakah kamu merasakan hal yang sama?
Belum lama ini tren “marriage is scary“ menjadi fenomena baru di di TikTok dan Instagram. Sejumlah pengguna ramai-ramai membagikan kekhawatiran untuk menikah. Alasannya beragam, mulai dari ancaman kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga perselingkuhan.
Memang betul, menikah sendiri adalah salah satu keputusan besar dalam hidup seseorang. Enggak jarang rasa takut muncul ketika mempertimbangkan keputusan tersebut. Bayangkan saja, gagasan untuk berkomitmen seumur hidup, melihat muka orang yang sama, sakit hati, pertengkaran terasa menakutkan.
Tren “marriage is scary” menjelaskan apa saja ketakutan yang dirasakan orang sebelum memutuskan untuk menikah.
Baca Juga: Mimpi Perempuan Jadi ‘Tradwife’: Pernikahan Tak Seindah itu, Dek!
Penyebab Rasa Takut Menikah
Dikutip dari Verywell Mind, Gamophobia: The Fear of Marriage and Commitment, berikut ini beberapa alasan mengapa seseorang menjadi takut untuk menikah.
- Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman masa lalu memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana seseorang memandang pernikahan. Jika seseorang pernah mengalami hubungan penuh konflik, perselingkuhan, atau pengkhianatan, trauma emosional ini dapat terbawa hingga ke tahap hubungan serius. Bahkan jika pengalaman tersebut sudah berlalu bertahun-tahun, luka emosional yang tertinggal bisa membuat seseorang takut untuk membuka diri dan mempercayai pasangan sepenuhnya. Ketakutan ini dapat menjadi penghalang besar untuk melangkah ke pernikahan, karena ada kekhawatiran bahwa kesalahan yang sama akan terulang kembali.
- Tekanan Sosial
Tekanan sosial merupakan faktor yang sering kali tidak disadari, tetapi sangat kuat dalam memengaruhi keputusan seseorang menikah. Dalam banyak budaya, pernikahan dianggap sebagai langkah penting dan diharapkan terjadi pada usia tertentu. Keluarga, teman, bahkan rekan kerja, sering kali tanpa disadari, memberikan tekanan kepada seseorang untuk segera menikah.
Komentar seperti “Kapan menikah?” atau “Sudah saatnya kamu berpikir tentang masa depan” dapat menciptakan rasa cemas dan membuat seseorang merasa terpojok. Tekanan ini bisa menimbulkan rasa takut karena seseorang mungkin merasa harus memenuhi ekspektasi tersebut, meskipun belum siap.
- Ketidakpastian Masa Depan
Ketidakpastian adalah salah satu sumber kecemasan terbesar dalam hidup, dan hal ini semakin terasa saat seseorang mempertimbangkan pernikahan. Menikah berarti berkomitmen untuk menjalani hidup bersama seseorang dalam jangka panjang, dan ini membawa banyak perubahan.
Pertanyaan tentang bagaimana masa depan akan berjalan, apakah pasangan akan berubah, bagaimana cara mengatasi tantangan keuangan atau peran sebagai orang tua, semua ini bisa menimbulkan rasa takut. Ketidakpastian ini membuat seseorang ragu apakah mereka siap untuk menghadapi semua kemungkinan yang akan datang.
- Takut Gagal
Salah satu ketakutan yang paling umum adalah ketakutan akan kegagalan pernikahan. Dalam era di mana tingkat perceraian cukup tinggi, ketakutan ini sangat nyata. Banyak orang yang takut mereka akan membuat keputusan yang salah, memilih pasangan yang salah, atau tidak bisa mempertahankan pernikahan dalam jangka panjang.
Kekhawatiran ini sering kali diperburuk oleh cerita-cerita negatif tentang pernikahan yang berakhir dengan buruk. Ketakutan ini bisa begitu kuat hingga membuat seseorang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan, meskipun mereka mencintai pasangannya. Kegagalan dalam pernikahan dilihat sebagai kegagalan pribadi, dan ini bisa sangat menakutkan.
- Kekhawatiran Terhadap Perubahan Hidup
Pernikahan membawa perubahan besar dalam hidup, dan tidak semua orang siap menghadapi perubahan tersebut. Setelah menikah, kehidupan akan berbeda, mulai dari rutinitas harian, tanggung jawab, hingga cara berpikir.
Banyak orang khawatir bakal kehilangan kebebasan, harus mengorbankan mimpi atau karier, pun menghadapi tantangan baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Perubahan ini bisa terasa menakutkan, terutama bagi mereka yang sangat menghargai kebebasan dan kemandirian.
Baca Juga: Apakah Pernikahan Memang Seburuk itu? Buku ‘I DO’ Punya Jawabannya
Cara Mengatasi Rasa Takut Menikah
Mengatasi rasa takut menikah adalah hal yang wajar. Dikutip dari Forbes, A Psychologist Demystifies ‘Gamophobia’—A Fear Of Marriage, berikut beberapa cara untuk mengatasi rasa takut tersebut:
1. Komunikasi Terbuka dengan Pasangan
Komunikasi adalah fondasi dari setiap hubungan yang sehat, dan ini sangat penting ketika menghadapi rasa takut menikah. Banyak orang merasa takut untuk mengungkapkan ketakutan mereka karena khawatir akan menyinggung perasaan pasangan. Namun, berbicara secara terbuka dan jujur tentang ketakutan dan kekhawatiran yang kamu rasakan adalah langkah pertama untuk mengatasi rasa takut menikah.
Kamu bisa mencoba untuk mendiskusikan dengan pasangan. Jelaskan dengan tenang apa yang membuat kamu jadi merasa khawatir dan dengarkan juga kekhawatirannya. Ini tidak hanya membantu mengurangi kecemasan, tetapi juga memperkuat hubungan dengan menciptakan rasa saling pengertian dan saling mendukung.
2. Konsultasi dengan Profesional
Jika rasa takut menikah sudah sampai taraf mengganggu kehidupan sehari-hari, berbicara dengan seorang profesional, seperti terapis atau konselor pernikahan, bisa menjadi solusi yang efektif. Seorang profesional dapat membantu kamu mengenali akar dari ketakutan kamu dan memberikan strategi untuk mengatasinya.
Konseling pranikah juga bisa sangat bermanfaat, tidak hanya untuk mengatasi rasa takut, tetapi juga untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dalam pernikahan. Dalam sesi konseling, kamu akan diajak untuk mengungkapkan apa yang kamu rasakan, memahami perspektif pasangan, dan belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih efektif. Konseling ini sering kali memberikan wawasan baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, membantu kamu dan pasangan merasa lebih siap dan yakin untuk melangkah ke pernikahan.
3. Memahami Komitmen dalam Pernikahan
Memahami arti sebenarnya dari komitmen dalam pernikahan adalah langkah penting dalam mengatasi rasa takut. Pernikahan bukan hanya tentang pesta atau status sosial, tetapi tentang komitmen seumur hidup untuk mendukung dan mencintai pasangan kamu dalam suka dan duka.
Ketika kamu memahami pernikahan adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan kebahagiaan, kamu akan lebih siap secara mental untuk menghadapi ketakutan tersebut. Sadarilah setiap pernikahan memiliki pasang surutnya, dan itu adalah bagian dari proses yang alami. Dengan menerima kenyataan ini, kamu bisa lebih fokus pada upaya untuk menjaga komitmen tersebut, daripada merasa takut akan kemungkinan kegagalan.
Baca Juga: Apa Itu Gamophobia, Ketakutan Berlebihan pada Pernikahan?
4. Melakukan Persiapan Mental dan Emosional
Pernikahan tidak hanya memerlukan persiapan fisik seperti memilih gaun atau merencanakan pesta, tetapi juga persiapan mental dan emosional yang matang. Sebelum menikah, luangkan waktu untuk merenungkan apa yang kamu inginkan dari pernikahan dan bagaimana kamu bisa mencapai tujuan tersebut bersama pasangan.
Latihan meditasi, refleksi diri, atau berbicara dengan teman-teman yang sudah menikah bisa membantu mempersiapkan diri. Persiapan emosional ini juga melibatkan penerimaan bahwa perubahan akan terjadi dan kamu harus siap untuk beradaptasi. Misalnya, jika kamu merasa khawatir tentang kehilangan kebebasan setelah menikah, pikirkan cara-cara untuk tetap menjaga ruang pribadi dan waktu untuk diri sendiri dalam pernikahan.
5. Menghadapi Tekanan Sosial dan Eksternal
Tekanan sosial bisa menjadi salah satu penyebab terbesar dari rasa takut menikah, terutama jika kamu merasa dipaksa untuk menikah karena ekspektasi dari orang lain. Mengatasi tekanan ini membutuhkan keberanian untuk menetapkan batasan dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kamu.
Jelaskan kepada keluarga atau teman-teman bahwa keputusan untuk menikah adalah keputusan pribadi yang harus diambil tanpa paksaan. Jika kamu merasa tertekan oleh komentar atau harapan orang lain, cobalah untuk tidak terlalu memikirkan apa yang mereka katakan.
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dan tidak ada yang salah dengan menunggu hingga kamu merasa benar-benar siap. Menghindari pembandingan diri dengan orang lain juga penting; fokuslah pada hubungan kamu sendiri dan apa yang terbaik untuk kamu dan pasangan.