Culture Screen Raves

Moving’: Eksploitasi Segar Genre Superhero

Mungkin sebagian kamu sedang merasa ‘superhero fatigue’, tapi coba jangan lewatkan Moving.

Avatar
  • September 29, 2023
  • 7 min read
  • 937 Views
Moving’: Eksploitasi Segar Genre Superhero

Superhero fatigue” belakangan makin terasa lumrah. Tontonan dan cerita-cerita tentang superhero makin sering diproduksi dan direplikasi. Jumlahnya bisa jadi bikin orang mulai bosan, sampai muak. Di industri film Indonesia sekarang, film horor adalah contoh fenomena itu. Ia sedang diperas habis-habisan. Beberapa tahun sebelumnya, film bertema religi adalah contoh lain.

Di Hollywood, setelah tren film remaja berjuang diri di tengah-tengah dunia yang tidak bersahabat sekarang mereka beralih ke ranah superhero. Dua studio besar, Warner Bros dengan DC dan Disney dengan Marvel, mengeksploitasi habis-habisan perpustakaan mereka demi tren ini. Dulu, tontonan seperti Secret Invasion akan menjadi sebuah event yang dinanti-nantikan. Sekarang, konten tersebut terasa seperti sebuah pengisi waktu luang sebelum raksasa yang lebih besar muncul (dalam kasus Marvel mungkin adalah The Marvels yang akan tayang beberapa bulan lagi).

 

 

Kelelahan ini membuat saya tidak langsung menyaksikan Moving saat pertama kali muncul di Disney+ Hotstar. Padahal nama-nama yang ada di depan layar lebih dari cukup untuk membuat saya seharusnya langsung menyimak Moving.

Dari Ryu Seung-ryong, Han Hyo-joo, Zo In-sung, Kim Sung-kyun sampai Cha Tae-hyun meramaikan serial ini. Tapi mendengar ceritanya tentang superhero, saya memutuskan untuk menunggu. Sampai isi sosial media saya berisi teriakan keseruan para penggemar Moving, saya akhirnya tidak kuasa menolak untuk ikut terjun menonton.

Ternyata, tak seperti keraguan awal saya, Moving lebih dari sekadar cerita tentang superhero.

Sumber: IMDB

Baca juga: 12 Drama Korea Romantis untuk Mengisi Waktu Senggang

Dibuka dengan Drama (Bukan) Remaja Biasa

Dalam Moving kita berkenalan dengan remaja-remaja menggemaskan yang mempunyai problem standar seperti jatuh cinta, bullying dan ingin lolos tes. Kim Bong-seok (Lee Jung-ha) adalah seorang siswa yang setiap paginya harus membawa tas penuh dengan pemberat di kakinya karena dia memiliki kemampuan untuk terbang. Trigger-nya bisa macam-macam. Tapi yang paling anyar adalah kehadiran seorang gadis pindahan yang menggemaskan bernama Jang Hui-soo (Go Youn-jung).

Mereka berdua satu kelas dengan Lee Gang-hoon (Kim Do-hoon) yang kelihatannya baik-baik. Gang-hoon adalah tipe ketua kelas yang menuruti semua perintah guru dan jarang melakukan hal-hal aneh. Tapi tentu saja ia memiliki rahasia.

Selain kelihatan sekali ia punya anger issues, Gang-hoon seperti halnya Bong-seok memiliki kemampuan super dengan kecepatan dan kekuatan yang tiada tara. Hui-soo sendiri juga diam-diam memiliki kemampuan super yaitu menyembuhkan diri dengan sangat cepat dan kemampuan fisiknya yang luar biasa.

Sementara, kehidupan mereka baik-baik saja. Drama di antara mereka hanyalah soal orang tua mereka yang kelihatannya terlalu over-protektif. Kemudian muncul seseorang misterius bernama Frank (Ryoo Seung-burn), seorang pembunuh yang juga memiliki kemampuan super yang mendapatkan misi untuk melenyapkan para manusia berkemampuan super dan mencari tahu apakah orang-orang ini mempunyai keturunan.

drama korea Moving
Sumber: Disney Hotstar

Baca juga: 3 Fakta Menarik Drakor ‘Moving’: dari Plot Twist sampai Tontonan Gore

Upaya Tidak Gampang Diprediksi

Predictable adalah musuh semua konten audio-visual. Dalam era banji konten superhero di mana-mana, hal ini menjadi momok yang menyeramkan. Moving, yang hadir saat hampir semua orang di muka Bumi ini sudah mengonsumsi berbagai macam bentuk konten superhero, membuktikan bahwa narasi soal superhero masih bisa dipersembahkan dengan baik ketika punya statement jelas untuk mungkin belum disampaikan.

Moving memang memberikan panggung kepada manusia-manusia berkemampuan super, tapi pada intinya serial ini bercerita soal kemanusiaan. Bagaimana rasa sayang dan cinta menjadi senjata terkuat yang bisa digunakan? Klasik? Tapi, tunggu dulu.

Penulis skrip Kang Full (yang mengadaptasi dari webtoon-nya sendiri) membelah Moving menjadi beberapa bagian, yang menyebabkan serial ini secara naratif tidak hanya menjadi semakin dramatis, tapi juga secara emosional membuat penonton semakin dekat terhadap karakter-karakternya.

Di enam episode pertama, Kang Full memberikan panggung kepada anak-anak sekaligus menunjukkan betapa bahaya karakter Frank . Gebrakan pertama dilakukan oleh Kang Full ketika di episode tujuh (The Stranger). Ia memberikan latar belakang karakter penjahat yang di episode-episode sebelumnya digambarkan dingin dan tidak mempunyai nurani. Keputusan ini membuat Moving menjadi kompleks, karena karakter yang harusnya kita benci ternyata juga punya alasan melakukan hal-hal buruk yang mereka lakukan.

Kemudian di episode 8 sampai 14, Kang Full memberikan full backstory terhadap karakter orang tua. Di awal-awal episode Moving penonton dibekali informasi sekilas bahwa baik Jang Ju-won (Ryu Seung-ryong) dan Lee Mi-hyun (Han Hyo-joo), bapak Hui-soo dan ibu Bong-seok, adalah single parent.

Di momen ini tidak hanya Kang Full menjelaskan dengan lebih detail tentang organisasi tempat para orang tua ini bekerja, penonton juga melihat bagaimana orang-orang ini menemukan cinta dan bahagia. Di sinilah Moving berubah menjadi drama yang spektakuler karena hal-hal ini hanya bisa dilakukan oleh pembuat film Korea yang jago dalam mengeksploitasi emosi.

Dari momen tegang, menggemaskan, penuh cinta sampai mengharukan ada di episode-episode ini. Seperti halnya James Cameron yang mengatakan dalam Avatar: The Way of Water bahwa produk superhero zaman sekarang kurang urgensi bahaya yang membuat ancaman itu tidak nyata, Kang Full memahami hal tersebut. Perjuangan para orang tua ini menemukan cinta dan akhirnya memilih untuk menyelamatkan masa depan anak mereka adalah hal yang membuat Moving menjadi tontonan yang tidak bisa dilewatkan.

Sebelum akhirnya Moving bersiap untuk menampilkan laga terakhir di babak ketiganya, di episode 15 (N.T.D.P.) Kang Full memberikan sedikit gambaran tentang Choi Il-hwan (Kim hee-won), wali kelas para remaja yang diam-diam memiliki misi khusus.

Episode ini penting karena Il-hwan adalah karakter yang tidak memiliki kemampuan super tapi mempunyai tugas untuk mengawasi anak-anak super ini. Dan begitu episode 15 selesai, bersiaplah untuk klimaks sepanjang empat episode yang sungguh memuaskan. Bagaimana pun juga Moving adalah sebuah serial superhero. Apa jadinya superhero tanpa peperangan yang seru?

Sumber: IMDB

Baca juga: Girl Math, Tren Lucu-lucuan yang Datang dari Keresahan Sungguhan

Romansa, Spionase, dan Drama

Park In-je (yang juga menyutradarai Kingdom musim kedua) adalah sutradara yang tahu benar cara mempersembahkan Moving tanpa mengorbankan satu aspek apapun dalam bercerita. Tempo Moving setiap episodenya selalu enak ditonton, tidak peduli berapapun durasinya. Ia bisa menyeimbangkan drama, aksi dan humor dengan porsi yang tepat.

Ia tahu kapan menyimpan dan mengeluarkan informasi. Episode 5 (Recall) adalah salah satu episode yang sangat memuaskan secara emosional karena In-je berhasil membawa emosi saya ke tingkat marah yang sempurna. Menyaksikan Hui-soo akhirnya menggunakan kemampuannya untuk kebaikan adalah salah satu pengalaman sinematik paling memuaskan tahun ini.

Episode 8 (Black) dan 9 (Humanists) terasa seperti sebuah romansa di tengah-tengah film spionase. Sementara itu episode 10 (The Monster) dan 11 (Romanticist) bisa berdiri sendiri menjadi sebuah film yang mempunyai banyak rasa. Saya tertawa, saya ketakutan dan menangis sedih dalam waktu kurang lebih dua jam. Dan tangis itu menjadi deras ketika saya sampai di episode 12 (Partners). Seperti halnya episode 10 dan 11, episode 12 terasa seperti sebuah film yang bisa berdiri sendiri.

Hal yang juga membuat saya begitu semangat menonton Moving adalah bagaimana In-je mempersembahkan visual yang membuat saya tidak habis pikir bagaimana cara merekamnya. Ada adegan pengejaran yang selama beberapa menit lebih kamera ditaruh di dalam mobil sehingga kita sebagai penonton rasanya seperti penonton yang sedang ada di mobil yang ngebutnya gila-gilaan. Di episode 10 dan 11, adegan gebuk-gebukannya yang kadang dishoot dalam sekuens yang panjang, membuat saya teringat akan adegan lorong di Oldboy. Ada sensasi yang menyenangkan melihat seorang superhero yang bisa menyembuhkan diri sendiri melawan puluhan gangster yang iseng. Dan saya belum membahas tentang empat episode terakhir Moving yang gila-gilaan.

Dimainkan dengan baik oleh semua aktornya (tidak ada satu pun yang salah casting, bahkan karakter yang hanya muncul untuk mengucapkan satu dua kalimat), Moving adalah sebuah kejutan yang menyenangkan. Ternyata “superhero fatigue” tidak berlaku jika produk tersebut memiliki cerita yang jelas dan hadir bukan sebagai jembatan untuk tontonan berikutnya. Untuk kali ini saya bisa bilang, saya tidak keberatan kalau Moving hadir lagi untuk cerita-cerita berikutnya.

Moving dapat disaksikan di Disney+ Hotstar.



#waveforequality


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *