Issues

Semua Transgender Berhak Hidup Sehat dan Bahagia

Semua Transgender Berhak Hidup Sehat dan Bahagia

Avatar
  • December 14, 2022
  • 7 min read
  • 1119 Views
Semua Transgender Berhak Hidup Sehat dan Bahagia

Di budaya Amerika Serikat (AS), transgender mungkin lebih familier hari-hari ini. Namun ternyata ppularitas ini tak berbanding lurus dengan akses mereka terhadap keadilan, termasuk keadilan mengakses layanan kesehatan.

Transgender adalah kategori payung yang muncul di Amerika Serikat pada 1990-an, mencakup beragam identitas gender yang tidak sepenuhnya sesuai dengan jenis kelamin individu yang ditetapkan saat lahir. Meski komunitas lokal di seluruh dunia telah mengadopsi istilah transgender, tapi ini juga dapat menghapus atau menciutkan identitas gender beragam lainnya yang telah digunakan orang lintas waktu, lokasi, dan budaya.

 

 

Orang-orang yang saat ini disebut trans, nonbiner, dan interseks telah ada selama berabad-abad di seluruh dunia. Hak-hak orang trans tidak selalu diperdebatkan dalam masyarakat arus utama. Kategori seks dan gender nonnormatif muncul di teks Buddhis kuno, serta literatur rabi Yahudi. Namun penaklukan kolonial telah membasmi keragaman seksual dan gender secara global.

Hak orang trans untuk hidup telah ditantang sepanjang waktu dan di seluruh dunia dengan berbagai cara. Di seluruh dunia, orang trans menghadapi kesenjangan di banyak wilayah, termasuk akses ke perawatan kesehatan, dukungan hukum, dan keamanan ekonomi. Pemerintah, organisasi global, dan warisan kolonialisme juga menerapkan kekerasan dan stigma tingkat tinggi terhadap mereka.

Pada saat yang sama, 95 persen organisasi terkait kesehatan global tidak mengenali atau menyebutkan kebutuhan orang-orang dengan keragaman gender dalam pekerjaan mereka, sehingga menghasilkan “pengecualian hampir universal” orang trans dari praktik dan kebijakan kesehatan.

Ada juga kurangnya penelitian trans-inklusif yang holistik di seluruh dunia. Misalnya, menelusuri kata “transgender” di situs web Institute for Health Metrics and Evaluation, raksasa metrik kesehatan global dari Yayasan Bill dan Melinda Gates yang berkolaborasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyempurnakan data kesehatan global, hasilnya nol saat ini.

Sebagai sosiolog, saya mempelajari bagaimana hasil kesehatan dipengaruhi oleh berbagai kondisi sosial, termasuk kebijakan ekonomi global, institusi, dan nilai budaya.

Secara khusus, saya menganalisis bagaimana pariwisata medis (medical tourism) yang didukung pemerintah, atau perjalanan terkait kesehatan, telah memengaruhi perempuan transgender Thailand. Secara umum, saya berusaha memahami bagaimana tubuh bertindak sebagai apa yang oleh filsuf Prancis Michel Foucault sebut sebagai “permukaan peristiwa yang tertulis,” tercetak oleh konteks sosial yang selalu berubah yang mampu atau menahan sumber daya, hak, pengakuan dan kekuasaan.

Dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka yang dibentuk oleh konteks sosial di seluruh dunia, tidak terkecuali tubuh transgender.

Baca juga: Riset Terbaru: LGBTIQ+ Indonesia Kesulitan Akses Kesehatan Selama Pandemi COVID

Sejarah Perawatan yang Mempertegas Gender

Institusi dan otoritas medis adalah jalur utama menuju kesehatan dan bagaimana seseorang hidup di dalam tubuhnya. Mereka mendefinisikan, mengklasifikasikan, dan membuat patologi berbagai kondisi manusia, dari pola kebotakan laki-laki hingga kegemukan.

Dokter Jerman Magnus Hirschfeld menciptakan istilah “waria (transvestite)” yang sekarang sudah kuno pada 1910 untuk mendefinisikan mereka yang ingin mengekspresikan diri mereka bertentangan dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir.

Di Institute for Sexual Science miliknya, Hirschfeld menawarkan terapi hormon kepada orang-orang dan melakukan operasi transformasi alat kelamin pertama yang didokumentasikan. Adolf Hitler menganggap Hirschfeld “orang Yahudi paling berbahaya di Jerman,” dan Nazi membakar pusat penelitiannya setelah dia kabur untuk menyelamatkan diri.

Terlepas dari kekerasan terhadap pengobatan trans ini, endokrinologi di AS dan Eropa cukup maju pada 1930-an dengan penggunaan testosteron dan estrogen sintetik untuk transisi medis. Estrogen pertama kali dimurnikan pada 1923 dan digunakan untuk hot flashes (sensasi panas yang muncul tiba-tiba di tubuh bagian atas), pencegahan keropos tulang, dan masalah kesehatan reproduksi lainnya. Testosteron diisolasi dan disintesis pada 1935 dan pertama kali digunakan untuk mengobati hipogonadisme pada laki-laki serta pertumbuhan tumor pada perempuan.

Penghambat pubertas, atau agonis hormon pelepas gonadotropin, pertama kali disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat pada 1993 untuk anak yang mengalami pubertas terlalu dini. Untuk remaja trans yang mengalami disforia gender, atau tekanan akibat ketidakcocokan antara identitas gender dan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir, pengobatan ini dapat menjadi sangat penting untuk kesejahteraan mereka. Jauh dari eksperimental, obat-obatan tersebut memiliki bukti kuat untuk efek menguntungkan secara keseluruhan bagi remaja trans.

Christine Jorgensen adalah orang Amerika pertama yang menjalani apa yang kemudian disebut operasi “perubahan jenis kelamin”, di Denmark pada 1952, membuat berita utama. Dokter di belahan dunia lain juga mulai mendapatkan keahlian klinis dalam vaginoplasty (operasi mengencangkan otot vagina), yang memicu jaringan global perawatan kesehatan transgender. Misalnya, ahli bedah di Thailand mengembangkan teknik mereka sendiri pada 1970-an untuk wanita trans Thailand.

Segera, orang trans dari negara lain mempelajari teknik bedah Thailand dan mulai melakukan perjalanan ke Thailand untuk perawatan. Dengan dukungan pemerintah yang kuat, Thailand telah menjadi pusat global untuk layanan yang menegaskan gender. Selanjutnya, pelancong asing “mengerumuni” beberapa orang trans Thailand dari perawatan berkualitas saat pasar bergeser untuk mengakomodasi wisatawan medis.

Untuk beberapa pelancong kesehatan, layanan-layanannya lebih terjangkau di Thailand daripada di negara asalnya. Bepergian untuk mendapatkan layanan kesehatan juga dapat memberikan anonimitas yang lebih besar. Bagi mereka yang berada di Inggris yang mencari perawatan yang menegaskan gender, bepergian ke luar negeri adalah alternatif dari waktu tunggu yang lama.

Wisata medis lebih mengerikan bagi mereka yang tinggal di negara-negara tempat orang trans menghadapi kriminalisasi, seperti Brunei, Lebanon, dan Malawi, atau tempat operasi yang menegaskan gender dilarang secara agama, seperti Arab Saudi.

Baca juga: Sulitnya Komunitas Transgender Akses Layanan Kesehatan Mental

Apa itu Kesetaraan Kesehatan Global?

Secara global, orang-orang trans mengalami masalah dalam mengakses layanan perawatan kesehatan yang secara budaya kompeten dan adil, baik secara umum maupun untuk layanan yang menegaskan gender.

Orang trans dan beragam gender mengalami tekanan mental yang lebih besar dan kekerasan dan diskriminasi sehari-hari daripada rekan cisgender (orang yang mengidentifikasi gendernya sesuai dengan jenis kelamin yang ia bawa sejak lahir) mereka.

Sebuah laporan pada 2019 dari hampir 200 organisasi kesehatan di seluruh dunia menemukan, 93 persen lembaga tidak mengakui orang trans dalam pekerjaan mereka tentang kesetaraan gender, dan 92 persen tidak menyebutkan kesehatan trans dalam layanan terprogram mereka.

Dekolonisasi kesehatan global berarti melibatkan orang-orang yang terpinggirkan dalam pengambilan keputusan dan produksi pengetahuan seputar kesehatan global. Ini juga mencakup dan menangani kebutuhan orang-orang trans dan beragam gender di seluruh dunia.

Pasien dan dokter di ruang ujian
Memasukkan orang-orang trans dalam kebijakan dan praktik perawatan kesehatan dapat membantu mengurangi kesenjangan. FG Trade/E+ via Getty Images

Kesetaraan kesehatan trans global berarti menyediakan sumber daya untuk menargetkan akar permasalahan kesenjangan kesehatan berbasis gender. Ini melibatkan pengakuan gender legal, dukungan pemerintah, dan undang-undang anti-diskriminasi.

Sementara dukungan medis dan kesehatan masyarakat diperlukan untuk perempuan trans, yang terkena HIV secara tidak proporsional di seluruh dunia, kesetaraan kesehatan trans global juga berarti menangani area lain yang berkontribusi pada perbedaan ini, seperti kemiskinan, pengucilan ekonomi dan diskriminasi tempat kerja.

Untuk negara-negara dengan cakupan kesehatan universal, peneliti medis dan kesehatan masyarakat merekomendasikan agar layanan yang menegaskan gender disertakan sebagai layanan penting. Mereka bukan kosmetik, tetapi diperlukan bagi mereka yang menginginkannya.

Baca juga: Amar Alfikar Bicara Hak Beragama Transgender: ‘Islam Tak Lihat Fisikmu’

Alternatif Lebih Baik untuk Semua

Di tengah ketidakadilan sehari-hari, kekerasan dan kerentanan adalah bentuk yang tak terhitung jumlahnya dari ketahanan dan perlawanan trans, aktivisme, perawatan kolektif dan berbagi pengetahuan . Bahkan ada beberapa “gelembung utopia,” atau klinik dan pengaturan perawatan kesehatan tempat orang trans dapat mengakses layanan dengan penundaan yang berkurang.

Alternatif ini membuka kemungkinan untuk kebahagiaan transgender, atau pembebasan dari konstruksi gender kolonial yang membatasi, dan kegembiraan transgender, atau meningkatkan kualitas hidup seseorang dan membentuk hubungan yang bermakna dengan merangkul identitas yang terpinggirkan.

Bagaimana kebijakan, institusi, dan masyarakat dapat memupuk kebahagiaan dan kegembiraan trans di seluruh dunia?

Semua tubuh manusia adalah “artefak sosiokultural.” Bagaimana mereka diekspresikan dan dihayati ditentukan oleh konteks sosial dan dibentuk oleh sumber daya yang tersedia.

Seks dan gender adalah poin dalam “ruang multi-dimensi” yang luas dari anatomi, hormon, kromosom, lingkungan, dan budaya.

Kesetaraan kesehatan global untuk orang-orang trans meminta pertanggungjawaban lembaga dan pembuat keputusan yang bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan semua manusia. Ini berorientasi pada kebebasan untuk berkembang di dunia yang merayakan keragaman seks dan gender sebagai fakta alami kehidupan.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.



#waveforequality


Avatar
About Author

Reya Farber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *