Issues Opini

Kenapa Perempuan Muslim Pakai Jilbab?

Dari perkara identitas hingga melawan standar kecantikan feminin, bagaimana sebenarnya penggunaan jilbab dalam Islam?

Avatar
  • May 4, 2023
  • 4 min read
  • 1538 Views
Kenapa Perempuan Muslim Pakai Jilbab?

Di usianya yang masih 11 tahun, Nazma Khan, imigran Amerika Serikat dari Bangladeshharus menanggung malu karena jilbabnya. Karena itulah pada 2013, ia mencetuskan Hari Hijab Sedunia – sebuah hari bagi perempuan Muslim dan non-Muslim untuk merasakan pengalaman mengenakan jilbab.

Dirayakan pada 1 Februari, hari ini merupakan ekspresi solidaritas dan dukungan untuk kebebasan beragama.

 

 

Sebagai seorang akademisi dari imigran Muslim, saya juga telah lama memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mengekspresikan diri mereka secara religius dalam memilih pakaian. Hijab bukan hanya tentang agama – perempuan mengenakannya untuk berbagai alasan yang dapat berubah, tergantung pada waktu dan konteks sosial.

Baca juga: Jilbab Bukan Kewajiban, Tapi Saya Tetap Memakainya

Apakah Penutup Kepala Wajib dalam Islam?

Tulisan-tulisan keagamaan Muslim tidak sepenuhnya jelas mengenai aturan tentang penutup kepala.

Berbagai ayat dalam Alquran, kitab suci umat Islam, dan Hadis, pernyataan yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad, merujuk pada penutup kepala oleh istri-istri nabi. Namun para ulama tidak setuju tentang apakah pernyataan-pernyataan ini hanya berlaku untuk istri-istri nabi atau untuk semua perempuan Muslim.

Menurut beberapa orang, penutup kepala telah digunakan sebagai cara untuk mengekang hasrat seksual pria. Namun, menutup kepala dan tubuh mendahului Islam. Perempuan Yahudi, Kristen, dan Hindu juga telah menutupi kepala mereka di berbagai waktu dalam sejarah dan di berbagai belahan dunia.

Tentu saja, jilbab berkaitan dengan agama. Banyak perempuan yang menutup kepala mereka dengan jilbab membicarakannya sebagai cara untuk menunjukkan ketundukan mereka kepada Tuhan. Pun, pengingat untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam seperti bersikap jujur dan murah hati kepada mereka yang membutuhkan.

Baca juga: Hijab dan Kita yang Tak Pernah Diberi Pilihan

Pakai Jilbab untuk Menegakkan Identitas

Namun, ada alasan lain untuk mengadopsi jilbab.

Penjajah Prancis dan Inggris mendorong perempuan Muslim untuk melepas penutup kepala dan meniru perempuan Eropa. Akibatnya, di negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah, jilbab menjadi simbol identitas nasional dan penentangan terhadap Barat selama masa kemerdekaan dan gerakan nasionalis.

Saat ini, beberapa perempuan mengenakan jilbab untuk menunjukkan kebanggaan akan identitas etnis mereka. Hal ini terutama terjadi pada imigran di Eropa dan Amerika Serikat di mana telah terjadi peningkatan Islamofobia.

Dalam sebuah unggahan di Facebook untuk Hari Hijab Sedunia 2018 yang menjadi viral, seorang mahasiswi Columbia College di Amerika Serikat, Toqa Badran menulis,

“Saya memakai jilbab ini karena ketika saya masih kecil saya disosialisasikan untuk merasa malu, bahkan malu dengan agama dan budaya saya. Saya diberitahu bahwa menjadi seorang Muslim berarti menjadi seorang teroris dan menjadi Muslim secara lahiriah berarti mendukung kekerasan dan penindasan… Saya mengerti bahwa saya tidak akan diterima selama saya mengenakan simbol-simbol warisan saya dan memilih untuk, dengan cara yang modern, merangkul nenek moyang saya.”

Perempuan Muslim Afrika-Amerika di Amerika Serikat terkadang mengenakan jilbab untuk menunjukkan afiliasi agama mereka. Mereka juga ingin menghilangkan anggapan bahwa semua orang Afrika-Amerika beragama Kristen, dan hanya orang yang berasal dari luar negeri yang bisa menjadi Muslim. Faktanya, 13 persen Muslim dewasa di AS adalah orang Amerika berkulit hitam yang lahir di negara tersebut.

Baca juga: Berhijab atau Tidak, Terserah Masing-masing

Berbagai Alasan Pakai Jilbab

Ilhan Omar menggunakan jilbab
Anggota Kongres yang baru terpilih, Ilhan Omar, mengenakan jilbab. AP Photo/Carolyn Kaster)

Bagi banyak perempuan lain, jilbab telah menjadi alat perlawanan terhadap standar kecantikan feminin yang menuntut lebih banyak yang terbuka. Para pendukung pandangan ini berpendapat, menanggalkan pakaian untuk kepentingan pandangan laki-laki tidak sama dengan pembebasan.

Menurut para peneliti, perempuan berhijab menyatakan, para pemberi kerja harus berinteraksi dengan mereka berdasarkan kualifikasi mereka, bukan berdasarkan penampilan mereka, dan oleh karena itu, jilbab memberikan kesetaraan di tempat kerja. Namun, di negara-negara Barat, perempuan merasa bahwa mengenakan penutup kepala membuat mereka lebih sulit untuk diterima bekerja.

Akhirnya, bagi sebagian perempuan, jilbab adalah sebuah kenyamanan. Jilbab dapat mengurangi komentar dari orang lain tentang perempuan yang berada di tempat umum dan mengurangi insiden pelecehan di jalan dan di tempat kerja.

Terlepas dari berbagai alasan yang rumit di balik penggunaan jilbab, ada beberapa orang yang secara rutin menyatakan, perempuan yang mengenakan jilbab pasti tertindas.

Contoh-contoh perempuan berhijab di pemerintahan, seperti anggota Kongres yang baru terpilih, Ilhan Omar, atau atlet seperti atlet anggar Olimpiade, Ibtihaj Muhammad, dapat membantu menghilangkan stereotip ini.

Caitlin Killian, Professor of Sociology, Drew University. Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Caitlin Killian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *