Lifestyle

Istilah Heterofobia dan Segudang Problemanya

Istilah heterofobia sering digunakan oleh orang yang homofobik untuk menyerang balik komunitas LGBT.

Avatar
  • August 6, 2021
  • 5 min read
  • 3649 Views
Istilah Heterofobia dan Segudang Problemanya

Berbicara mengenai heterofobia, saya sendiri agak heran ketika melihat beberapa cuitan di Twitter yang mengatakan bahwa orang-orang heteroseksual mengalami diskriminasi karena orientasi seksual mereka. 

Berikut ini beberapa contohnya.

 

 

I’m kinda tired of the whole heterophobia thing. As for the comments you don’t like, perhaps the LGBT community has brought it on themselves. We don’t have to accept everything. Why do this? -@jasonwhittney

There needs to be clear accountability for those who are attacking children with their sexual agendas based on their heterophobia.– @inthislifelove1

Women including gender reassigned women.No gender reassignment then they are officially classified by their biologically born sex.Current Trust policy actively leads to heterophobia = discrimination, harassment and victimisation of heteronormativity.- @ThePeoplesAlte1

Baca juga: Studi: Transgender Korban Terbanyak Persekusi Terhadap LGBT 2017

Diskriminasi terhadap heteroseksual? Yang saya lihat malah orang-orang homofobik yang tidak terima dengan keberadaan komunitas LGBT. 

Ketika melihat diskursus istilah ini, memang muncul banyak kritik dan kebingungan terkait dengan istilah heterofobia. Dalam kamus Merriam Webster, istilah ini diartikan sebagai ketakutan yang tidak irasional dan diskriminasi terhadap heteroseksual. 

Dikutip dari WBEZ Chicago, Profesor Ilmu Kesehatan dari Fashion Institute of Technology, Dr. Ray Noonan mengatakan bahwa istilah ini diciptakan muncul pada era 80-an dan mulai banyak disebut dalam halaman akademik pada era 90-an  yang digunakan untuk mendeskripsikan perasaan atau ketidakpercayaan yang orang-orang queer rasakan terhadap masyarakat di mana mereka dimarginalisasi dan mendapatkan kekerasan secara sistemik.

Wah, ternyata ada berbagai pengertian dari istilah ini. Pantas saja ketika saya menjelajah Twitter dan YouTube ada beragam orang yang menggunakan istilah ini, dan saya pun akhirnya mengerucutkan ke dalam tiga kategori. 

Pertama, orang-orang yang tidak paham tentang opresi masyarakat terhadap komunitas LGBT. Salah satu contohnya  adalah kasus artis TikTok dan YouTuber AS, Bryce Hall, yang  mengatakan bahwa heterofobia meluas di media sosial. Dikutip dari Pinknews, Hall membuat cuitan (yang kini sudah dihapus) yang berbunyi,

“What is ‘straight’ TikTok and why does everyone hate it,We are on the cusp of ending homophobia and now we’re introducing heterophobia? What the f**k is 2020.”  

Cuitan tersebut langsung dihapus Hall dalam waktu beberapa menit, setelah mendapatkan banyak tweet balasan dari wargnet  yang menggarisbawahi bahwa homofobia memang disayangkan masih ada, akan tetapi, untuk heterofobia, hal itu tidaklah eksis.

Hall pun setelahnya meminta maaf di Twitter, mengatakan bahwa ia tidak seharusnya mengatakan hal itu dan mengakui bahwa ia memang kurang memahami hal ini. 

Istilah Heterofobia yang Lebih Sering Digunakan Orang Homofobik 

Kedua, istilah heterofobia juga tak jarang digunakan oleh orang-orang homofobik untuk balik menyerang kelompok LGBT. Sebelum ini, kamu sudah melihat beberapa tweet orang homofobik yang merasa terancam dengan komunitas LGBT. Nah, di Australia juga ada upaya menggunakan istilah ini untuk menyebarkan misinformasi seputar komunitas  LGBT.

Dilansir Pinknews.com, pada Januari 2020, ada selebaran yang disebarkan di pinggiran kota Adelaide yang mengatakan bahwa heterofobia merupakan sebuah ketakutan yang disebarkan media terhadap orientasi seksual yang memang sudah seharusnya.

Baca juga: ‘Welcome to Chechnya’ Pelajaran buat Indonesia untuk Berbenah Diri

Dalam selebaran yang dibuat oleh grup yang mendeskripsikan diri mereka sebagai Handbook for Christian Radicalsitu juga memuat kalimat yang membandingkan edukasi inklusif LGBT untuk anak-anak dengan kamp konsentrasi NAZI, serta perayaan Pride dengan propaganda yang dilakukan NAZI.

Kelompok ketiga yang menggunakan istilah ini adalah allies serta orang-orang queer. Mereka menggunakan istilah heterofobia untuk mempermalukan orang-orang heteroseksual yang berprivilese dan sebagai sarkasme terhadap orang-orang homofobik. 

Heteroseksual Lebih Berprivilese Daripada LGBT

Kendati heterofobia telah dipakai berbagai kalangan dengan pemaknaan berbeda-beda, hal tersebut tidak semasif dan berdampak seburuk homofobia dalam realitas. Perlu dipahami bahwa sebelum istilah heterofobia muncul, dan salah satunya dipakai oleh heteroseksual untuk mendiskriminasi kelompok LGBT, kelompok tersebut sudah lama mengalami opresi sementara heteroseksual menikmati privilese yang sering kali tidak disadarinya. 

Apa saja sih privilese itu?

  •     Individu heteroseksual dapat mencintai pasangannya tanpa takut dipersekusi

Orang-orang heteroseksual termasuk dalam kelompok yang beruntung sebab mereka tidak akan dipersekusi sampai dihukum oleh negara hanya karena mencintai seseorang. Orang tuamu juga tidak akan menyuruh seseorang untuk memperkosamu untuk “menyembuhkan“ diri mereka dan agar mereka kembali ke orientasi seksual mayoritas. 

  •     Orang heteroseksual bisa menikah dengan pasangannya dengan tenang

Pasangan heteroseksual dapat menikah dan diakui secara hukum, tanpa perlu susah-susah mencari negara yang melegalkan pernikahan heteroseksual. Setelah menikah, mereka dapat  hidup dengan tenang bersama pasangannya.

  •     Tidak mengalami fase mempertanyakan mengapa terlahir heteroseksual

Apakah orang-orang heteroseksual akan mempertanyakan mengapa ia terlahir heteroseksual? Tentu saja tidak, karena heteroseksual adalah orientasi seksual yang dianggap normal oleh masyarakat. 

  •     Tidak mengalami fase menyalahkan diri sendiri karena orientasi seksualitas

Heteroseksual juga tidak akan mengalami fase menyalahkan diri sendiri karena merasa berbeda dari kebanyakan orang. Rasa bersalah seperti ini yang membuat banyak  individu LGBT mengalami masalah kesehatan khususnya mental dan tidak bisa menerima dirinya sendiri.

Baca juga: Sejarah Gerakan dan Perjuangan Hak-hak LGBT di Indonesia

  •     Tidak dituntut untuk melela

Seorang heteroseksual tidak akan mengalami titik dilema untuk mengungkapkan dirinya menyukai lawan jenisnya. Perkara coming out atau melela ini hanya menjadi problem orang-orang non-heteroseksual dan sering kali menjadi tekanan tersendiri dalam kelompok mereka. Sementara sebagian orang di kelompoknya mungkin mendorong dia untuk menunjukkan diri apa adanya, keadaan lingkungan acap kali tidak mendukung dan menerimanya melakukan itu. Bahkan, bila mereka melela, mereka berisiko kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan hak-hak dasar lainnya sebagai manusia.

  •     Tidak akan dipotret negatif oleh media hanya karena orientasi seksual yang berbeda

 Orang-orang heteroseksual juga tidak akan digembar-gemborkan orientasi seksualnya ketika mereka melakukan perbuatan jahat. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan orang-orang dengan orientasi lesbian, gay, biseksual.

Ini bisa terlihat dari beberapa pemberitaan seperti “Tolak Berhubungan karena Positif Covid, Pria Gay di Bekasi Bunuh Teman Kencan”  atau “Kronologi Pria Bunuh Pasangan Sesama Jenis di Grobogan, Berawal dari Kencan yang Tak Dibayar“. Kenapa juga harus ditulis orientasi seksualnya? Apakah jika yang bersangkutan adalah orang heteroseksual, wartawan akan menjelaskan orientasi seksual mereka juga?



#waveforequality


Avatar
About Author

Jonesy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *