Issues Safe Space

#RuangAmanAnak: Dear Ortu, Begini Cara Terbaik Ajarkan Pendidikan Seks pada Anakmu

Pendidikan seksual komprehensif sejak dini, nyatanya bisa mencegah anak dari bahaya kekerasan seksual.

Avatar
  • June 25, 2024
  • 4 min read
  • 1423 Views
#RuangAmanAnak: Dear Ortu, Begini Cara Terbaik Ajarkan Pendidikan Seks pada Anakmu

Tingginya kasus kekerasan seksual pada anak belakangan, membutuhkan perhatian lebih. Dalam hal ini, orang tua, sebagai pihak terdekat, perlu berperan di garda depan. Khususnya dalam proses pencegahan maupun penanganan kasus. Salah satunya dengan mengedukasi anak tentang pendidikan seks yang komprehensif. Sayang, belum semua orang tua paham bagaimana mengajari anak tentang pendidikan seks. 

Berangkat dari sinilah, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan seminar bertajuk “Bagaimana Mengajarkan dan Melindungi Anak dari Kekerasan dan Pelecehan Seksual”, (20/6). Dalam seminar tersebut, hadir Prof. Dr. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K), M.Kes, anggota Satuan Tugas Perlindungan Anak PP IDAI sebagai pembicara utama. 

 

 

Baca juga: #RuangAmanAnak: Pengalaman Jadi Pendamping Korban Anak Bikin Saya Sadar Pentingnya Pendidikan Seks

Ajarkan Anak Kenali Tubuh Sendiri dan Menyebut Nama 

Ada banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan pendidikan seksual pada anak. Salah satunya, kata Meita, dengan mengajak anak untuk mengenali tubuh mereka. Biasakan tak menggunakan nama samaran atau alias untuk menyebut organ tubuh, termasuk genital anak. Hal ini dilakukan untuk mendobrak tabu bahwa nama organ genital tak jorok atau tak seharusnya diucapkan. 

Menurut Meita, mengajarkan anak bagian-bagian yang ada pada tubuh mereka setidaknya bisa membuat mereka kenal dengan tubuh sendiri.  “Anak sangat butuh diajarkan dan dikenalkan bagian-bagian yang ada di tubuh mereka. Mereka perlu tahu, di tubuh mereka itu ada area-area tertentu yang bersifat intim,” ujarnya. 

Selain mengenali bagian tubuh sendiri, anak juga harus diajari tentang jenis sentuhan pada tubuh. Khususnya pada anak usia prasekolah, ajari mereka untuk mengenali dan membagi jenis sentuhan tubuh ke dalam kategori good touch dan bad touch. Maksudnya, orang tua menjelaskan bagian mana saja yang dapat disentuh dan seperti apa sentuhan yang termasuk dalam good touch.  

Biasanya, good touch akan diasosiasikan dengan pengekspresian rasa sayang. Karena itu, Meita mengategorisasikan sentuhan yang ada di kepala, tangan, atau kaki bagian bawah sebagai bagian dari jenis good touch.  

Sebaliknya, anak juga perlu dijelaskan sentuhan seperti apa yang tergolong ke dalam bad touch. Bad touch adalah sentuhan yang bisa bikin anak tidak nyaman. Misalnya, sentuhan pada empat area pribadi, seperti daerah mulut, dada, bokong, dan kelamin.  

“Anak perlu diajarkan sedini mungkin terkait hal ini. Tujuannya, agar mereka bisa membedakan sentuhan yang dilakukan orang lain terhadap tubuh mereka,” jelas Meita.  

Pengenalan good touch dan bad touch sebenarnya merupakan satu upaya dini untuk mengenalkan anak terkait batasan dan juga consent terhadap tubuh. Anak perlu diberi pemahaman, tidak ada yang berhak menyentuh atau membuat mereka tidak nyaman, tanpa seizin mereka.  

Baca juga: Ada Predator di Gim ‘Online’, Indonesia Darurat Eksploitasi Seksual Anak

Ruang Aman di Keluarga 

Untuk mencegah kekerasan seksual pada anak, wajib hukumnya bagi orang tua untuk menyediakan ruang aman bagi anak. Maksudnya, orang tua sebisa mungkin menyediakan rumah yang penuh kasih di mana mereka merasa dicintai dan dilindungi.  

“Menciptakan lingkungan rumah yang penuh kasih sayang itu wajib ya. Kalau kita bisa menciptakan ini, anak akan jadi terbuka karena mereka akan merasa dicintai. Anak juga akan merasa aman karena orang tuanya memberi kesan melindungi,” tutur Meita.  

Selain menghadirkan lingkungan yang penuh kasih, orang tua juga perlu menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak. Sering kali, yang menjadi masalah ketika kekerasan seksual pada anak terjadi, kasus tidak bisa terkuak karena anak enggan atau takut memberikan keterangan, bahkan pada orang tua sekali pun. Untuk itu, Meita menegaskan, kejujuran orang tua terhadap anak jadi aspek penting. 

Baca juga: Kekerasan Anak Aghnia Punjabi, Tak Mudah buat Ibu Pekerja Tinggalkan Anak

Ketika orang tua jujur pada anak, anak akan terdorong untuk kembali terbuka kepada orang tua. Dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, keterbukaan ini lah yang perlu dipelihara agar anak mau membicarakan segala kekhawatiran yang mereka miliki.  

“Terbuka dan jujur dengan anak itu wajib. Ketika kita jujur, anak juga akan ikut terbuka. Lingkungan yang seperti ini sangat baik untuk mencegah kekerasan seksual. Anak bisa jujur ngobrol semua masalah yang terjadi dengan diri mereka,” pungkas Meita. 

*Pada Juni 2024, Magdalene memproduksi series artikel tentang #RuangAmanAnak. Liputan ini dimaksudkan untuk mengurai hak anak, terutama yang berkaitan dengan hak atas rasa aman, baik keamanan fisik maupun mental. 

Ilustrasi oleh: Karina Tungari



#waveforequality


Avatar
About Author

Syifa Maulida

Syifa adalah pecinta kopi yang suka hunting coffee shop saat sedang bepergian. Gemar merangkai dan ngulik bunga-bunga lokal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *