December 5, 2025
Environment Issues

Kenapa Cuaca Panas Banget? Ini Penjelasan BMKG dan Dampaknya

Oktober 2025 terasa kayak hidup di oven? BMKG ungkap alasan kenapa cuaca makin ekstrem.

  • October 17, 2025
  • 6 min read
  • 2660 Views
Kenapa Cuaca Panas Banget? Ini Penjelasan BMKG dan Dampaknya

Beberapa minggu terakhir, hampir semua wilayah di Indonesia sama-sama mengeluh satu hal: cuaca yang panasnya bikin gerah luar biasa. Bulan Oktober, yang biasanya jadi masa peralihan menuju musim hujan, justru terasa seperti puncak kemarau kedua. Udara kering, sinar matahari terasa “membakar,” dan suhu siang hari bahkan menembus 37–39 derajat Celsius di sejumlah daerah. Malam pun tak kalah pengap, tidak ada lagi waktu “adem” untuk beristirahat.

Lalu, kenapa Oktober kali ini terasa jauh lebih panas dari biasanya? Apakah ini cuma perubahan cuaca musiman, atau ada sesuatu yang lebih besar terjadi? Jawabannya ternyata kompleks. Dikutip dari Kompas, BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lonjakan suhu ekstrem tahun ini disebabkan oleh kombinasi fenomena El Niño dan anomali suhu permukaan laut, yang membuat udara kering bertahan lebih lama serta menekan pembentukan awan hujan.

Namun, panas ekstrem bukan cuma soal rasa tidak nyaman. Dampaknya sudah terasa nyata di banyak aspek: dari kesehatan masyarakat, ketersediaan air, hingga produktivitas kerja. Di beberapa daerah, warga mulai mengalami krisis air bersih, petani kesulitan mengairi lahan, dan anak-anak lebih rentan terkena heatstroke akibat paparan suhu tinggi. Dikutip dari Tempo, Gelombang Panas Picu Peningkatan Kasus Dehidrasi di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan bahkan mencatat peningkatan kasus dehidrasi dan gangguan pernapasan selama gelombang panas berlangsung.

Selain itu, suhu tinggi yang terus-menerus juga berdampak pada kesejahteraan mental. Tidur jadi tidak nyenyak karena udara panas, emosi mudah tersulut, dan fokus kerja menurun, semuanya memperburuk stres harian.

Dikutip dari The Conversation, Bagaimana Cuaca Panas Ekstrem Mempengaruhi Kesehatan Mental, Psikolog lingkungan dari Universitas Indonesia, Dian Rachmawati, dalam wawancaranya dengan The Conversation Indonesia menyebut bahwa “panas ekstrem yang berkepanjangan bisa meningkatkan risiko kelelahan mental dan iritabilitas akibat gangguan ritme sirkadian”.

Kini, banyak orang mulai bertanya-tanya: apakah ini pertanda bahwa “musim panas tanpa akhir” akan jadi normal baru di Indonesia? Jika ya, maka perubahan gaya hidup dan kebijakan lingkungan tak lagi bisa ditunda.

Baca Juga: Bukan ‘Heatwave’, tapi ‘Hot Spells’: Penjelasan Cuaca Panas Belakangan Ini

Kenapa Oktober 2025 Terasa Begitu Panas di Indonesia?

Pertanyaan ini sedang ramai dibicarakan, baik di media sosial maupun oleh para ahli cuaca. Banyak orang merasa bahwa Oktober 2025 jadi bulan terpanas sepanjang hidup mereka, dan ternyata itu bukan cuma perasaan.

Masih dari Kompas, data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu udara di banyak wilayah Indonesia memang melonjak jauh di atas rata-rata tahunan.

Di kota-kota besar seperti Surabaya, Kupang, dan Palangkaraya, suhu tercatat mencapai 38–39°C, sementara di kawasan padat seperti Jakarta dan Bekasi, efek panas terasa lebih parah akibat urban heat island atau penumpukan panas dari bangunan dan kendaraan.

Menurut para pakar, setidaknya ada tiga penyebab utama di balik teriknya cuaca Oktober 2025: fenomena El Niño yang kuat, perubahan iklim global, dan musim kemarau yang berkepanjangan.

1. Fenomena El Niño yang Kuat

Fenomena El Niño menjadi penyebab paling dominan dari meningkatnya suhu ekstrem di Indonesia tahun ini. El Niño terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur meningkat, sehingga mengubah pola sirkulasi udara global. Dampaknya, wilayah Indonesia yang biasanya lembap dan sering hujan malah jadi kering dan panas.

Dalam kondisi normal, angin pasat (trade winds) membawa udara lembap dari Pasifik menuju Indonesia. Tapi saat El Niño aktif, angin ini melemah bahkan berbalik arah, menyebabkan berkurangnya awan hujan dan meningkatnya radiasi matahari langsung ke permukaan bumi.

Dikutip dari CNN Indonesia, BMKG Sebut El Nino Kuat Masih Terjadi, Dampak ke Cuaca Indonesia, menurut laporan gabungan BMKG dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), El Niño 2025 tergolong “kuat” dengan anomali suhu laut mencapai lebih dari +1,5°C, membuat efek panas semakin terasa di kawasan tropis seperti Indonesia.

2. Dampak Perubahan Iklim Global

Kalau El Niño adalah pemantik, maka perubahan iklim global adalah bensinnya. Keduanya bekerja saling memperkuat dan membuat suhu makin ekstrem. Dikutip dari The Guardian, Global heating has made 2023 the hottest year on record, says WMO, data dari World Meteorological Organization (WMO), suhu rata-rata global kini naik sekitar 1,2°C dibandingkan era pra-industri, membuat setiap kejadian El Niño terasa lebih panas dan berlangsung lebih lama.

Dampaknya bisa dilihat di berbagai belahan dunia, dari kebakaran hutan di Australia, kekeringan di Asia Tenggara, sampai banjir besar di Eropa. Indonesia tentu tidak luput. Cuaca semakin tak menentu: hujan datang terlambat, musim peralihan makin panjang, dan suhu udara melonjak tajam.

Selain itu, emisi karbon dari kendaraan, industri, dan pembakaran lahan memperparah efek rumah kaca. Gas-gas seperti CO₂ dan metana membentuk “selimut panas” di atmosfer yang menjebak radiasi matahari, membuat suhu permukaan bumi terus meningkat dari tahun ke tahun.

3. Musim Kemarau yang Berkepanjangan

Faktor ketiga yang memperparah panas ekstrem Oktober 2025 adalah kemarau panjang dan tertundanya musim hujan. Biasanya, hujan pertama mulai turun di akhir September atau awal Oktober. Tapi menurut BMKG, tahun ini musim hujan baru akan datang pertengahan November.

Selama periode kering ini, tanah dan udara jadi sangat panas karena tidak ada hujan yang membantu menurunkan suhu. Kelembapan udara menurun drastis, membuat panas matahari semakin terasa menyengat karena tidak ada uap air yang berfungsi sebagai “perisai alami”. Akibatnya, malam pun tetap gerah karena panas yang tersimpan di permukaan bumi sulit dilepaskan kembali ke atmosfer.

Baca Juga: Dari Piring Melawan Perubahan Iklim

Peran Pemerintah dalam Menghadapi Dampak Panas Ekstrem

Ketika suhu udara melonjak hingga nyaris tak tertahankan, peran pemerintah menjadi kunci untuk melindungi masyarakat. Melalui lembaga seperti BMKG, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah berupaya memberikan informasi, edukasi, dan mitigasi agar publik lebih siap menghadapi dampak cuaca ekstrem.

Langkah yang paling terlihat adalah penyebaran peringatan dini dan edukasi tentang gelombang panas. BMKG secara rutin merilis pembaruan suhu dan peringatan cuaca ekstrem lewat situs resmi, media sosial, serta aplikasi Info BMKG, yang bisa membantu masyarakat menentukan waktu paling aman untuk beraktivitas di luar ruangan.

Dikutip dari Kompas, BMKG Jelaskan Langkah Antisipasi Cuaca Panas Ekstrem, dalam laporannya, BMKG menegaskan bahwa “pemantauan kondisi atmosfer secara berkala penting untuk menghindari risiko kesehatan akibat paparan panas berlebih”.

Sementara itu, Kemenkes terus mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan di tengah suhu ekstrem dengan kampanye pencegahan heatstroke, dehidrasi, dan penyakit kulit. Dalam pernyataan resminya, Kemenkes mengingatkan pentingnya minum cukup air, mengenakan pakaian longgar, dan menghindari paparan matahari langsung di siang hari.

Selain sektor kesehatan, KLHK dan pemerintah daerah juga berperan penting dalam adaptasi jangka panjang terhadap perubahan iklim. Mereka didorong memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH), memperkuat program penghijauan perkotaan, dan menerapkan arsitektur ramah lingkungan untuk menurunkan suhu udara di area padat penduduk. Menurut Mongabay dalam artikelnya Kota yang Ramah Iklim: Solusi Adaptasi terhadap Panas Ekstrem, penambahan vegetasi perkotaan bisa menurunkan suhu rata-rata hingga 2°C dan memperbaiki kualitas udara secara signifikan.

Tak kalah penting, pemerintah juga perlu memperkuat ketahanan air dan energi, terutama di daerah yang rentan kekeringan. Solusinya bisa berupa pembangunan embung, sumur resapan, dan sistem penampungan air hujan agar pasokan air tetap aman meski curah hujan menurun. Dikutip dari CNN Indonesia, KLHK Dorong Program Kampung Iklim untuk Adaptasi Cuaca Ekstrem, upaya ini sejalan dengan inisiatif KLHK dalam memperluas proyek “Kampung Iklim”, yang bertujuan mendorong komunitas lokal lebih mandiri menghadapi dampak panas ekstrem.

Dengan langkah-langkah tersebut, pemerintah tidak hanya bereaksi terhadap dampak jangka pendek, tetapi juga membangun sistem adaptasi iklim jangka panjang agar masyarakat Indonesia lebih tahan menghadapi panas ekstrem di masa depan.

Ilustrasi oleh Karina Tungari

About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.