Lifestyle

Dari Baju hingga Gaya Hidup, Ada Alasan Kita Senang Meniru Idola

Penggemar yang meniru penampilan dan sikap idolanya bukan tanpa alasan, melainkan turut merekonstruksi konsep diri.

Avatar
  • September 16, 2021
  • 4 min read
  • 2106 Views
Dari Baju hingga Gaya Hidup, Ada Alasan Kita Senang Meniru Idola

Saat membuka laman Instagram fan base Harry Styles, saya disambut dengan gaya berpakaian para penggemar yang khas dan serupa, yakni celana wide leg, kemeja atau kaus, suspender, dan sepatu boots. Rupanya, gaya berpakaian itu terinspirasi oleh idolanya dari cover album Fine Line, maupun dikenakan Styles sehari-hari.

Menariknya, mereka juga mengimplementasikan dan sering menggunakan frasa “Treat People with Kindness” sebuah pesan yang digaungkan Styles, ketika berselancar di media sosial. Dari sini kita dapat menilai bagaimana penggemar melihat figur publik, sebagai sosok yang patut dicontoh.

 

 

Berdasarkan penelitian Social comparison, imitation of celebrity models and materialism amongst Chinese youth (2008), oleh akademisi Hong Kong Baptist University, Kara Chan dan Gerard Prendergast, para penggemar ingin memperbaiki penampilan, kemampuan, nilai-nilai dalam diri, dan sikap untuk meniru idola mereka.

Karena itulah dalam fandom, para penggemar biasanya merayakan ulang tahun idolanya, dengan menggalang dana yang disumbangkan untuk permasalahan tertentu, seperti pengobatan kanker, parkinson, membantu korban bencana, atau biaya pendidikan anak-anak di daerah terpencil.

Mari lihat hal-hal lebih sederhana, seperti merayakan keberagaman, mendukung kampanye kelompok terpinggirkan, dan melek terhadap isu-isu dunia. Dari situ, mereka mengedukasi diri dan mempraktikkan kebaikan yang “diajarkan” oleh figur publik pujaannya.

Selain Styles, penggemar BTS pun melakukan hal serupa. Bellinda Putri, seorang blogger, influencer, dan ARMY, menjadikan idolanya sebagai referensinya dalam berpakaian.

Ia senang memberikan “racun” kepada pengikutnya di Instagram, dengan merekomendasikan toko daring di e-commerce yang menjual pakaian tersebut. Bahkan, Bellinda memiliki berbagai model sepatu dari high end brand fashion, yang turut dikenakan beberapa personil BTS. 

Baca Juga: Contoh Pemimpin Idola yang Bisa Dijadikan Panutan

Ikatan Antara Idola dan Penggemar

Merujuk penelitian “Extreme celebrity worship, fantasy proneness and dissociation: Developing the measurement and understanding of celebrity worship within a clinical personality context” (2006) oleh J. Maltby dkk., pemujaan tokoh idola diawali oleh dimensi entertainment-social.

Dalam dimensi tersebut, seorang penggemar menunjukkan ketertarikan pada bakat, sikap dan perilaku, serta berbagai hal yang telah dilakukan figur publik, termasuk karya-karyanya dianggap relate dengan kehidupan.

Kemudian, ia mulai mendiskusikan kekagumannya bersama teman-teman, atau berjejaring dengan sesama penggemar dan merasa dipahami.

Mengutip BBC, para penggemar melandasi pengalaman masing-masing untuk terkoneksi dengan sesama anggota fandom, maupun idolanya. Karenanya, relasi yang dibangun sebagian besar bergantung pada empati.

Interaksi parasocial antara penggemar dan idolanya dengan mudah diperdalam lewat media sosial, platform bagi mereka mengakses informasi dan kehidupan pribadi si figur publik. Dari situlah hubungan tersebut semakin intens dan penggemar memiliki kesempatan lebih besar untuk mengenal sosok yang dikagumi.

Hal ini diperjelas pada dimensi berikutnya, yakni intense-personal, ketika penggemar memiliki perasaan lebih intens dan kompulsif terhadap junjungannya.

Emosionalnya mulai terlibat, terlihat dari bagaimana mereka berempati dan menunjukkan rasa duka, saat peristiwa buruk menimpa idolanya. Selain itu, ketika tokoh idola meraih pencapaian, penggemar merasa berpartisipasi dalam perjalanan kariernya, dan ikut merayakan kebahagiaan tersebut.

Maka itu, tingkat obsesi terhadap figur publik dapat berkembang, lantaran penggemar merasa lebih tahu tentang kehidupannya dibandingkan orang lain.

Baca Juga: Di Balik Fenomena ‘Shipping’ Selebriti – Magdalene

Pembentukan Identitas lewat Hubungan Imajiner

Dalam tahap tumbuh kembang, seseorang akan meniru perilaku, gestur, dan pola berbicara keluarga maupun teman-teman dekatnya. Konsep ini memengaruhi kedekatan dan membangun empati dengan orang yang ditiru, sebagaimana dijelaskan oleh Philippe Rochat dan Claudia Passos-Ferreira dalam From Imitation to Reciprocation and Mutual Recognition (2008).

Namun, ketika memasuki usia remaja, ia cenderung mencari sosok lain untuk ditiru dan mengevaluasi konsep diri. Biasanya, tokoh yang disorot media dipilih sebagai panutan, dalam memfasilitasi transisi menuju dewasa.

Menurut J.L. Caughey dalam Gina as Steven: The social and cultural dimensions of a media relationship (1994), para penggemar muda cenderung melihat idolanya sebagai citra diri yang ideal, dan ingin memiliki kepribadian serupa.

Melalui media sosial dan pemberitaan media massa, mereka menginternalisasi hal-hal yang disampaikan dan nilai-nilai positif yang dipegang oleh figur publik oleh. Meskipun relasi yang dijalin bersifat parasocial, tokoh idola dianggap menolong mereka dalam mengekspresikan diri dan kesehatan mental.

Selain itu, sosok tersebut maupun para penggemar di dalam fandom, dinilai mampu memvalidasi perasaannya, serta memberikan rasa memiliki.

Baca Juga: Bagaimana Idola Perempuan Bertahan di Industri K-pop

Melansir Good Morning America, Grace, salah seorang penggemar Styles yang menghadiri konsernya di San Jose, Amerika Serikat pada 2018, melela kepada sang ibu bahwa ia biseksual.

Ia mengaku berani mengambil keputusan tersebut, lantaran terdorong oleh Styles yang mendukung komunitas LGBTQ+, dan menciptakan lingkungan aman bagi penggemarnya untuk menjadi diri sendiri.

Berdasarkan pengalaman Grace, kita dapat melihat hubungan imajiner antara penggemar dengan idolanya lebih dari sekadar memotivasi dan memberikan dukungan, melainkan membantu seseorang menemukan identitas diri, dan caranya mendefinisikan kembali keberhargaan diri.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *