‘Daycare’ adalah Solusi, tapi Kenapa Biayanya Sering Melambung Tinggi?
Perempuan pekerja kerap dibebani tugas ganda pengasuhan anak. Keberadaan ‘daycare’ yang terjangkau dan berkualitas dibutuhkan sebagai solusi.
Tampaknya konstruksi masyarakat memang lebih membebankan tugas perawatan dan pengasuhan anak pada perempuan seorang. Apalagi dalam survei International Labour Organization (ILO) dan Katadata Insight Center tahun lalu menunjukkan, perempuan dibebani tugas pengasuhan karena sifatnya yang lebih telaten dan sabar. Dampaknya, perempuan kerap kewalahan menjalani peran sebagai pekerja di ruang publik. Dalam hal ini, daycare atau penitipan anak sangat dibutuhkan.
Berangkat dari fakta itu, diskusi dan peluncuran Panduan Dukungan Pengasuhan Anak bagi Pemberi Kerja (Guide to Employer-Supported Childcare) digelar pada (6/3) lalu. Panduan ini dikembangkan oleh Indonesian Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Investing in Women (IW), dan Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera), serta didukung oleh Pemerintah Australia.
Dalam panduan ini dikatakan, peran ganda ibu sebagai pekerja dan pengasuh sering menempatkan mereka dalam posisi sulit. Pekerja perempuan bahkan bisa saja memutuskan untuk keluar atau berhenti karena tekanan berlapis di ruang domestik dan publik. Jika lanjut dan tak tertangani dengan baik pun, produktivitas pekerja perempuan rentan turun. Sebab, perhatian mereka terbagi juga dalam kerja pengasuhan anak.
Baca juga: #MerekaJugaPekerja: Jangan Biarkan Perempuan Kerjakan Semua Sendirian
Belum lagi peningkatan ketidakhadiran karyawan karena orang tua bekerja mungkin perlu mengambil izin tidak bekerja lebih sering. Terutama ketika masalah tak terduga muncul, seperti anak sakit atau harus menghadiri acara di sekolah.
Hal ini jelas berdampak negatif terhadap pemberi kerja. Produktivitas yang rendah, kerapnya pekerja perempuan meninggalkan tempat kerja, berpotensi membuat perusahaan merugi. Karena itulah, perusahaan perlu lebih suportif mengakomodasi kebutuhan para pekerja. Fleksibilitas waktu kerja, ruang menyusui, sampai daycare untuk ayah dan ibu di kantor sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini, pemberi kerja perlu melibatkan pemangku kepentingan dan menyurvei karyawan, menganalisis demografi tenaga kerja dan menilai sumber daya saat ini, jelajahi pilihan dukungan pengasuhan anak, evaluasi biaya dan manfaat, serta memprioritaskan kebutuhan dan kembangkan rencana lebih lanjut. Tujuannya agar semua kebutuhan pekerja khususnya pekerjaan perempuan bisa terakomodasi.
Jika belanja masalah sudah dilakukan, pemberi kerja perlu memastikan fasilitas penitipan anak itu berkualitas dan memenuhi standar kesehatan, perlindungan, pendidikan, keselamatan, dan kesejahteraan.
Penyediaan fasilitas ini pun perlu lebih inklusif dan memerhatikan teman-teman disabilitas. Eko Novi Ariyanti, Assistant Deputy untuk Gender Mainstreaming in Economics, Ministry of Women Empowerment and Child Protection (MoWECP) menjelaskan, butuh sumber daya manusia mumpuni untuk merawat anak dengan disabilitas di daycare.
Baca juga: #MerekaJugaPekerja: Banyak Perempuan Berhenti Kerja demi Urus Keluarga, Kenapa Masih Tak Diakui?
Tak cukup sampai di sini. Selama ini salah satu masalah seputar daycare selain jumlahnya yang minim dan kualitas apa adanya, juga biaya yang tak terjangkau. Menurut liputan Tirto.id, di Jakarta dan sekitarnya, termasuk Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), kisaran harga daycare mulai dari Rp100 ribu hingga di atas Rp3 juta. Angka ini tentu tak cukup ramah buat semua pekerja yang punya anak. Sementara di saat bersamaan, orang tua menginginkan penitipan anak yang berkualitas dan lebih inklusif.
Berangkat dari sini, pemerintah tak boleh tinggal diam. Prof Vina Adriany, PhD, Director of Southeast Asian Ministers Of Education Organization Center Of Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) menekankan, pemerintah perlu lebih progresif menyusun kebijakan dan berinvestasi pada layanan penitipan anak yang massif dan berkualitas.
Jika ini semua dilakukan, kata dia, daycare bakal menguntungkan banyak pihak, tak cuma ibu. Daycare bisa memberi manfaat bagi pemberi kerja, menumbuhkan budaya tempat kerja yang positif, dan keberlanjutan jangka panjang.