Issues

Saat Ibu ‘Body Shaming’ Anak Sendiri

Body shaming tidak hanya menyebut orang gemuk. Body shaming adalah tindakan seseorang yang membuat orang lain merasa tidak nyaman berada di tubuh mereka sendiri.

Avatar
  • July 30, 2021
  • 5 min read
  • 1421 Views
Saat Ibu ‘Body Shaming’ Anak Sendiri

“Kamu benar-benar harus mulai merawat tubuhmu. Jika kamu terus menjadi gemuk, akan lebih sulit [menurunkan berat badan] seiring bertambahnya usia,” ibu saya mengirim sms kepada saya.

“Perempuan harus merawat tubuh dan penampilan kita secara khusus, sehingga akan lebih mudah bagi kita.”

 

 

Lebih mudah di bagian mana, Bu? Saya ingin bertanya, tetapi saya tidak melakukannya karena jauh di lubuk hati, saya tahu jawabannya. Sebagai gantinya, saya mengirimi ibu saya 60 plus teks malam itu juga. Ya, saya menghitungnya satu per satu.

Saat itu larut malam, saya baru saja mandi setelah hari yang panjang. Lalu saya menelepon ibu melalui video karena saya sudah lama tidak melihatnya. Kamu dapat membayangkan betapa marahnya saya menerima satu-satunya pesan yang dia anggap penting bagi saya, ketika saya memeriksa telepon saya beberapa jam kemudian. Sekarang beberapa ucapan terasa berbeda ketika hal tersebut datang dari mulut ibumu sendiri.

Jadi saya mencoba untuk membalas ucapanya tersebut.

Berasal dari latar belakang Asia, beberapa orang mungkin menganggap saya menghina atau tidak sopan. Anak-anak, terutama anak perempuan, diharapkan untuk mengikuti setiap kata yang ditujukan kepada kita oleh orang yang lebih tua. Namun, bagaimana saya bisa menerima kata-kata ini ketika kata-kata itu selalu jadi hal pertama yang diucapkan selama interaksi tatap muka atau dalam pesan teks kami.

Bagian yang paling membuat saya frustrasi, kadang-kadang saya adalah orang pertama yang memberi tahu ibu tentang bagaimana saya membenci tubuh saya sendiri, membenci bagaimana saya menjadi yang gemuk, membenci ketika saya selalu khawatir tentang apa yang akan yang akan orang pikirkan ketika mereka melihat saya  (“Dia sangat gemuk,” atau “Dia semakin lama semakin gemuk saja”). Saya benci menyerah pada perasaan seperti ini.

Baca juga: 5 Kebiasaan ‘Body Shaming’ yang Harus Kita Hentikan

Saya tidak marah pada ibu saya. Saya tahu dia hanya menginginkan yang terbaik untuk saya seperti yang saya lakukan untuknya. Yang saya benci adalah lingkaran setan body shaming. Dulu saya berpikir body shaming berarti memanggil orang ‘gemuk’. Ya memang sebagian benar, tetapi tidak benar sepenuhnya juga. Body shaming terjadi ketika seseorang membuat orang lain merasa tidak nyaman bahkan hanya dengan berada di tubuhnya sendiri, dalam hal inia tidak nyaman dengan apa yang disebut “ukuran” mereka.

Awalnya saya pikir mengkhawatirkan citra tubuh sangat klise. Baru-baru ini saya menyadari bahwa saya tidak kebal terhadapnya dan secara tidak sadar merasakan hal ini selama enam tahun, tanpa jeda dan terus memburuk setiap hari. Sejak itu, saya menyadari betapa mengganggunya hal itu sebenarnya. Bukan tubuh saya yang menjadi masalah, tetapi bagaimana orang mengharapkan saya melihat diri seperti yang mereka mau.

Ya, saya tidak kurus, tetapi saya menolak untuk dinilai cuma dari penampilan dan dihakimi karena kelebihan berat badan. Tidak ada yang boleh mengatakan bentuk tubuh seseorang adalah hasil dari preferensi dan sikap mereka terhadapnya bahwa beberapa orang gemuk karena mereka lebih suka menjadi gemuk. Berhentilah mempermalukan, menyalahkan, dan menstereotipkan orang “gemuk” sebagai pemakan junk food yang malas dan tidak pernah berusaha untuk berolahraga. 

Baca juga: Jangan Jadi Agen ‘Body Shaming’

Saya memberi tahu dua teman saya tentang hal ini. Salah satu dari mereka menjawab, “Ya ampun, aku juga! Semua orang berkomentar tentang tubuh saya, mungkin sudah menjadi serius dan sudah waktunya bagi saya untuk menurunkan berat badan.”

Yang lain menyarankan agar saya menjelaskan kepada ibu, mengapa saya banyak makan belakangan. Ini tidak benar sama sekali, tapi saya tidak memberitahunya. Sebagai gantinya, katakan padanya, saya tidak ingin mencari-cari alasan dan kami berhenti begitu saja. Kedua interaksi ini menggambarkan, saya tidak sendirian, memiliki perasaan demikian, dan miskonsepsi atau kesalahpahaman tentang apa artinya “gemuk” pun merajalela.

Saya mengerti niat ibu saya baik, tetapi keyakinan ideologis di baliknya salah. Ini yang harus kita akhiri. Jika berada dalam bentuk yang ideal menyelesaikan setengah dari masalah hidup kita karena sebagai perempuan kita akan lebih mudah menjalani hidup kita, maka saya tidak ingin menjadi bagian dari itu. Saya ingin berolahraga agar tetap bugar dan sehat. Saya tidak ingin menjadi lebih kurus hanya karena akan lebih mudah bagi saya untuk “berkencan dengan seseorang” atau “menemukan pasangan” atau “mendapat pekerjaan impian saya” atau sekadar “menjadi cantik.”

Baca juga: Dulu Kurus, Sekarang Gemuk: Pelajaran Berharga dari ‘Body Shaming’

Untuk waktu yang lama, berat badan memainkan peran jahat dalam mendefinisikan kecantikan, dan itu merusak harga diri kita. Ideologi hegemoni yang ditanamkan bahwa kurus adalah prasyarat seseorang untuk menjadi cantik, telah menghabiskan banyak energi kita, terutama perempuan muda, untuk sesuatu yang bahkan tidak layak untuk diperjuangkan.

Kita adalah kita. Bahkan berat badan kita, nilai kita, atau uang kita harus menjadi satu-satunya faktor dalam mendefinisikan kita. Kita jauh lebih dari itu. Jika kata-kata orang lain tidak mendefinisikan kita, mengapa harus skala yang mendefinsikan diri kita? Biarkan ia melakukan tugasnya untuk menimbang berat badan kita, bukan mengukur nilai-nilai kita.

Oh iya, ketika saya ingin mulai memberikan lebih banyak waktu, perhatian, dan perawatan pada tubuh dan penampilan saya, tentu saja, saya akan melakukannya. Namun, saya hanya melakukannya untuk diri sendiri. Bukan karena ini adalah fase dalam mencapai keadaan imajiner untuk sukses dalam karier saya atau cantik dan diinginkan secara romantis. Saya cinta kamu, ibu.

 



#waveforequality


Avatar
About Author

Lilian Angelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *