Obsesi Vagina Sempurna, Kegel, dan Hal Lainnya
Vagina bukan sekadar lubang yang bisa dikontrol keluarga, warga, atau iklan. Sehingga, perawatan atasnya perlu dilakukan atas kesadaran sendiri.
Ada enggak, sih, definisi vagina sempurna?
Pertanyaan itu terlontar gara-gara belakangan algoritme Instagram mengarahkan saya pada beragam produk iklan rejuvenasi untuk alat genital perempuan. Keresahan serupa, yang juga dirasakan oleh Carolina Retmawati Putri, dalam artikelnya “Praktik Menuju Vagina yang Sempurna: Pendisiplinan dengan Beragam Produk untuk Daerah Kewanitaan” (2023) di Jurnal Endogami.
Tak ada yang salah jika perempuan rutin merawat vagina untuk dirinya, tapi iklan-iklan ini membuat saya sadar, betapa pun usaha dilakoni, tampaknya bakal selalu ada yang kurang. Kurang putih, wangi, keset, rapat, memuaskan, perawan, dan sebagainya.
“Serbuk perawan/ anti pelakor. Sekali oles langsung kesat, sempit, serta menggigit.”
“Agar suami makin sayang. Agar tak ditinggal suami.”
“Belum menikah tapi udah enggak perawan? Udah enggak rapat? Pengen kembali perawan lagi biar pasangan enggak curiga? Cobain pil perawan ini.”
Demikian bunyi beberapa iklan yang juga mondar-mandir di Instagram saya. Dari ratus tradisional, ratus dengan uap canggih di klinik, pil, serbuk, parfum, hingga yang paling sophisticated macam operasi plastik.
Terkait operasi plastik, BBC menulis dalam artikelnya “The Quest for ‘the Perfect Vagina”(2018), hal itu biasanya melibatkan pemotongan labia, lipatan kulit yang mengelilingi vulva vagina. Dari labiaplasti (prosedur yang dirancang untuk mengubah ukuran atau bentuk labia bagian dalam) atau vaginoplasti (operasi pengencangan wajah vagina). Dari orang biasa hingga artis-artis tenar melakukannya: Kim Kardashian, Dewi Perssik, Nikita Mirzani, dan Barbie Kumalasari.
Pada 2016, menurut sumber serupa, jumlah orang yang terobsesi dengan “vagina sempurna” lalu melakukan labiaplasti di dunia mencapai 12.666. Jumlah ini meningkat signifikan sebesar 39 persen dibanding tahun sebelumnya. Labiaplasti dan vaginoplasti juga secara khusus diurai dalam serial dokumenter Inggris “The Perfect Vagina” (2008).
Di Indonesia, praktik “menyempurnakan” vagina marak, salah satunya karena para suami mengeluhkan vagina istri yang tidak kencang atau longgar. Riset Hidayana dari Universitas Indonesia berjudul “Makna Seksual dan Kenikmatan Seksual di Kalangan Pasangan Heteroseksual” (2022) yang dikutip Carolina Retmawati Putri (2023) menjelaskan, informan penelitian mengaku kenikmatan seksual lebih dirasakan di awal-awal pernikahan karena vagina istrinya terasa lebih kencang dibandingkan usai punya anak. Karena itulah istri didorong pakai ramuan semacam kristal yang dimasukkan vagina dan meminum jamu galian rapet, galian singset, rapet wangi.
Senada, riset Ardiyanto berjudul “Mitos Vagina Ideal dalam Iklan Sabun Kewanitaan” (2021) yang dikutip pula oleh Carolina menyebut, ego lelaki akan naik, merasa bangga ketika istri punya kondisi vagina ideal dengan bantuan produk berbahan kimia buatan.
Baca juga: Permak Vagina, Keperawanan, dan Dalih Basi Senangkan Suami
Bagaimana Seharusnya Memaknai Perawatan Vagina
Produk iklan dan kampanye menyempurnakan vagina di atas relatif problematik karena menihilkan agensi perempuan. Seolah-olah perempuan merawat organ genitalia cuma untuk menyenangkan dan memuaskan lelaki. Vagina dibelenggu, sehingga kita mempertanyakan ulang, apakah praktik ini adalah wujud pengekangan atau pembebasan tubuh perempuan.
Dalam buku “Demi Keset dan Rapet” (2021), Angela Frenzia berpendapat, iklan dan operasi plastik di area V lahir karena masyarakat patriarkal menciptakan standar tentang vagina ideal.
Ya betul, perempuan adalah pemilik vagina yang sesungguhnya, sehingga tentang bagaimana ia mengekspresikan tubuh adalah hak yang tak perlu digugat. Perempuan bebas memakai produk-produk yang meremajakan vagina, melakukan operasi plastik, selama ini dilakukan atas kemauan sendiri, telah memahami wacana tubuh, atau ingin merebut seksualitasnya.
Menjadi bermasalah ketika standar ini dipaksakan, dan perempuan harus mematuhinya. Produk peremajaan vagina misalnya, disusupi pesan kapitalis yang alih-alih membantu perempuan tapi cuma menciptakan penindasan baru untuk mengeruk keuntungan. Di saat bersamaan, tenaga medis dan kecantikan menekankan, vagina ideal cuma bisa tercipta lewat prosedur medis operasi plastik yang sayangnya bias kelas karena mayoritas cuma bisa diakses oleh mereka yang berduit. Pun, orang tua dan keluarga kompak mengajari anak perempuan tentang pentingnya merawat vagina demi pasangan.
Alhasil, tak ada ruang buat perempuan buat mempertanyakan otoritas mereka atas tubuhnya karena dibombardir konstruksi yang sudah dimulai sejak era kerajaan, kata Angela.
“Vagina, jika bisa menyuarakan hak-haknya, akan menjadi suara yang paling lantang. Ia bukan sekadar lubang! Ia adalah untaian kompleks yang sangat berdaya bila merdeka dari segala ketimpangan,” katanya lagi.
Baca juga: Jauh Sebelum Piranti Asmara Jadi Arus Utama
Jika Saya Merawat Vagina atas Kemauan Sendiri, Lalu Apa?
Seperti yang disinggung sebelumnya dan diamini pula Angela dalam tulisannya. Tentu saja selalu ada perempuan berkesadaran gender yang punya kuasa menentukan pilihan atas tubuh, termasuk vaginanya sendiri. Susanti Rendra, pemilik Laci Asmara, toko piranti seks besar di Indonesia menekankan inilah yang selalu dikampanyekan olehnya.
“Perempuan harus bebas mengambil keputusan tanpa disetir publik,” ungkapnya pada Magdalene beberapa waktu lalu.
“Mestinya, perempuan harus sadar penuh kalau vagina punya aroma khas, otot vagina elastis jadi bakal mengendur dan mengencang kembali seiring dengan usia dan proses persalinan anak misalnya. Terus ngerawat vagina, baik secara mandiri atau dibantu tenaga medis, harus selalu buat diri sendiri, bukan melulu nyenengin pasangan,” imbuhnya.
Baca juga: Memasyarakatkan Hubungan Seks Menyenangkan
Buat pelaku industri pun perlu menyadari, produk-produk perawatan tak perlu disisipi pesan yang menegasikan seksualitas dan kontrol tubuh perawatan. Laci Asmara sendiri tak pernah menggunakan diksi macam “agar suami bahagia, agar tak direbut pelakor, memuaskan suami.” Namun, pemilihan kata diatur sedemikian rupa agar lebih memberdayakan.
“Latihan kegel bermanfaat untuk memperkokoh kekuatan otot panggul dan dasar rahim yang mengalami kelonggaran. Ini terjadi seiring umur bertambah, maupun pasca-persalinan. Sebagian besar wanita tidak tahu pentingnya otot-otot intim dapat membuatnya bahagia, apalagi melatihnya. Keberadaannya yg tersembunyi sering terlupakan,” tulis Laci Asmara untuk salah satu produk yang ia tawarkan di laman mereka.
Susu dan Laci Asmara memang konsisten menyediakan produk yang membantu perempuan mencapai kebahagiaannya. Bahkan, Laci Asmara menjaga inklusivitasnya dengan menyediakan produk untuk semua gender, tak cuma perempuan. Sebab, merawat organ genitalia memang hak semua orang tanpa kecuali, tanpa dibatasi.
“Gue ada KGOAL Boost Sit-On Kegel Trainer For Male/Female, device untuk latihan kegel genderless untuk merawat dan melatih kekuatan otot panggul,” ucap Susu lagi.
Selain Boost, ada beragam produk latihan kegel lainnya yang tersedia di Laci Asmara, dari Trainer single KGOAL Classic Kegel Exerciser with App, Rianne S First Vibe Kit, Tickler Kegel Double Trainer, Tickler Kegel Single Trainer.
Tertarik?
*Artikel ini merupakan kerja sama dengan Laci Asmara, toko piranti seks besar di Indonesia.
* Ada perubahan kalimat redaksional di paragraf pertama dan kesepuluh pada 27 Desember 2023, dengan menambahkan nama Carolina Retmawati Putri dan karyanya, yang idenya dikutip oleh penulis. Penulis atas nama redaksi mengakui dan memohon maaf karena ada kelalaian dalam etika mengutip (penulisan nama Carolina sebelumnya hanya muncul di paragaf kesembilan. Di versi terbaru muncul di paragraf pertama, kesembilan dan kesepuluh). Pun, menghapus paragraf k ke-11. Redaksi ingin mengucapkan terima kasih atas koreksi dan masukan dari Carolina.