Health

Apakah Kucing Bisa Berduka?

Riset: Kucing menunjukkan perubahan perilaku setelah teman mereka meninggal.

Avatar
  • September 11, 2024
  • 4 min read
  • 837 Views
Apakah Kucing Bisa Berduka?

Saat kehilangan hewan peliharaan, mungkin bukan hanya kita yang merasa sedih. Penelitian menunjukkan bahwa kucing peliharaan yang tinggal bersama kita juga bisa merasakan duka yang sama.

Duka sering dianggap sebagai respons manusia terhadap kehilangan—namun sejumlah ilmuwan percaya bahwa perasaan ini mungkin berakar dari spesies purba yang telah punah. Burung gagak, primata, serta mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus, semuanya menunjukkan perubahan perilaku ketika salah satu anggota keluarga mereka mati. Mereka bahkan memboyong jasad anggota keluarga mereka yang mati selama berhari-hari—tetap berada di dekat mayatnya seakan sedang berjaga-jaga.

 

 

Salah satu teori menyebutkan bahwa duka adalah hasil dari respons stres alami akibat perpisahan yang terjadi pada hewan sosial. Menurut teori ini, rasa stres dan kebutuhan untuk mencari tempat berlindung mendorong hewan untuk berkumpul kembali dengan anggota kelompoknya demi kelangsungan hidup mereka. Ketika perpisahan bersifat permanen, seperti kematian, rasa duka itu bisa berlangsung lebih lama.

Meskipun sudah banyak penelitian yang membahas dampak kehilangan hewan peliharaan pada manusia, hanya sedikit yang mengeksplorasi bagaimana kucing menghadapi kehilangan. Hal ini baru diteliti oleh dua psikolog komparatif asal Amerika Serikat (AS), Brittany Greene dan Jennifer Vonk dalam studi mereka yang terbaru.

Berbeda dengan hewan sosial pada umumnya, nenek moyang kucing liar kebanyakan adalah hewan soliter yang senang menyendiri. Namun, domestikasi atau pemeliharaan telah mengubah perilaku mereka sehingga kucing liar bisa hidup berkelompok dan membentuk ikatan sosial.

Baca juga: Aku Tahu, Aku Berjanji untuk Ikhlas, Ricoku Sayang

Penelitian Greene dan Vonk menemukan bahwa kucing bisa merasakan duka atas kehilangan hewan peliharaan lainnya. Dalam penelitian mereka terhadap 452 kucing, banyak di antara mereka yang menunjukkan tanda-tanda stres, seperti lebih sering mencari perhatian, acap mengeong, dan mengalami penurunan nafsu makan setelah kematian kawanan mereka. Faktor seperti kekuatan ikatan, waktu yang dihabiskan bersama, dan interaksi sehari-hari menjadi penyebab utama dari rasa duka yang dirasakan kucing.

kucing bisa berduka
Kucing menunjukkan perubahan perilaku setelah teman mereka meninggal. Julia Cherk

Penelitian ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti kesejahteraan hewan, Jessica Walker, dan timnya pada 2016. Riset tersebut menelisik bagaimana kucing dan anjing bereaksi terhadap kehilangan kawanannya. Studi yang dilakukan di Selandia Baru dan Australia tersebut menemukan bahwa 75 persen hewan peliharaan menunjukkan perubahan perilaku, seperti lebih manja dan mengeong dengan nada cemas.

Namun, perlu dicatat bahwa kedua penelitian tersebut mengandalkan persepsi pemilik hewan peliharaan untuk menilai perubahan perilaku piaraan mereka, sehingga bisa saja bias. Meski pemilik hewan peliharaan seringkali paling peka terhadap perubahan kecil pada hewan mereka, pengamatan mereka mungkin juga dipengaruhi oleh perasaan duka dan emosi mereka sendiri.

Baca juga: Bukan Budak Kucing, Rico Lebih dari Sekadar Keluarga

Apakah Hewan Benar-benar Berduka?

Ada kemungkinan lain terkait perubahan perilaku hewan setelah kawanan mereka mati. Kehadiran jasad hewan yang mati bisa saja dianggap sebagai tanda bahaya di lingkungan sekitar sehingga memicu perubahan perilaku hewan sebagai bentuk perlindungan diri, bukan respons duka.

Walaupun hal ini belum dipelajari pada kucing rumahan, penelitian terhadap burung Jay semak barat pada 2012 menunjukkan bahwa; melihat anggota spesies mereka yang mati dapat memicu panggilan alarm dan perilaku hewan untuk menghindari bahaya, mirip dengan respons mereka terhadap predator.

Penelitian pada lebah juga menemukan bahwa mereka cenderung tidak mengunjungi bunga yang dihinggapi lebah mati, mungkin sebagai bentuk menghindari risiko serangan.

Hal ini menunjukkan bahwa beberapa perilaku yang kita anggap sebagai duka mungkin sebenarnya adalah respons naluriah hewan untuk bertahan hidup. Misalnya, kucing yang bersembunyi atau mencari tempat tinggi setelah kematian kawanannya bisa jadi bentuk perlindungan, bukan duka.

Pertanyaan kemudian, apakah kucing juga berduka atas kematian pemiliknya? Meski kita ingin percaya bahwa kucing kita akan meratapi kematian kita, sejauh ini sepertinya belum ada penelitian mengenai hal tersebut.

Salah satu perilaku mengganggu yang pernah kita dengar adalah kucing memakan jasad pemiliknya yang mati. Meski kucing sering mendapat reputasi buruk karena hal ini, anjing juga dikenal melakukan hal yang sama.

Faktanya, anjing peliharaan lebih sering melakukan hal ini. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa perilaku ini mungkin disebabkan oleh rasa lapar, tetapi nyatanya hal serupa juga terjadi ketika banyak makanan tersedia.

Baca juga: ‘June dan Kopi’, Cerita Hangat tentang Sahabat Setia Manusia

Teori lain, yang lebih sejalan dengan gagasan duka, adalah bahwa hewan tersebut mencoba membangunkan pengasuhnya, dan ketika upaya ini gagal, mereka mulai menggigit sebagai cara untuk membangunkan mereka.

Jadi, pertanyaan apakah kucing benar-benar merasakan duka saat kehilangan kawanannya atau hanya bereaksi terhadap perubahan lingkungan masih belum terjawab sepenuhnya.

Grace Carroll, Lecturer in Animal Behaviour and Welfare, School of Psychology, Queen’s University Belfast

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Grace Carroll

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *