5 Artikel Pilihan: Pelajaran Bahasa Portugis, Yayasan Lentera hingga Gelar Pahlawan untuk Soeharto
1. Ambisi Prabowo Masukkan Bahasa Portugis ke Kurikulum, Apa Urgensinya?
Presiden Prabowo Subianto kembali mengeluarkan gebrakan di dunia pendidikan. Kali ini, ia ingin agar bahasa Portugis masuk ke kurikulum pendidikan Indonesia. Melansir Kompas TV, hal itu diungkapkan oleh Prabowo setelah pertemuannya dengan Presiden Brasil Lula Da Silva di Istana Merdeka, Jakarta (23/10/2025).
Prabowo menilai hubungan erat kedua negara dapat menjadi dasar untuk menambahkan bahasa Portugis dalam sistem pendidikan Indonesia. Ia berharap bahasa Portugis—yang digunakan di Brasil—dapat diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
Baca artikel selengkapnya di sini.
2. Yang Tak Terlihat dari Kematian Terapis Anak di Panti Pijat Laki-Laki Dewasa
Peringatan pemicu: Kekerasan perempuan dan dugaan femisida.
Sebulan setelah jenazahnya ditemukan, keadilan belum juga muncul untuk RTA, 14, terapis panti pijat khusus laki-laki dewasa. Melansir laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jasad RTA ditemukan di sekitar Gedung Delta Spa, Jakarta Selatan pada (2/10) lalu.
Selama berminggu-minggu mengawal kasusnya, Ai Maryati, Komisioner KPAI kecewa lantaran belum ada satu pun penetapan tersangka. Padahal, kematian RTA jelas memuat berbagai situasi yang tak wajar, ungkap Ai.
Baca artikel selengkapnya di sini.
3. Yunus Prasetyo dan Yayasan Lentera: Rawat Anak-anak dengan HIV di Tengah Abainya Negara
Setiap orang punya cara mencintai hidup. Buat Yunus Prasetyo, cinta lahir dari keberanian untuk memeluk mereka yang paling dijauhkan dunia, yakni anak-anak dengan HIV. Merawat mereka bukan pekerjaan sosial semata, tapi panggilan hati untuk menjaga kemanusiaan di tengah stigma.
Perjalanan itu bermula pada 2013, ketika Yunus bekerja di lembaga swadaya masyarakat Yayasan Mitra Alam, yang mendampingi kelompok rentan seperti pengguna narkoba, pekerja seks, dan orang dengan HIV. Suatu hari, sebuah rumah sakit (RS) menghubunginya. Kata petugas RS, ada anak kecil dengan HIV yang baru kehilangan ibu, dan tak ada satu pun keluarga yang mau menjemput.
Simak artikelnya di sini.
4. Pengalaman ‘Pro Player’ dengan Disabilitas: Bukan Sekadar Bertahan tapi Berpikir
“Bagaimana kuliahmu?”
“Kalau pergi-pergi, kamu bagaimana?”
Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul dengan niat baik. Namun di baliknya tersembunyi asumsi bahwa kuliah atau bepergian adalah hal paling sulit bagi orang dengan disabilitas seperti saya. Pertanyaan itu menempatkan saya di posisi pasif, seolah hidup saya hanyalah rangkaian kesulitan yang perlu disayangkan.
Baca artikelnya di sini.
5. Anak Muda Melawan Lupa: Gelar Pahlawan Soeharto adalah Penghinaan pada Korban
Baru-baru ini, nama Soeharto kembali ramai dibicarakan setelah masuk daftar empat puluh calon penerima gelar pahlawan nasional. Pendukungnya beralasan, jasa Soeharto dalam pembangunan dan stabilitas nasional tak bisa diabaikan.
Namun, banyak juga yang menolak lantaran rekam jejak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang masif selama pemerintahannya. Memberikan gelar pahlawan pada sosok seperti itu bukan cuma tidak pantas, tapi juga bentuk pengkhianatan terhadap sejarah dan korban.
Baca artikel selengkapnya di sini.
















