Culture

‘Love and Leashes’: Saat ‘Office Romance’ Bertemu BDSM

Love and Leashes menyorot relasi dominan dan submisif yang dibangun atas kesetaraan, ‘consent’, dan komunikasi tentang batasan yang boleh dan tidak dilakukan.

Avatar
  • March 10, 2022
  • 6 min read
  • 1504 Views
‘Love and Leashes’: Saat ‘Office Romance’ Bertemu BDSM

Saat mendengarkan kata BDSM–bondage, discipline, sadism, and masochism–yang terlintas pertama kali biasanya trilogi Fifty Shade of Grey. Sebuah tontonan yang menceritakan Christian Grey, CEO kaya raya yang membangun relasi dominan-submisif dengan Anastasia Steele, perempuan B saja. Formula laki-laki misterius, macho, dan berlimpah harta bak Grey jatuh cinta pada perempuan seperti Steele menjadi semacam versi modern Romeo dan Juliet. 

Sayangnya, Fifty Shade of Grey tidak lepas dari hal yang membuatnya problematis, seperti menampilkan relasi dom-sub yang minim consent dan kesetaraan. Preferensi BDSM di film itu pun gagal direpresentasikan secara ‘baik’ di budaya populer. Di sinilah film Korea Love and Leashes menunjukkan, BDSM tidak melulu harus ditampilkan secara seksual. Namun, ini bisa menarik dengan menyorot relasi dom-sub yang dibangun atas komunikasi serta consent bersama. 

 

 

Dibintangi Seohyun dari SNSD sebagai Jung Ji-woo dan Jung Ji-hoo yang diperankan Lee Jun-young dari U-Kiss, Love and Leashes berkisah tentang BDSM bertemu office romance. Bermula saat Ji-hoo masuk sebagai pegawai baru di departemen komunikasi perusahaan unicorn tepat Ji-woo bekerja. Ji-hoo dengan puppy charm-nya tentu tidak tampak seperti orang yang menyukai BDSM. 

Baca juga: 7 Bukti ‘Hometown Cha-Cha-Cha’ Lebih dari Cerita Cinta Ringan


Sampai suatu hari, Ji-woo tidak sengaja menerima paket yang ditujukan kepada Ji-hoo. Dalam kardus kecokelatan itu ada sebuah collar hitam berduri dari bahan kulit yang bikin Ji-woo terkejut. Ji-hoo ketar-ketir, ‘rahasianya’ bakal ketahuan oleh teman kerja, dan
reputasinya di kantor terancam hancur. Namun, Ji-woo yang berperawakan tegas dan pengertian berjanji tidak akan membocorkan rahasia itu. 

Ji-hoo yang sejak awal kagum dengan Ji-woo menyangka perempuan itu juga menyukai BDSM. “Jiwoo, do you think you could be my master?” pun dilontarkannya. Sesuai dugaan, Ji-woo semakin terheran-heran dan terkejut. Namun, benih-benih penasaran tentang apa itu BDSM sudah tumbuh dalam dalam dirinya, dan dia menawarkan kontrak dom-sub selama tiga bulan kepada Ji-hoo.

Sumber: IMDB

 

Pesona ceria Seohyun saat menyanyikan “Gee” bersama SNSD tersisihkan. Sebagai gantinya, ia bertransformasi menjadi dominatrix disney princess yang membuat penggemarnya melontarkan ‘step on me, please’ di media sosial. Namun, ini bukan kali pertama Seohyun tampil dalam karya sinema bertema dewasa. Sebelumnya dia berperan dalam Hello Dracula dan Private Lives yang juga ditujukan untuk mature audiences. 

Walaupun tema dewasa bukan zona asing untuk Seohyun, bagi Ji-woo BDSM benar-benar ranah yang belum dia sentuh. Bisa dibilang dia menjiwai kalimat learning by doing. Untuk belajar, Ji-woo masuk ke forum BDSM dan bertanya tentang apa sih relasi dom-sub serta batasannya sekaligus cara menjadi dominan yang pengertian untuk Ji-hoo. 

Tentunya, relasi mereka tidak mulus-mulus saja. Ada momen Ji-woo semacam memaksakan keinginannya, tetapi ditampar realitas meskipun dia seorang dominan, tidak berarti dia bebas menyuruh dan memaksa Ji-hoo mengikuti kehendaknya. Ji-hoo memang submisif, tapi dia memiliki agensi dan bisa berkata tidak jika ‘play’ tak sesuai keinginan.

Baca juga: ‘D.P.’, Potret Perundungan di Wajib Militer Korea

Relasi Ji-woo dan Ji-hoo terus naik turun seiring mereka belajar memercayai satu sama lain. Namun, ada pertanyaan bagi Ji-woo yang sulit dijawab, apakah relasi dom-sub mereka bisa berkembang menjadi romantis? 

BDSM Dibalut Komedi Romantis dalam Film Love and Leashes

Kisah tentang intimasi dan BDSM biasanya dibangun dengan nuansa seksi, intens, dan ‘gelap’. Beberapa adegan film yang disutradarai Park Hyeon-jin itu juga memiliki nuansa sensual, seperti saat mereka melakukan wax play. Namun, film itu ingin menunjukkan cerita BDSM tidak harus selalu seksi dengan adegan seksual. 

Love and Leashes menekankan intimasi lewat tatapan yang diberikan Ji-hoo kepada Ji-woo dan begitu pula sebaliknya. Sentuhan kecil, seperti menggenggam tangan atau sekadar berdiri saling berdekatan menggambarkan ‘hasrat’ itu tanpa harus eksplisit. Adegan-adegan itu tentunya dibantu oleh chemistry dari Seohyun dan Lee Jun-young. 

Namun, jika ingin mengotakkan Love and Leashes dalam satu satu genre, film itu lebih cocok untuk kategori komedi romantis. Layaknya film-film percintaan Korea yang ringan dan ‘berwarna’, film adaptasi webtoon Moral Sense itu memiliki momen yang menggelitik perut. Dalam satu adegannya, Ji-woo dan Ji-hoo menyewa kamar di love hotel, alih-alih melakukan hubungan seksual, keduanya melakukan dog play

Lengkap dengan collar hitam dan dog treats, Ji-hoo berperan sebagai anjing yang siap menggonggong jika mendengar suara ‘bising’ dari kamar sebelah. Adegan itu menjadi titik komikal Love and Leashes. Akan tetapi, di tengah upayanya membawa komedi ringan kadang disisipkan pesan tentang self acceptance. Ji-hoo mengalami pergulatan internal sebab dicap cabul oleh mantan pacarnya. 

Ungkapan itu kemudian memengaruhi rasa percaya diri dan self worth Ji-hoo. Namun, di akhir film dia bisa menjadi diri sendiri jika mendiskusikan hal yang disukainya kepada pasangan. Di satu sisi, Love and Leashes juga membawa kalimat you can be yourself at work secara literal. 

Sumber: IMDB

 

Baca juga: Drakor ‘Mr.Queen’, Aset Negara dan Bentuk ‘Soft Power’ Korea Selatan

Perempuan Dominan, Laki-laki Submisif

Jika dibandingkan dengan Fifty Shade of Grey atau Secretary–juga tentang relasi dominan dan submisif–Love and Leashes tergolong ‘vanila’ dalam mengisahkan BDSM. Akan tetapi, Love and Leashes dengan Ji-woo sebagai seorang dominan semacam menentang konsep maskulinitas dan cap kaku submisif pada feminitas dalam relasi. 

Menjadi dominan maupun submisif memang tergantung preferensi individu. Tetapi, melihat konteks masyarakat patriarkal, ada alpha male yang dominan dan lawannya beta male yang disebut ‘lemah’. Dalam satu adegan Love and Leashes, Ji-hoo juga dipertanyakan maskulinitasnya karena ‘dikendalikan perempuan’. 

Tapi, laki-laki submisif bukan berarti mengurangi ‘nilainya’ sebagai manusia. Selain itu, urusan privat Ji-hoo dan Ji-woo juga bukan sesuatu yang harus menjadi masalah publik.  

Karenanya, Love and Leashes antitesis untuk film BDSM sebelumnya. Tidak hanya itu, relasi yang dimulai dari dom-sub menjadi romantis tidak harus berbasis pada obsesi atau menguntit, seperti Christian Grey pada Anastasia Steele. 

Love and Leashes juga tidak takut menjadi ‘politis’, seperti menyentuh isu seksisme di ruang kerja. Ji-woo yang dicap kolot dan kaku oleh Ketua Tim Hwang (Seo Hyun-woo) sering menerima komentar seksis dibalut guyonan. Sementara, pegawai laki-laki, seperti Ji-hoo banjir pujian jika melakukan hal yang sama seperti Ji-woo. 

Selain itu, sahabat Ji-woo, Hye-mi (Lee El) juga menekankan, hanya karena seseorang menyukai BDSM tidak berarti lampu hijau untuk melakukan kekerasan seksual. Pasalnya, harus ada persetujuan dari kedua pihak, batasan apa saja yang tidak boleh dilanggar, dan komunikasi tentang apa yang disukai maupun sebaliknya. Hye-mi mengatakan: “Just because I’m a pervert does not mean you can mistreat me.”

Dengan tali merah khas untuk bondage, Love and Leashes membungkus fetish dan kink dengan consent dan isu sosial. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Tabayyun Pasinringi

Tabayyun Pasinringi adalah penggemar fanfiction dan bermimpi mengadopsi 16 kucing dan merajut baju hangat untuk mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *