Politics & Society

5 Cara Gunakan Momentum Ramadan untuk Perbaiki Diri

Ramadan adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi tentang pengelolaan emosi kita selama ini.

Avatar
  • May 24, 2019
  • 5 min read
  • 1226 Views
5 Cara Gunakan Momentum Ramadan untuk Perbaiki Diri

Meskipun proses perbaikan diri atau self-improvement dapat dilakukan kapan pun, Maghfira Adzhani, seorang manajer toko desain interior, ingin menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum perbaikan diri karena bulan ini dirasakannya lebih damai dari bulan-bulan lainnya.

“Di dalam Islam ada kepercayaan bahwa perbuatan baik selama bulan Ramadan akan mendapatkan pahala yang lebih besar. Ini juga menjadi sebuah kesempatan yang baik juga untuk coba memperbaiki diri sendiri di bulan ini,” ujar Maghfira.

 

 

Ia terutama ingin meninggalkan hubungan yang tidak sehat dan lebih mendengarkan diri sendiri, apa yang ia butuhkan atau rasakan.

“Sekarang saya sudah tidak lagi memprioritaskan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan saya sendiri. Itu bukan sesuatu yang egois, itu adalah bagian dari self-care,” ujarnya.

Psikolog Nirmala Ika Kusumaningrum dari Yayasan Pulih mengatakan bulan Ramadan memang merupakan salah satu waktu yang tepat untuk memulai memperbaiki diri sendiri.

“Biasanya bulan Ramadan digunakan untuk melakukan refleksi diri, untuk membantu diri kita menjadi lebih sadar akan diri kita sendiri dan mungkin juga kekurangan-kekurangan kita,” ujarnya.

Apa saja sih yang bisa lakukan dalam perjalanan perbaikan diri ini? Berikut rekomendasi dari Nirmala mengenai hal-hal yang perlu kita perbaiki dari diri kita.

  1. Menyadari bagaimana pengelolaan emosi kita selama ini

Pada bulan puasa kita tidak hanya menahan makan atau minum, tetapi juga mengelola emosi kita. Menurut Nirmala, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi tentang pengelolaan emosi kita selama ini. Mulailah dengan bertanya kepada diri sendiri jika kita terlalu mudah sedih atau marah.


Jika iya, sadarlah bahwa merasakan berbagai perasaan adalah sesuatu yang wajar, tetapi terkadang perasaan yang berlebihan dapat memengaruhi keputusan kita. Untuk itu, langkah pertama untuk belajar mengelola emosi adalah dengan menyadari bahwa dalam keadaan emosional, kita sedang tidak bisa berpikir secara jernih.

Dengan begitu, kata Nirmala, kita menyadari bahwa kita tidak bisa membuat keputusan apa pun dan kita tidak boleh langsung bereaksi. Sadarilah apa masalahnya, menjauh dari masalah tersebut untuk menenangkan diri sendiri, lalu kembali kepada masalahnya dengan kepala dingin.

  1. Apakah kita sudah mengamalkan nilai-nilai agama dalam hidup sehari-hari?

Bulan Ramadan juga waktu yang pas untuk melakukan refleksi mengenai pendalaman agama kita selama ini. Carilah apa yang ingin diperbaiki dari cara kita beragama, misalnya lebih sering dan rajin beribadah, atau memperdalam nilai-nilai yang diajarkan oleh agama.

Kita juga harus menyadari bahwa nilai-nilai agama tidak hanya terbatas pada ritual. Ada banyak nilai baik yang diajarkan oleh agama dan, menurut Nirmala, kita harus mulai memperhatikan apakah nilai-nilai ini sudah diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Apakah kita tidak mudah menghakimi orang lain yang latar belakangnya beda dengan kita? Apakah kita menghargai pendapat orang lain? Masihkah kita membeda-bedakan orang karena status sosial mereka? Mulailah dengan berusaha untuk tidak bergosip atau berbicara tentang orang lain di belakang mereka. Belajarlah untuk selalu berpikir positif tentang orang lain dan terus menghargai mereka.

  1. Lebih bijaksana dan bertanggung jawab dalam penggunaan media sosial

Di era digital sekarang ini, media sosial menjadi sebuah alat komunikasi dan hiburan yang utama dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi tidak semua orang menggunakan media sosial dengan baik dan bijaksana.

Sering kali pengguna media sosial tidak mengonfirmasi kebenaran informasi yang didapatkan olehnya dan menyebabkan penyebaran hoaks yang cepat. Tidak jarang juga media sosial digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian atau bahkan menjadi alat untuk merisak (cyber-bullying).

Gunakan media sosial dengan bijak dengan tidak menelan segala informasi secara mentah. Lakukanlah validasi informasi dari berita yang sudah diverifikasi dan carilah fakta yang mendukung. Jika informasi yang dibagikan tersebut adalah berita palsu, jangan takut untuk memberitahu orang lain (apalagi dalam grup Whatsapp keluarga).

Selain itu, kita juga harus menjaga etika dan kesopanan kita dalam penggunaan media sosial. Hanya karena kita ada di belakang sebuah layar dan dapat bersembunyi di balik nama palsu, tidak berarti kita bisa seenaknya menggunakan media sosial. Pakailah media sosial untuk hal-hal yang baik dan positif.

  1. Bersikap lebih baik kepada orang lain

Kebaikan sekecil apa pun jika dilakukan secara berulang-ulang dapat memberikan dampak yang besar di kehidupan kita dan juga orang lain. Coba tanyakan diri sendiri, apakah kita masih menyakiti perasaan orang lain, atau apakah kita masih egois dan cuek terhadap orang-orang di sekitar kita.

Menghargai dan menghormati orang lain bukanlah suatu hal yang sulit. Mulailah dengan lebih terbuka dalam mendengar pendapat atau perasaan orang lain atau memberikan mereka kesempatan untuk memberikan ide. Dengan ini, kita dapat merasa lebih ringan dan mendapatkan suasana yang lebih positif.

Jika kita menghormati orang lain, mereka juga akan melakukan hal yang sama untukmu. Dengan ini, kebaikan akan terus berlanjut dan membentuk efek domino di mana orang-orang akan terus berbuat baik, saling menghormati dan hidup dengan sikap yang lebih positif.

  1. Waktu yang tepat untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki

Kita bisa memperbaiki diri sendiri dengan menyadari kemampuan dan keterampilan yang kita miliki, entah itu di bidang seni, olahraga, atau keahlian lainnya. Bulan Ramadan bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan lagi keterampilan yang kita sudah punya atau mungkin memulai hobi dan mengasah keterampilan baru.

Jika kita sudah sering membantu ibu memasak, dalam bulan ini kita bisa mencoba untuk belajar memasak sendiri dengan resep baru. Jika gemar menulis, mungkin kita bisa mencoba untuk mengirimkannya ke media. Jika suka menyanyi, mungkin kita bisa membentuk sebuah band.

Maghfira sangat merekomendasikan orang lain untuk memulai perjalanan perbaikin diri ini di waktu yang tepat.

“Sebenarnya tidak harus pada Ramadan juga tidak apa-apa, do it in your own pace, It’s a peaceful and a good month to meditate, to start this self-improvement journey, and find out what you and your soul need the most and be a better version of yourself,” ujarnya.

Artikel ini adalah bagian dari kampanye 1001 Cara Bicara, hasil kerja sama Magdalene dan SKATA, sebuah inisitiaf digital yang membantu pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik.

Baca juga cara mendobrak stereotip peran gender dalam keluarga.

Ilustrasi oleh Sarah Arifin



#waveforequality


Avatar
About Author

Shafira Amalia

Shafira Amalia is an International Relations graduate from Parahyangan Catholic University in Bandung. Too tempted by her passion for writing, she declined the dreams of her young self to become a diplomat to be a reporter. Her dreams is to meet Billie Eilish but destroying patriarchy would be cool too. Follow her on Instagram at @sapphire.dust where she's normally active.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *