Lifestyle Madge PCR

Mencintai Orang yang Belum Selesai dengan Masa Lalu, Haruskah Aku Mundur?

Menjalin hubungan dengan orang yang belum ‘move on’ dengan relasi sebelumnya, cenderung merugikan. Ada beberapa solusi untuk keluar dari kondisi ini.

Avatar
  • March 1, 2023
  • 4 min read
  • 9091 Views
Mencintai Orang yang Belum Selesai dengan Masa Lalu, Haruskah Aku Mundur?

Menjalin hubungan baru akan lebih sulit, jika pihak yang terlibat belum move on dari masa lalu. Ini dialami Harumichi Namiki (Takeru Satoh) dengan Yae Noguchi (Hikari Mitsushima) dalam First Love (2022).

Serial tersebut menceritakan Harumichi dan Yae, pasangan kekasih yang berpacaran sejak Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, Harumichi terpaksa meninggalkan sang kekasih, atas permintaan ibu Yae—dengan alasan membantu proses pemulihan Yae yang saat itu amnesia usai kecelakaan.

 

 

Setelah tahunan menjalani hidup masing-masing, Harumichi dan Yae kembali bertemu. Harumichi yang saat itu memiliki pacar, Tsunemi Arikawa (Kaho) kembali memiliki perasaan yang sama terhadap Yae. Sikapnya pada Tsunemi pun berubah. Harumichi lebih cuek dan enggan bertemu dengan keluarga pacarnya. Singkat cerita, hubungan itu pun berakhir.

Yang dialami oleh Tsunemi merupakan contoh mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalu. Ada emotional baggage yang dibawa Harumichi dalam relasinya dengan Tsunemi.

Dalam wawancara bersama South China Morning Post (SCMP), pakar hubungan Valentina Tudose menjelaskan dampak emotional baggage bagi hubungan yang baru. “Ini cenderung menimbulkan jarak emosional, atau argumen dari masa lalu yang pernah bikin sakit hati. Padahal, enggak relevan dengan hubungannya saat ini,” tutur Tudose.

Kondisi itu mengartikan dua kemungkinan: Belum siap kembali berhubungan, atau masih terpaku dengan mantan pacarnya. Akibatnya, relasi dan pasangan yang baru dikorbankan. Mungkin sebagai rebound, atau meyakini telah selesai memproses masa lalunya.

Lantas, apa yang menyebabkan situasi ini terjadi?

Alasan Seseorang Sulit Melepas Masa Lalu

Lewat tulisannya di Psychology Today, psikolog klinis Hal Shorey mengungkapkan beberapa penyebab seseorang belum melepaskan masa lalu, seperti terjadi pada Harumichi.

Menurut Shorey, ada kaitannya dengan gaya kelekatan, atau attachment styles seseorang—yang memengaruhi cara memproses emosi, ekspektasi terhadap masa depan, dan cara berinteraksi dengan sistem ingatan.

Misalnya jika pasanganmu memiliki gaya kelekatan anxious attachment, ia cenderung melihat cinta sebagai sesuatu yang perlu dijaga. Karena itu, ketika memiliki pasangan, ia akan berusaha terus terhubung dengan pasangan agar tak kehilangan.

Akhirnya, ia akan memiliki konsep relasi yang ideal, dan cenderung menciptakan untuk dirinya sendiri. Sementara, ketika kondisi hubungannya memburuk, atau bahkan berakhir, orang dengan anxious attachment akan mengulang kenangan yang dimiliki bersama mantan pasangannya.

Itulah yang menyebabkan ia terjebak di masa lalu. Pasalnya, ketika memori itu diingat, ada emosi yang muncul yang mengingatkan dengan suatu momen. Di satu sisi, upaya mengingat kenangan kerap dilihat sebagai cara menyembuhkan sakit hati, ataupun memproses emosi. Padahal justru sebaliknya. Luka yang ada semakin sulit disembuhkan.

Yang Perlu Dilakukan Jika Pasangan Belum Move on

Dalam wawancara yang sama dengan SCMP, Tudose menyebutkan beberapa cara yang bisa dilakukan jika pasanganmu masih terjebak dalam relasi di masa lalu.

Misalnya dengan mengetahui alasan relasi itu tepat untuk dijalani. Tanyakan padanya, bagaimana keterlibatan satu sama lain dalam hubungan, dan pertimbangkan kecocokannya. Kemudian, pastikan kamu dan pasangan memiliki visi dan nilai yang sama.

“Coba buat kesepakatan yang jelas tentang bagaimana memenuhi kebutuhanmu berbeda dengan mantannya. Ini akan membantu pasanganmu memahami, dia perlu melepaskan masa lalunya,” jelas Tudose.

Menurutnya, cara itu bisa membuat pasanganmu akan lebih terbuka untuk melepaskan masa lalu. Sebab, kamu membantunya belajar dari masa lalu, dengan menunjukkan relasi yang dimiliki sekarang jauh lebih dewasa.

Tentu hal itu membutuhkan proses, karena pasangan perlu menyesuaikan diri, dengan cara memperlakukanmu agar lebih bahagia. Mungkin ini kedengarannya terlalu keras, tapi perlu untuk memberikan tenggat waktu perihal kapan perubahan itu seharusnya terjadi.

Sementara kamu dapat memanfaatkan waktu ini, untuk mengidentifikasi perlakuannya yang bisa ditoleransi dan tidak. Misalnya jika kamu terus dikaitkan atau dibandingkan dengan mantan pasangannya. Bahkan ketika ia terus membicarakan mantan di hadapanmu, atau berusaha menghubunginya.

Kendati demikian, di saat bersamaan kamu perlu siap dan menyadari jika upayamu sia-sia. Mungkin ia hanya memanfaatkanmu sebagai rebound, atau tidak bisa memberikan perhatian penuh karena belum bisa melepaskan masa lalunya.

Pada akhirnya, hubungan itu hanya merugikan. Sementara kamu berhak bahagia, meski tanpa sosok pendamping.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *