December 5, 2025
Community Update

Monash University Ajak Perempuan Berdaya Lewat Teknologi Masa Kini

Monash University memperingati Hari Kartini dengan ajak pemberdayaan perempuan dalam bidang STEM.

  • May 5, 2025
  • 2 min read
  • 1022 Views
Monash University Ajak Perempuan Berdaya Lewat Teknologi Masa Kini

Di tengah momentum peringatan Hari Kartini, Monash University Indonesia menegaskan komitmen pemberdayaan perempuan di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM), termasuk Kecerdasan Buatan (AI) dan Pemprosesan Bahasa Alami (NLP) yang masih didominasi laki-laki.

Komitmen ini diwujudkan melalui keberagaman dan inklusi, salah satunya dengan kehadiran Derry Tanti Wijaya, peneliti AI dan NLP yang mengedepankan etika, tanggung jawab sosial, dan relevansi bagi masyarakat Indonesia.

Seperti Raden Ajeng Kartini yang memperjuangkan kesetaraan pendidikan di akhir abad ke-19, Dr. Derry mewakili 22 persen profesional AI perempuan yang terus berkembang saat ini. Peraih gelar Ph.D ilmu komputer dari Amerika Serikat (AS), ini aktif mendorong perempuan untuk berkarier di bidang AI dan data science melalui jalur akademis bersama Monash University, Indonesia.

Baca juga: Samsung Luncurkan Galaxy S25 Series untuk Jawab Segala Kebutuhan Kartini Modern

Berkembang Bersama untuk Pemberdayaan Perempuan

Sebagai seorang peneliti, Derry banyak meneliti bagaimana narasi media, baik tradisional maupun digital, membentuk pemahaman publik tentang isu-isu utama seperti kesehatan dan politik. Untuk itu, ia membangun sistem NLP yang mendeteksi dan mengurangi bias dalam mempromosikan wacana publik yang lebih adil dan akurat. Penelitiannya membantu meningkatkan literasi media dan memerangi misinformasi secara sistemik.

Derry mengembangkan perangkat NLP berbasis AI untuk meningkatkan akses informasi kesehatan reproduksi bagi perempuan Indonesia. Didukung dana hibah 60.000 dolar Amerika Serikat, dari Google Academic Research Award (GARA), inisiatif ini bertujuan menyediakan informasi kesehatan yang terpercaya, mudah diakses, dan peka budaya, khususnya bagi komunitas-komunitas yang kurang terlayani.

“Fokus utama dari seluruh riset yang saya lakukan adalah pengembangan teknologi yang mencerminkan kebutuhan pengguna, terutama perempuan—dengan menekankan transparansi, keadilan, dan inklusi dalam sistem AI. Tujuannya adalah memastikan inovasi menjadi alat pemberdayaan bagi semua. Sementara itu, di luar akademis, saya mengarahkan hasil riset untuk mendukung penggunaan teknologi yang etis dan terinformasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat di seluruh Indonesia,” jelas Dr. Derry.

Baca juga: PUMA GO WILD di Indonesia: Jadi Diri Sendiri, Siapa Takut

Beberapa contoh pemanfaatan riset terkait, lanjut Dr. Derry, meliputi pengembangan model AI yang mampu mengadopsi sudut pandang perempuan, sehingga teknologi ini dapat digunakan untuk menghadirkan ruang komunikasi yang lebih aman dan nyaman bagi perempuan dalam menyampaikan isu-isu kesehatan. Dengan pendekatan ini, model AI tidak hanya memahami konteks, tetapi juga mengurangi potensi bias dan menggunakan bahasa yang profesional, empatik, dan inklusif.

“Seperti semangat kesetaraan yang disuarakan oleh Kartini, saya optimis mendorong pemberdayaan perempuan jauh melampaui akses pendidikan, membawa lebih banyak peran mereka dalam pengembangan teknologi yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan,” pungkas Derry.

About Author

Magdalene

Leave a Reply