December 5, 2025
Issues Politics & Society

Konflik Iran-Israel: Akankah Dunia Masuk Perang Dunia III?  

Ketegangan Iran, Israel, dan AS picu kekhawatiran soal Perang Dunia III. Namun para ahli bilang, eskalasi belum tentu berujung perang global.

  • June 27, 2025
  • 5 min read
  • 1447 Views
Konflik Iran-Israel: Akankah Dunia Masuk Perang Dunia III?  

Kekhawatiran soal konflik Iran-Israel yang bisa berkembang jadi Perang Dunia III makin ramai dibicarakan, apalagi setelah Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada (22/6). Banyak warga dunia, termasuk Indonesia, mulai waswas dengan situasi ini. Namun, menurut para ahli, belum tentu situasinya akan sejauh itu dan masyarakat diminta untuk tetap tenang. 

Melansir BBC Indonesia, dosen Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Dina Sulaeman, menyebut meski AS sudah ikut campur, eskalasi konfliknya belum sampai ke level yang bisa memicu perang skala besar. 

Hal senada juga disampaikan Dian Wirengjurit, pengamat hubungan internasional dan geopolitik. Ia menekankan publik “enggak perlu panik”, karena para pemimpin dunia kemungkinan besar akan mengedepankan jalur diplomasi supaya konflik ini enggak makin memanas dan makan banyak korban. 

Sejumlah negara besar seperti Uni Eropa, Inggris, Jepang, Prancis, Qatar, Arab Saudi, dan lainnya juga mendesak Iran dan Israel untuk kembali duduk bersama dan mencari solusi lewat negosiasi, bukan senjata. 

Sebagai respons atas serangan dari AS, Iran pun membalas dengan meluncurkan serangan ke wilayah Israel. Di saat yang sama, Menteri Luar Negeri Iran sedang berada di Moskow untuk membicarakan berbagai tantangan dan ancaman bersama dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin

Baca Juga: Ketika Kekerasan Seksual Menjadi Senjata Perang 

Bisa Jadi Perang Dunia III? Begini Kata Para Ahli 

Serangan Amerika Serikat ke Iran pada (21/6) bikin banyak orang was-was. Dikutip dari Kompas, Menurut Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia (UI), aksi militer ini bukan cuma berbahaya, tapi juga bisa jadi pemicu serius konflik global. 

“Serangan ini berisiko besar. Presiden AS memang bilang Iran punya dua pilihan: menyerah dan berdamai, atau siap diserang lebih besar lagi kalau tetap ngotot,” kata Hikmahanto. 

Ia menyebut ada empat hal penting yang perlu kita perhatikan terkait serangan ini: 

  1. Respons Iran: Apakah Iran akan nurut dan membuka jalan damai, atau justru akan melawan balik—baik dengan menyerang kapal induk AS atau meluncurkan aksi militer ke Israel? 
  1. Sikap Negara Lain: Kalau ternyata banyak negara di dunia lebih berpihak ke Iran, bukan enggak mungkin konflik ini melebar jadi perang dunia. 
  1. Langkah AS Selanjutnya: Amerika bakal lanjut menyerang, atau memilih mundur untuk meredam eskalasi? 
  1. Sikap Indonesia: Menurut Hikmahanto, Indonesia harus tetap berpihak pada perdamaian dan ikut mendorong upaya diplomasi untuk mencegah perang makin meluas. 

Di sisi lain, Dikutip dari Fox News, Presiden AS Donald Trump akhirnya buka suara soal alasan di balik serangan ke Iran. Dalam pidatonya dari Gedung Putih, Trump bilang AS sudah menghancurkan tiga fasilitas nuklir utama Iran: Isfahan, Natanz, dan Fordow. 

Trump mengeklaim serangan ini bertujuan menghentikan ancaman nuklir Iran yang dianggap sebagai “sponsor terorisme nomor satu di dunia.” Ia juga menyebut Iran sebelumnya sudah diajak negosiasi di Oman pada 15 Juni 2025, tapi malah batal hadir. 

“Tujuan kami jelas, menghentikan pengayaan nuklir Iran,” kata Trump dalam pidatonya, dikutip dari CNN. Dia bahkan menyebut operasi militer ini sebagai “sukses besar” bagi militer AS. 

Sementara itu, Israel ternyata lebih dulu melancarkan serangan ke Iran pada (12/6), setelah pihak intelijen mereka mencium aktivitas nuklir Iran yang dianggap mengancam. 

Baca Juga: Kematian Shireen Abu Akleh, Dosa Militer Israel, dan Nasib Jurnalis Perang 

Berkaca dari Sejarah 

Agar bisa memahami kenapa banyak orang khawatir tentang kemungkinan terjadinya Perang Dunia III, kita perlu balik sebentar ke masa lalu. Sejarah dua perang dunia sebelumnya bisa memberikan kita gambaran penting tentang bagaimana konflik besar bisa meletus, dan apa saja dampaknya buat dunia. 

Flashback ke Perang Dunia I & II 

Menurut History, World War I, Perang Dunia I (1914–1918) sebenarnya berawal dari satu kejadian lokal: pembunuhan Archduke Franz Ferdinand dari Austria. Tapi dari sana, muncul reaksi berantai yang akhirnya melibatkan negara-negara besar karena faktor-faktor seperti persaingan politik, perebutan wilayah, dan aliansi militer yang rumit. Hasilnya? Lebih dari 16 juta orang meninggal dan Eropa jadi ladang reruntuhan. 

Lompat dua dekade kemudian, dikutip dari History, World War II Battles: Timeline, dunia kembali dilanda konflik yang lebih besar, Perang Dunia II (1939–1945). Kali ini, pemicunya adalah ambisi Jerman Nazi yang ingin ekspansi di bawah Adolf Hitler. Gagalnya Liga Bangsa-Bangsa menjaga perdamaian juga jadi faktor besar. Perang ini lebih brutal lagi: lebih dari 70 juta korban jiwa, termasuk mereka yang tewas akibat Holocaust dan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. 

Baca Juga: Ketika Kekerasan Seksual Menjadi Senjata Perang 

Apa Sih yang Bisa Kita Pelajari dari Dua Perang Besar Itu? 

Dilansir dari World Atlas, Lessons We Learned From The World Wars, berikut beberapa pelajaran penting yang kita dapat dari sejarah: 

  • Konflik kecil bisa meledak jadi perang besar. 
    Perang Dunia I dimulai dari satu pembunuhan. Tapi efek domino dari peristiwa itu bikin hampir seluruh dunia ikut terseret. Artinya, konflik regional bisa banget jadi perang global kalau enggak ditangani dengan cepat. 
  • Aliansi militer bisa jadi bumerang. 
    Ketika satu negara diserang, sekutunya otomatis ikut campur. Itu yang bikin perang makin luas. Di zaman sekarang, hal serupa bisa terjadi lewat aliansi seperti NATO, BRICS, atau SCO. 
  • Kalau diplomasi gagal, perang jadi opsi. 
    Ketika negara-negara enggak lagi percaya satu sama lain dan jalur damai mentok, senjata bisa jadi solusi yang dianggap “masuk akal”. Karena itu, diplomasi dan dialog internasional penting banget buat mencegah konflik. 
  • Perang enggak langsung selesai begitu senjata berhenti. 
    Setelah perang berakhir pun, bekas lukanya masih terasa. Banyak negara butuh waktu lama buat pulih secara ekonomi, sosial, bahkan mental. 
  • Setiap perang mengubah dunia. 
    Perang Dunia II bikin AS dan Uni Soviet jadi superpower dan muncullah era Perang Dingin. Organisasi seperti PBB dibentuk untuk mencegah konflik serupa, tapi tetap saja sistem itu punya kekurangan dan sekarang makin diuji. 

Melihat kondisi dunia sekarang, dari ketegangan antarnegara, krisis global, sampai perlombaan senjata, enggak heran banyak orang merasa déjà vu sama situasi menjelang dua perang dunia sebelumnya. Sejarah seakan mau mengingatkan kita: kalau enggak hati-hati, kita bisa jatuh ke lubang yang sama lagi. 

About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.