Culture Screen Raves

Kenapa ‘Queen of Tears’ Viral dan Gampang Bikin Jatuh Cinta?

Menerima bahwa tak ada hubungan yang sempurna kadang bukan realitas banyak orang. Serial ini mengajarkan kita sebaliknya.

Avatar
  • April 25, 2024
  • 9 min read
  • 1435 Views
Kenapa ‘Queen of Tears’ Viral dan Gampang Bikin Jatuh Cinta?

Hari itu di kediaman pemilik Queens Group ada banyak orang berkumpul. Fotografer, stylist, make-up artist, dan jurnalis bertandang ke kediaman Hong Hae-in (Kim Ji-won) untuk update soal pernikahannya dengan Baek Hyun-woo (Kim Soo-hyun). Di interview secara terpisah, orang-orang ini bertanya apa saja yang terjadi dengan hubungan pasangan itu.

Hyun-woo menjawab dengan tegas bahwa hubungannya dengan Hae-in berjalan baik. Dia tahu bahwa banyak orang mengira percintaannya dengan Hae-in yang mirip kisah dongeng tidak akan bertahan lama. Yang terjadi sebaliknya. Menurut Hyun-woo, mereka adalah pasangan yang menerima kekurangan masing-masing. 

 

 

Hae-in juga menjawab hal yang sama. Mereka adalah tim yang baik. Orang mengira Hyun-woo tidak akan bisa beradaptasi dengan budaya konglomerat keluarganya. Hyun-woo memang bukan cowok miskin, tapi dibandingkan dengan Queens Group, ia bukan siapa-siapa. Semua itu bukan problem, sekali lagi Hae-in menegaskan bahwa ia dan suaminya adalah pasangan serasi.

Baca juga: Drakor ‘Pyramid Game’: Kontes Popularitas yang Menuntun Kekerasan Terstruktur di Kelas

Setelah interview, Hae-in dan Hyun-woo kembali ke kamarnya masing-masing. Saat matahari bersinar, mereka sarapan di meja makan yang lebarnya bisa menutup jalan tol. Hae-in di ujung satunya dan Hyun-woo ada di ujung satunya lagi. Hae-in yang bekerja sebagai CEO salah satu mal terbesar tidak pernah menatap mata suaminya di kantor. Hyun-woo sebagai kepala bagian legal di sana juga hanya bisa berdiam dan menatap keberadaan istrinya dengan dendam membara. Hari itu, setelah konsultasi dengan anggota keluarganya yang hidup nyaman di desa, Hyun-woo mengatakan niatnya untuk menceraikan Hae-in. 

Hyun-woo bukan sekali dua kali memikirkan perpisahan ini. Sudah lama ia menderita secara emosi. Menikah dengan orang kaya tidak seperti cerita Disney. Hari itu ketika ia berniat mengatakan yang sebenarnya, Hae-in mengatakan bahwa ia menderita penyakit langka. Ia akan meninggal dunia dalam beberapa bulan.

Yang Viral, Yang Bikin Nangis

Begitu kalian membaca artikel ini, judul Queen of Tears pasti sudah menjadi sesuatu yang tidak asing. Gambarnya selalu muncul di barisan awal serial TV yang paling banyak ditonton di Netflix. Kalau kalian membuka sosial media, bisa jadi kalian menemukan satu atau dua postingan tentang perasaan mereka saat menyaksikan drama korea yang satu ini.

Kemarin, TVN (stasiun TV yang menayangkan drama ini di Korea) mengatakan bahwa Queen of Tears adalah serial pertama mereka yang sudah mencapai angka satu milyar views.

Setelah menyaksikan 14 episode Queen of Tears, sebenarnya apa yang ditawarkan oleh drama ini bukan sesuatu yang baru. Sebagai penonton drama korea sejak 2003, saya sudah menyaksikan berbagai versi kisah percintaan yang mengharu seperti kisah cinta Hyun-woo dan Hae-in. Cerita cinta tentang si kaya versus yang baru atau trope enemies to lovers bukan barang baru dalam drama korea. Tapi yang menarik dalam Queen of Tears adalah bagaimana Park Ji-eun, penulis skripnya, berhasil mempersembahkan sesuatu yang kelihatannya klise menjadi tontonan yang klasik.

Baca juga: 5 Rekomendasi Drakor tentang Persahabatan yang Wajib Ditonton

Alih-alih bercerita dengan gaya konvensional, penulis skrip yang juga bertanggung jawab atas Crash Landing On You tersebut mengajak penonton langsung ke pusaran badai. 

Dari episode pertama, penonton langsung diberi tahu bahwa hubungan Hyun-woo dan Hae-in tidak baik-baik saja. Yang membuatnya menggigit bukan soal kondisi hubungan ini. Tapi, bagaimana Park Ji-eun ngotot menegaskan bahwa di awal hubungan mereka, Hyun-woo dan Hae-in mencintai satu sama lain. Sejarah mereka ada disana. Lalu bagaimana bisa Hyun-woo memutuskan untuk berpisah dengan Hae-in? Apa yang terjadi sebenarnya?

Di sinilah Queen of Tears menurut saya menunjukkan keperkasaannya. Hyun-woo dan Hae-in tidak pernah benar-benar membenci. Setelah Hyun-woo mendengar bahwa Hae-in sebentar lagi akan meninggal, ia memutuskan untuk membatalkan gugatan perceraiannya dan malah mengurusi istrinya. Hae-in, seperti yang selama ini Hyun-woo kenal, adalah seorang wanita mendiri yang punya kecenderungan untuk tampil kuat di hadapan semua orang. Ia tidak ingin semua anggota keluarganya tahu kalau dia sakit keras. Tidak hanya penonton diberi tahu sedikit demi sedikit informasi kenapa hubungan mereka berubah menjadi asam, di saat yang bersamaan penonton juga melihat bagaimana hubungan kedua orang ini membaik. 

Seperti kebanyakan drama Korea, ada poin di mana saya menjerit frustrasi karena dua karakter ini benar-benar tidak verbal dengan perasaan masing-masing. Untungnya, keputusan penulis skripnya untuk menahan beberapa informasi penting membuat pengalaman menonton Queen of Tears menjadi menyenangkan. Dan ketika saya tahu sebenarnya apa yang membuat hubungan dua orang ini menjadi tidak fungsional, saya tidak bisa menahan tangis.

Sumber: tvN

Tentang Memperbaiki Hubungan yang Rusak

Tentu saja sebagai tidak seru membahas kisah percintaan yang klasik tanpa adanya orang ketiga. Ketika hubungan Hyun-woo dan Hae-in sudah diujung tanduk, muncul lah Yoon Eun-sung (Park Sung-hoon), mantan kekasih Hae-in yang tidak hanya tampan tapi juga kaya raya. Eun-sung is everything that Hyun-woo is not: tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan, punya akses terhadap orang-orang penting dan setara dengan Hae-in dalam status sosial.

Baca juga: Drakor ‘Welcome to Samdal-ri’: Pil Pahit ‘Cancel Culture’

Tapi, kisah cinta segitiga ini bukan hal yang membuat Queen of Tears menggigit. Percaya atau tidak, Queen of Tears adalah sebuah drama tentang bagaimana memperbaiki hubungan yang rusak. Hubungan Hae-in dan Hyun-woo memang menjadi highlight utama drama Korea ini. Tapi di saat yang bersamaan, serial ini memberikan porsi yang cukup banyak bagi anggota keluarga Hae-in yang lain.

Ada drama tentang hubungan Hae-in dengan ibunya (Na Young-hee) yang buruk. Ada drama tentang adik Hae-in, Hong Soo-Cheol (Kwak Dong-yeon), yang tidak hanya bodoh dalam hal apa pun tapi juga cintanya yang satu arah dengan istrinya, Cheon Da-hye (Lee Joo-bin). Ada drama tentang kakek Hae-in dengan istrinya, Moh Seul-hee (Lee Mi-sook), yang tidak pernah mendapatkan restu resmi dari anak-anaknya. Semua ini kemudian dibentuk dalam sebuah misteri tentang orang-orang jahat yang berniat menghancurkan keluarga ini dari dalam.

Queen of Tears, seperti tren drama Korea akhir-akhir ini mengusung tema “eat the rich” dengan cara yang lebih santai. Karakter anggota keluarga Queens Group ini memang tidak sepenuhnya buruk. Mereka memang tidak seperti karakter-karakter dalam The Glory atau Reborn Rich yang sampai melukai orang lain. Tapi Park Ji-eun tetap menggarisbawahi bahwa ada efek psikologis terhadap anak-anak yang terlahir di keluarga yang luar biasa privilese. Ibu yang pilih kasih, anak yang terus-terusan didukung meskipun tidak kompeten dalam pekerjaannya, perkelahian di acara keluarga. Semua ini digunakan penulis skripnya untuk mengenalkan anggota keluarga Queens Group.

Berbeda dengan cara pembuatnya untuk mengenalkan keluarga Hyun-woo. Mereka semua duduk di tempat yang sama, ngobrol dengan hangat. Kedekatan mereka terjadi karena mereka memiliki hubungan emosional yang kuat, bukan hanya karena mereka kebetulan tinggal satu atap. Semua ini kemudian ditegaskan dengan color palette yang berbeda. Sutradara Jang Young-woo dan Kim Hee-woon merekam keluarga Queens Group dengan warna gelap dan biru yang dingin. Sementara itu ketika kita diajak pergi ke rumah keluarganya Hyun-woo yang di desa, warna orange dan sinar matahari yang terang membuat kita betah untuk berlama-lama di sana.

Sumber: tvN

Dari episode satu sampai 8, Queen of Tears sebenarnya berjalan seperti standar drama Korea pada umumnya. Kita melihat penghianatan, salah paham dan manipulasi. Tapi drama korea ini berubah menjadi sesuatu yang tidak bisa dilewatkan ketika penonton sampai di episode 9. Keluarga yang tadinya kaya raya dan bisa melakukan apa saja ini terpaksa ngungsi ke rumah keluarganya Hyun-woo di kampung. Menyaksikan bagaimana orang-orang maha-privilese ini harus belajar lagi bahwa material thing isn’t everything, ternyata tetap memberikan pengalaman menonton yang asyik. Dan dengan ini Queen of Tears menunjukkan bahwa tidak semua drama Korea berubah menjadi monoton di paruh kedua.

Baca juga: 5 Rekomendasi Drakor tentang Persahabatan yang Wajib Ditonton

Tentu saja kalau kita berbicara tentang “bentuk” drama Korea, Queen of Tears tetap jenis drama Korea yang didesain untuk menyenangkan penonton. Ini bukan D.P. atau The Glory yang ingin menyampaikan sesuatu yang krusial. Jangan harapkan visualisasi atau adegan yang “masuk akal”. Orang habis operasi otak terlihat seperti sosialita mau nongkrong di mal dalam serial ini. Tidak ada satu pun karakter, baik miskin atau pun kaya, terlihat jelek di sini. Dan memang ada kenikmatan sendiri menyaksikan tontonan yang dibuat untuk membuat penontonnya senang setiap saatnya.

Bahkan dengan treatment visual yang shallow tersebut, Queen of Tears tetap berhasil mencuri hati saya dari awal drama korea ini dimulai. Selain penulisan skrip yang bagus, tidak ada satu pun karakter yang miscast disini. Semua karakternya diberkahi dengan plot dan fungsi yang jelas. Dengan ini, mereka semua mempunyai kesempatan untuk bersinar. 

Park Sung-hoon dan Lee Mi-sook bebas untuk tampil bengis sebengis-bengisnya. Kwak Dong-yeon bebas menjadi badut. Seluruh anggota keluarga Hyun-woo mendapatkan kesempatan untuk menjadi comic relief yang menyenangkan. Kim Jung-nan yang memerankan tante Hae-in yang bernama Hong Beom-ja mendapatkan kesempatan untuk menjadi perwakilan penonton dalam melakukan hal-hal sinting. 

Tentu saja kita tidak bisa melupakan dua nama aktor yang memerankan tokoh utamanya. Setelah Lovestruck In The City dan tentu saja My Liberation Notes yang luar biasa memukau itu, Kim Ji-woon ternyata bisa mengubah gestur dan ekspresi wajahnya sebagai Hae-in. Kalau di My Liberation Notes dia harus tampil menderita setiap saat, disini ia sangat meyakinkan menjadi girl boss. Kemampuannya untuk “berpura-pura kuat” padahal dalam hati remuk redam patut diacungi jempol.

Kim Soo-hyun, yang menurut kabar menjadi salah satu aktor di Korea saat ini, menunjukkan ke penonton setiap detiknya kenapa harga semahal itu layak untuk mendapatkan performanya. Drama korea yang bergenre romansa seperti ini selalu menampilkan karakter cowok yang menangis. Seperti yang ia tunjukkan dalam It’s Okay Not To Be Okay, Soo-hyun lagi-lagi menunjukkan bahwa dia memang sebagus itu. Setiap tetesan air matanya tidak terasa palsu. Ketika ia meraung, saya bisa merasakan bahwa Hyun-woo memang terluka.

Secara individual, dua orang ini sangat apik. Ketika bersama, Queen of Tears memiliki sinar yang menyilaukan. Tidak ada sedetik pun saya tidak terbawa dengan kisah cinta mereka. Saya percaya bahwa mereka jatuh cinta. Lebih dari itu, saya percaya bahwa dua orang ini memiliki sejarah yang panjang. Kalau boleh saya jujur, saya sebenarnya tidak tahu apa yang akan saya lakukan ketika Queen of Tears berakhir. Drama Korea ini berhasil tidak hanya membuat saya jatuh cinta dengan semua orang yang ada di dalamnya tapi juga membuat saya ingin berlama-lama dengan mereka. Sungguh sebuah gula-gula yang tidak bisa dilewatkan.

Queen of Tears dapat disaksikan di Netflix



#waveforequality


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *