Relationship

Queer Love: Bagaimana Mengetahui Orientasi Seksual Kita?

Saat orientasi seksual kita tidak ‘straightforward’, bagaimana cara mengetahuinya?

Avatar
  • May 11, 2020
  • 5 min read
  • 3104 Views
Queer Love: Bagaimana Mengetahui Orientasi Seksual Kita?

Hi Magdalene,

This is my first time to accept myself to people beside my Mom, that I feel so much complicated from the words called love. 

 

 

Bagaimana cara kita mengetahui, sebenarnya apa sexual orientation kita? Karena awalnya saya pikir, saya adalah seorang biseksual. Tapi nyatanya, saya menyukai tidak terbatas hanya pada laki-laki dan perempuan, dan tidak melulu pada perempuan tomboi atau laki-laki feminin. Saya pikir saya menyukai semua “jenis” manusia, yang terpenting adalah mereka memiliki kepribadian yang baik dan sifat yang hangat. 

Cheers,
Likalotz

Kata Mita:

Hei Likalotz,

Salam kenal.

Pertanyaanmu mengingatkan saya ke sebuah percakapan dengan seorang teman di sebuah sore di akhir pekan, mungkin sekitar 5-6 tahun lalu. Ini bukan percakapan yang serius atau ilmiah, dan saya lupa kenapa kami sampai ke topik ini. Tapi percakapan ini menghangat karena dia ternyata membedakan antara hewan dan binatang. Misalnya, kucing dan anjing termasuk binatang, sementara macan dan ular dan bekicot hewan.

Saya berdebat bahwa hewan dan binatang sama saja, dan tentu dia berkeras bahwa itu berbeda. Saya lalu berusaha meruntuhkan “teori kategorisasi” dia dengan mengetes, “Kalau nyamuk termasuk hewan atau binatang?”

Dia menjawab, “Itu serangga.”

Saya tanya lagi, “Kalau ayam? Binatang, dong, karena biasanya dipelihara?”

Dengan penuh keyakinan tapi nada tetap datar dia menjawab, “Oh, itu unggas.”

Teman saya itu bukan ahli biologi. Saat itu dia adalah penulis naskah iklan yang kariernya cemerlang (saya tidak tahu apakah pekerjaan dia ada hubungannya dengan “teori”nya). Dia pun percaya bumi itu bulat dan pro-vaksinasi.

Artinya, Likalotz, kategorisasi sering kali hanya ada di kepala kita sendiri, apalagi yang menyangkut “orang macam apa saya ini?”. Yang lebih penting adalah apa yang kamu lakukan selanjutnya. Jadi kalau kamu menyukai berbagai jenis atau potongan orang, yang lebih penting adalah bagaimana kamu bertingkah laku terkait orang itu.

Baca juga: Queer Love: Belum Suntik Hormon dan Operasi, Apakah Saya Tetap Transpuan?

Bisakah orang suka ke semua jenis orang, asalkan (isi dengan faktor internal dan bukan penampilannya)? Saya memulai jawaban ini dengan cerita tentang teori ngawur, dan ini membuat saya bersemangat untuk menyodorkan teori saya sendiri tentang tipologi rasa suka dengan orang. 

Ada dua jenis tipe suka. Ada suka karena interaksi kita dengan orang itu ternyata menyenangkan secara psikologis, Ada juga tipe atraksi seksual alias lust, dan menurut saya ini besar kaitannya dengan penampilan luar objek birahi kita. Cara saya mengecek apakah saya punya ketertarikan seksual ke seseorang adalah dengan bertanya ke diri sendiri apakah saya bisa membayangkan berciuman dengan dia. Kalau reaksi saya adalah, “Ew, no” artinya tidak ada atraksi seksual 

Kenapa cek ini penting? Karena itu menentukan tingkah laku saya berikutnya:

  • Tidak senang bicara atau berkegiatan dengan orang itu dan tidak ada atraksi seksual → paling jauh hanya berkenalan;
  • Senang bicara atau berkegiatan dengan orang itu tapi tidak ada atraksi seksual → jadikan teman;
  • Tidak tahu harus bicara apa dengan orang itu tapi ada atraksi seksual → mungkin maksimal jadi teman tidur saja (kalau mau atau sedang khilaf);
  • Senang bicara dan berkegiatan bersama dan ada atraksi seksual → jajaki jadi pacar (terutama kalau belum punya). 

Jangan lupa bahwa selain atraksi juga ada yang namanya deal breaker. Ini berlaku untuk membatalkan baik atraksi seksual maupun rasa suka non-seksual. Dan ini bisa sesuatu yang sangat di permukaan, atau menyangkut hal yang lebih internal. Misalnya, deal breaker saya adalah orang yang kalau makan mengeluarkan bunyi, anti-vaksinasi, dan materialistis (dalam arti mengukur martabat seseorang dari apa saja yang ia miliki). 

Baca juga: Queer Love: Bisakah Kita Membelokkan Orang Jadi LGBT?

Saya tidak bilang kamu harus punya metode yang sama. Tapi ini adalah salah satu contoh bahwa yang penting bukan kategorisasi yang ada di kepala kita sendiri, tapi apa yang kita lakukan terhadap apa yang ada di depan kita, dan sejauh mana kita bisa hidup dengan konsekuensinya. 

Have fun, Likalotz.

PM

Downtown Boy Says:

Dear Likalotz, 

For many, sexuality is as straightforward as an arrow, but for some, it’s as straight as spaghetti. You remain straight and firm until you get wet and “curl up.” The journey of self-discovery is a long and beautiful process, so you should cherish and embrace the fluidity of your sexuality. I for one is a straightforward gay boy (predictable pun intended). I have stopped experimenting with my choice ever since Tarzan came to my dream to give my first midnight spurt.

But that’s me; I’m just not interested to try the other field because women never give the same tick.  You see, unlike Tarzan, Jane never came to my dream to give midnight express experience.

So enjoy your self-discovery, there’s no definite prescription to identifying your sexual orientation as long as you play it safe and honest. So, as you enjoy your unlabeled shape shifter lifestyle, be mindful to not hurt the ones you love. Be open and frank about your choice and once you find someone that ticks your fancy and pants; stick to them with love and respect.  

DB

Ilustrasi oleh Karina Tungari



#waveforequality


Avatar
About Author

Paramita Mohamad dan Downtown Boy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *