Dalam beberapa artikel sebelumnya, saya sudah membahas soal
manga shojo dan
isekai. Nah, kali ini saya ingin mengupas salah satu
manga yang jarang didedah, yakni
manga josei. Genre ini sebetulnya banyak beririsan dengan
shoujo, tetapi konflik dalam
manga ini lebih kompleks serta dewasa.
Sederhananya,
manga josei adalah komik yang ditujukan untuk pembaca perempuan usia dewasa. Isu-isu yang dibicarakan pun lebih luas serta kompleks, dan beberapa di antaranya bahkan terang-terangan berbicara tentang seksualitas perempuan. Menariknya, dalam genre ini, karakter-karakter perempuan utamanya sangat beragam, ada cerita tentang perempuan lajang, ibu rumah tangga, dan sebagainya.
Saya sendiri salah satu penikmat genre ini, sebab tak hanya menarik dari segi penggambaran karakter, isu-isu yang diangkat terbilang luas, dan sebagian besar banyak yang ditabukan dalam masyarakat. Salah satu contoh, saya ambil dari komik
Gokusen karya Morimoto Kozueko.
Baca Juga: Bagaimana ‘Manga Yaoi’ atau ‘Boys Love’ Masih Meromantisasi Kekerasan Seksual Manga josei bercerita tentang Kumiko “Yankumi” Yamaguchi, perempuan yang baru saja lulus kuliah, dan memutuskan jadi guru Matematika di SMA khusus laki-laki. Berbagai tantangan pun datang ketika ia ditugaskan untuk mengajar kelas 3-D, yang terkenal super bandel dan preman. Siapa sangka, sebetulnya Kumiko adalah cucu serta satu-satunya penerus ketua klan Yakuza terkuat di Tokyo.
Meskipun sebagian besar humor dalam komik yang dimulai pada 1997 dan tamat di 2007-an ini saru dan maskulin,
survival mode tokoh utama justru jadi poin menarik.
Manga Josei Termasuk Underrated Genre
Komik seperti
Gokusen sebetulnya menarik dalam segi pembangunan karakter serta konfliknya. Sayang,
manga-manga dalam genre
josei terbilang kalah pamor dari genre lainnya. Dikutip dari
Comic Book Resources (CBR), penjualan
manga dengan genre
josei memang lebih kecil dibandingkan
manga shoujo dan
shonen. Pada 2007,
You, sebuah majalah
manga josei populer, hanya terjual 194.791 buah saja, sedangkan di tahun yang sama,
Ciao Magazine, sebuah majalah
manga shojo best seller, terjual hampir 2,7 juta eksemplar. Akibat dari minimnya pembaca dari majalah
manga You, di 2018 ia gulung tikar.
Mangaka, Tina Yamashita, dalam cuitannya yang kini sudah dihapus, berspekulasi bahwa kalah pamornya
manga josei dari genre lainnya disebabkan oleh pembaca laki-laki yang tidak nyaman membaca cerita tentang nilai-nilai keperempuanan. Namun, ketika cerita tersebut ditulis oleh
mengaka perempuan di genre
shonen, mereka masih akan membaca
manga tersebut, karena dianggap tak memiliki nilai-nilai keperempuanan. Contohnya bisa kita lihat dalam
manga shonen yang ditulis oleh perempuan seperti
Fullmetal Alchemist, dan
Dorohedoro. Berikut ini beberapa rekomendasi
manga josei pilihan saya, yang tidak cuma seru tetapi juga berani membicarakan hal-hal tabu.
Rekomendasi Manga Josei Romance: Paradise Kiss (2011)
Manga josei ini berkisah tentang remaja SMA Yukari yang awalnya hanya memikirkan untuk membahagiakan kedua orang tuanya, dengan masuk ke universitas ternama. Hidupnya monoton, sampai suatu hari ia “diculik” beberapa orang berpenampilan modis yang menyebut diri mereka
Paradise Kiss. Sejak hari itu, Yukari pun dikenalkan dengan dunia model yang berkilauan, dan semua itu berkat bimbingan George, desainer laki-laki yang mengubah pandangan Yukari terhadap dunia.
Baca Juga: Perempuan Antagonis Gugat Keadilan: 6 Manga Isekai Terbaik Kisah percintaan yang lebih dewasa, serta bumbu
hubungan toksik di sana-sini dibungkus secara menarik tanpa ada kesan mengglorifikasi hal tersebut.
Manga karya Ai Yazawa ini menggambarkan bagaimana perjalanan perempuan muda yang menemukan apa yang ia inginkan setelah belasan tahun hanya didikte orang-orang di sekitarnya saja.
The Full Time Wife Escapist (2012)
Bagaimana jadinya jika asisten rumah tangga (ART) digaji layaknya profesi-profesi di sektor non-domestik? Hal inilah yang dialami oleh Mikuri Moriyama, perempuan yang baru saja lulus kuliah, namun sulit sekali mendapatkan pekerjaan tetap di bidangnya. Dalam gundahnya, sang ayah menawarkan Mikuri untuk menjadi seorang pekerja rumah tangga.
Mikuri pun bekerja untuk seorang laki-laki pegawai kantoran bernama Tsuzaki. Hari demi hari, Mikuri merasa pekerjaan ART ini menarik dan cocok untuknya. Namun, masalah baru muncul, orang tuanya harus pindah ke desa, dan Mikuri tidak memiliki cukup uang untuk menyewa apartemen. Ketika bercerita pada Tsuzaki, Mikuri dengan setengah bercanda berkata, akan lebih baik ia bekerja sebagai “istri profesional” untuk Tsuzaki, agar ia tetap bisa bekerja tanpa perlu khawatir tinggal di mana. Mengejutkannya, Tsuzaki menganggap itu adalah ide yang bagus.
Manga karya Tsumino MInami ini mungkin terkesan biasa saja, tetapi bagi saya Tsumino berhasil memotret bagaimana kegundahan manusia-manusia berumur 25 tahun ke atas tentang kehidupan yang terjamin seperti mendapatkan pekerjaan tetap dan berkeluarga.
Bagi sebagian orang, menikah bukan lagi perkara cinta tetapi bisnis, karena dengan status menikah ada beberapa “
privilese” yang didapatkan oleh mereka. Perempuan lebih dipandang “berhasil” dan “normal” apalagi jika ia mendapatkan suami yang berada serta memiliki anak, sedangkan ketika perempuan memilih untuk melajang dan fokus pada karier, mereka dianggap terlalu
ambisius.
Manga Josei dengan Plot Cerita Unik: Suppli (2007)
Bagi kamu perempuan yang berumur 27 tahun dan sedang galau antara ingin meneruskan karier atau menikah,
Suppli menjadi pilihan tepat untuk kamu baca.
Minami Fuji, perempuan karier berusia 27 tahun yang bekerja di perusahaan periklanan impiannya. Ia adalah pekerja keras dan mencurahkan seluruh tenaganya untuk mengembangkan karier. Akibatnya, ia terkadang mengabaikan hubungan percintaan, dan berujung diputus sang pacar yang sudah tujuh tahun bersama. Hal ini membuat Minami sangat depresi dan memutuskan untuk membenamkan dirinya lebih dalam ke pekerjaannya.
Manga karya Mari Okazaki ini memotret secara realistis bagaimana perlakuan masyarakat yang anti terhadap perempuan yang fokus berkarier, dan memusuhi perempuan yang memilih untuk
melajang dan bahagia.
Princess Jellyfish (2008)
Sebagai seorang
fujoshi, atau perempuan yang menyukai
manga dan
anime bertema
boys love, saya suka
banget dengan komik ini.
Manga karya Akiko Higashimura itu berkisah tentang Tsukimi Kurashita, perempuan yang sangat terobsesi dengan ubur-ubur, dan bercita-cita jadi ilustrator. Namun, ada banyak kendala yang dialami Tsukimi, salah satunya ia sangat takut berinteraksi dengan orang lain apalagi laki-laki dan orang-orang atraktif.
Tsukimi tinggal di kompleks apartemen tua bernama Amamizukan, di mana seluruh penyewa apartemen itu adalah para perempuan
otaku dan
fujoshi, sama seperti Tsukimi. Salah satu peraturan di apartemen tersebut, laki-laki dilarang masuk ke apartemen itu. Bukannya karena haram atau bukan
muhrim, tetapi perempuan-perempuan ini memang membenci keberadaan laki-laki di apartemen mereka.
Hidup Tsukimi yang berjalan santai-santai saja, tiba-tiba harus berubah drastis ketika ia diselamatkan oleh
stylish bernama Kuranosuke Koibuchi, laki-laki yang gemar melakukan
crossdress. Siapa sangka, lelaki itu malah menjadi bagian dari keseharian Tsukimi di Amamizukan, dan juga salah satu yang membantu perempuan-perempuan itu untuk mempertahankan kompleks apartemen dari penggusuran.
Santai, penuh dengan humor dan tajam mengangkat isu perempuan, komik ini patut masuk dalam daftar bacaan kamu, apalagi buat kamu yang berusia 25 tahun ke atas.
My Broken Mariko (2019)
Manga yang terdiri dari 5 bab ini menggambarkan secara gamblang kondisi ketika orang yang kamu sayangi meninggal dunia akibat bunuh diri. Inilah yang dialami oleh Shii-chan, ketika ia mengetahui sahabat baiknya Mariko, yang selalu tersenyum padanya dan terlihat baik-baik saja, bunuh diri.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Manga Reverse Harem Terbaik 2021 Dalam tiap babnya, kita diajak melihat Shii-chan menjalani 5 tahapan berduka bersama dengan kotak berisi abu kremasi jenazah Mariko. Pendek, namun sangat mengena, komik ini menjadi salah satu gambaran bagaimana, orang-orang yang selalu tersenyum dan menganggap semua baik-baik saja, bukan berarti ia tidak bisa mengalami kesehatan mental.
Kakukaku Shikajika
Ketika membaca
manga ini saya enggak bisa menahan tawa saya karena si protagonis mengingatkan saya pada masa remaja yang dulu begitu naif dan optimis melihat masa depan.
Manga ini bercerita tentang Akiko Hayashi, remaja perempuan yang bercita-cita ingin menjadi
mangaka shojo
yang sukses. Akiko bahkan sudah menuliskan tujuan-tujuan hidupnya secara terperinci, yang kalau kamu baca, ya pasti geli sendiri karena naif
banget. Suatu hari, seorang temannya memperkenalkan Akiko pada seorang guru seni bernama Kenzou Hidaka yang lebih sering dipanggil
sensei oleh murid-muridnya. Akiko pun memutuskan untuk mengikuti kelas sang
sensei, dan ia mengalami
shock ketika
sensei mendidiknya dengan kasar dan keras. Namun, dibalik kerasnya didikan sang
sensei, Akiko menyadari, guru itu peduli pada murid-murid dengan caranya sendiri.
Manga ini menurut saya hadir sebagai tamparan bagi kita bahwa kesuksesan itu bukan cuma perkara
kerja keras yang nanti berbuah manis. Ada saatnya dirimu merasa, kamu terus-terusan berada di bawah dan sulit sekali mencapai puncak dan berpikir mengapa jalan orang lebih mudah dilalui ketimbang jalan milik kita.