Screen Raves

5 Alasan Film ‘Ali & Ratu Ratu Queens’ Layak Ditonton

Film Indonesia ‘Ali & Ratu Ratu Queens’ lucu dan menyentuh, dengan menampilkan alternatif bentuk keluarga.

Avatar
  • June 18, 2021
  • 5 min read
  • 1325 Views
5 Alasan Film ‘Ali & Ratu Ratu Queens’ Layak Ditonton

 

 

Film Ali & Ratu Ratu Queens (2021) adalah tontonan renyah yang bisa menghibur sekaligus menghangatkan hati di tengah situasi pandemi dan work from home (WFH) yang menjemukan ini. Dengan latar kota New York yang cantik, film ini menyuguhkan nilai-nilai kehidupan di balik norma dan isu sosial masyarakat dengan narasi yang ringan, ditambah dengan karakter-karakter yang lucu namun bijak dengan caranya masing-masing. 

Film ini menceritakan perjalanan Ali (Iqbaal Ramadhan), seorang remaja yang baru lulus SMA, yang mencari ibunya yang tinggal di New York untuk menjadi seorang penyanyi. Sang ibu meninggalkannya saat ia masih kecil demi mengejar mimpinya itu. Sesampainya di New York, alih-alih menemukan ibunya, Ali bertemu empat perempuan diaspora Indonesia dengan latar belakang berbeda-beda dan karakter masing-masing yang unik. Mereka menamai diri mereka ‘Ratu-ratu Queens’, alias para ratu yang tinggal di daerah Queens, New York. Di situlah perjalanan Ali yang sesungguhnya dimulai. 

Bolehlah film ini jadi alternatif film remaja dan keluarga, karena menggambarkan tokoh perempuan tangguh dan berdaya serta alternatif bentuk keluarga. Berikut adalah lima alasan kenapa film ini layak kamu tonton.

1. Film ali & Ratu-ratu Queens Gambarkan Ragam Karakter Perempuan yang Berdaya

Film Ali & Ratu Ratu Queens menyoroti berbagai latar belakang, situasi hidup, dan karakter perempuan yang realistis, dimulai dari ibu tunggal, perempuan yang pernah ditipu agen hingga kehilangan uang ratusan juta, sampai pekerja harian kasar. Namun, hal itu tidak membuat para perempuan ini terpuruk. Mereka tumbuh lebih kuat dan saling menyayangi, termasuk menyayangi Ali sejak awal mereka bertemu. Akting Happy Salma (Cinta), Tika Panggabean (Ance), Asri Welas (Biyah), dan Nirina Zubir (Parti) memberi warna dalam film ini, sekaligus mengocok perut penonton.

Baca juga: ‘Finding Agnes’: Upaya Anak Mencari Ibu yang Penyintas KDRT

Meski begitu, film ini kurang menggambarkan dan menggali latar belakang dari masing-masing tokoh yang seharusnya bisa memperkuat gambaran perjuangan dan perkembangan karakter. Terlebih lagi, karakter ibunya Ali, Mia (Marissa Anita). Isu soal ibu dan keibuan adalah masalah yang kompleks dan berlapis, tapi film ini cenderung menyederhanakan dan mengantagoniskan sosoknya sebagai ibu yang meninggalkan anak dan keluarga dengan egois karena mengejar karier sebagai penyanyi di luar negeri. Logika cerita dan alasan dia pergi tidak meyakinkan untuk sampai dia bisa meninggalkan anak. Padahal, isu otoritas diri perempuan bisa ditonjolkan di sini. Terlebih lagi, dia tak memiliki pilihan lain karena saluran komunikasinya dengan Ali dan keluarga diputus secara sepihak oleh sang suami, Hasan (Ibnu Jamil), alias ayahnya Ali.

2. Ali & Ratu Ratu Queens Promosikan Nilai Keluarga yang Suportif dan Demokratis

Foto: Netflix

 

Kisah hidup Mia mengajarkan kita nilai penting soal keluarga yang suportif dan demokratis dalam segala aspek kehidupan. Terutama dalam pengembangan dan aktualisasi diri perempuan, sebuah isu yang jarang disoroti karena bias-bias normatif soal hilangnya otoritas diri perempuan begitu dia menikah, apalagi setelah mempunyai anak. Karier perempuan pun kerap kali jadi sasarannya, seperti yang dialami Mia. Y

Yang disayangkan, Ali & Ratu Ratu Queens hanya menyebut beberapa kali (tanpa detail yang meyakinkan) bagaimana Hasan tidak mendukung karier dan cita-cita Mia, tanpa menyoroti bagaimana pertentangan batin yang Mia rasakan sebagai seorang istri dan ibu.  Perjalanan hidup Mia sebagai seorang ibu, istri, sekaligus pencari nafkah yang memiliki ambisi dalam karier seharusnya bisa disoroti untuk memperkuat dan memperjelas nilai yang ingin disampaikan dan memperkuat logika cerita. Apalagi, melepas tanggung jawab sebagai ibu dan istri tak pernah jadi pilihan Mia (atau sebagian besar ibu) sedari awal.

3. Karakter Ali Ajarkan Kita Memeluk Kesedihan, Alih-alih Menampiknya

Foto: Netflix

 

Penggambaran tokoh Ali yang tidak jaim ataupun mengelak emosi-emosi yang dia rasakan mendobrak gambaran maskulinitas toksik yang kerap dilanggengkan oleh berbagai film layar lebar. Ali bisa secara luwes mengungkapkan rasa sedih karena kerinduannya pada sang ibu. Bisa pula mengungkapkan rasa bersyukur dan terima kasih karena bisa menemukan “rumah” baru dalam sosok ratu-ratu Queens. Meski proses yang dilaluinya tidak mudah, Ali berhasil memeluk kesedihannya, menyembuhkan dirinya sendiri, hingga bisa bangkit untuk menjadi orang yang lebih baik.

Baca juga: Mengapa Laki-laki Harus Menonton ‘Promising Young Woman’

4. Film Ali & Ratu Ratu Queens Tekankan Makna “Rumah” yang Fleksibel dan Universal

Foto: Netflix

 

Film Ali & Ratu Ratu Queens juga mengajarkan kita bahwa rumah sebagai tempat aman yang diisi dengan orang-orang yang selalu mendukung dan menyayangi kita, bisa kita pilih dan temukan sendiri, bukan hanya dalam keluarga yang memiliki hubungan darah. Ali memang pergi ke New York untuk menemukan ibunya. Tapi, dia justru menemukan rumah lain yang menerima dia apa adanya, dan selalu mendorong dia untuk menjadi orang yang lebih kuat dalam menjalani hidup.  Selama di New York, Ali juga menemukan banyak orang baik yang tak segan menolong dan memberi dia semangat.

5. Gambarkan Kota New York Secara Realistis

Hal lain yang patut diapresiasi dari film ini ialah penggambaran New York yang realistis, bukan memilih lokasi-lokasi syuting yang mewah atau turistik seperti penggambaran New York di kebanyakan film. Film ini justru menyoroti berbagai wilayah dan tempat tinggal para kelas pekerja yang jarang disoroti. Misalnya, apartemen tempat Ali tinggal bersama ratu-ratu Queens yang sederhana, sampai tempat mereka berjalan-jalan yang lebih merakyat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Selma Kirana Haryadi

Selma adalah penyuka waktu sendiri yang masih berharap konsepsi tentang normalitas sebagai hasil kedangkalan pemikiran manusia akan hilang dari muka bumi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *