March 21, 2023
Culture Screen Raves

Review ‘Dear David’: Fantasi Seksual Perempuan yang Dipermasalahkan

Bagaimana jika fantasi seksual-mu diketahui orang banyak dan dipermasalahkan?

Avatar
  • February 22, 2023
  • 5 min read
  • 1208 Views
Review ‘Dear David’: Fantasi Seksual Perempuan yang Dipermasalahkan

Peringatan Major Spoiler!

Adegan pertama film ini diisi dengan fantasi liar seorang perempuan yang berpakaian ungu sedang menyusuri hutan. Hutan ini diisi oleh rumput-rumput yang menjulang tinggi. Ketika sampai di sebuah sungai, ia melihat harimau berbadan manusia sedang mandi. Tubuhnya liat, berotot. Perempuan itu ketahuan mengintip, ia lalu dikejar sang manusia harimau.

Setelah berlari dan terjatuh, ia tersudut di sebuah pohon. Sang manusia harimau mendekat. Sang perempuan bergairah. Ia ingin membuka topeng itu, tangannya ingin menyentuh tubuh sang manusia harimau, tapi tak bisa. Cuma bayangan tangannya yang jatuh di tubuh manusia harimau. Saat kepala mereka mendekat, ingin berciuman—

“Laras!” teriakan Ibu Laras terdengar.

Tiba-tiba adegan berubah tempat jadi kamar Laras. Ia sedang mengetik sebuah cerita di laptopnya. Ternyata adegan di hutan tadi adalah fantasi Laras.

Sosok Laras sendiri dalam film Dear David digambarkan sebagai siswa ambisius. Ia selalu mengejar prestasi akademik demi beasiswa, dan menjabat sebagai Ketua OSIS. Namun ia menyimpan sebuah rahasia, yang tak bisa ia ceritakan pada siapa pun.

Rahasia Laras adalah cerita-cerita fantasi seksual-nya tentang David, kawan sekelas yang juga atlet sepakbola sekolah. Ia menyimpan sendiri cerita ini hanya untuk konsumsi pribadi saja. Tapi siapa sangka, keteledorannya menggunakan komputer di sekolah membawa petaka bagi dirinya, dan David.

Blog rahasia Laras bocor ke seluruh sekolah. David, yang awalnya beta male dalam grup cowok-cowok popular di sekolahnya, mendadak terkenal karena cerita di tulisan Laras. Sekolah bergerak cepat. Mereka fokus mencari tahu siapa penulis blog itu. Tulisan-tulisan tersebut dianggap mencoreng nama sekolah.

Baca juga: Review Episode 3 ‘The Last of Us’: Yang Bikin Satu Bumi Nangis Berjemaah

Saat identitas Laras terbongkar, fantasi seksualnya makin jadi kontroversi dan dipermasalahkan. Sebagai perempuan, tulisan-tulisan Laras dianggap terlalu liar. Ia dilabeli sangean dan mesum. Perempuan sering dianggap tidak baik ketika melakukan dan bicara hal ini. Standar ganda ini tak berlalu buat laki-laki. Hal-hal seksual biasanya dianggap lebih wajar dialami dan dirasakan laki-laki, sehingga perempuan yang merangkul dan menerima seksualitasnya dianggap tidak wajar atau melawan batasan gender.

Padahal, sama seperti laki-laki, perempuan juga makhluk seksual—kecuali mereka yang memang ada di spektrum aseksual.

Film ini sendiri jelas mengangkut isu ini sebagai sumbu utama. Ada satu dialog Laras yang jadi statement kencang:

“Saya mau minta maaf kepada diri saya sendiri. tidak seharusnya saya merasa malu ataupun bersalah. Saya adalah manusia muda yang punya gairah dan perempuan yang sedang jatuh cinta. Memangnya itu salah? Saya rasa enggak.”

Dear David juga dengan gamblang memotret sekolah sebagai antagonis utama dalam ceritanya. Institusi itu dilambangkan karakter kepala sekolah yang terlalu fokus pada urusan mencari tahu siapa pelaku, dan memberi sanksi pada sang penulis, ketimbang menyediakan ruang aman buat David, Dilla, dan Laras yang adalah korban sebenarnya dari kasus KBGO yang terjadi.

Mengingatkan kita juga, bahwa kebanyakan sekolah dan sistem pendidikan kita sendiri memang masih sangat jauh dari ilmu-ilmu seksualitas yang harusnya juga disediakan lembaga pendidikan.

Masalah Parenting dan Coming Out Jarang Digambarkan dalam Film Indonesia

Di saat tersebarnya cerita Laras dan identitasnya terkuak, pihak sekolah justru menyalahkan tindakan Laras ini. Sebagai pihak sekolah sebetulnya ranah pribadi seorang siswa bisa dilindungi tanpa harus mencapnya sebagai orang yang jahat.

Untunglah Laras mempunyai sosok ibu yang tak pernah menuntutnya melakukan apa pun. Ia percaya dengan semua keputusan Laras. Tidak menghakimi dan selalu menguatkan Laras.

Baca juga: ‘Ngeri-ngeri Sedap’ dan Film Batak yang Berusaha Lepas dari Jakartasentris

“Kalau kamu dikeluarkan, ya tinggal pindah. Kalau kamu enggak bisa masuk UI gara-gara ini, ya, cari kampus lain. Kamu jadi anak Mama saja itu sudah cukup buat Mama,” ujar ibu Laras, menanggapi anaknya yang takut gagal.

Penggalan dialog ibu Laras dalam Dear David ini sangat mengena di hatiku. Aku hampir menangis ketika mendengar ucapan ibunya. Sangat sulit sekali menemukan karakter Asian Parents yang tak selalu menuntut anaknya jadi sempurna di film-film kita. Mungkin parenting ibu Laras bisa menjadi salah satu contoh yang baik, meski di realitas orang tua biasanya memang jadi pihak yang paling suka menuntut anak (jadi sempurna).

Cinematography dan Akting Para Pemain yang Ciamik dalam Film Dear David

Aku salah satu orang yang begitu menikmati sekali cinematography di film Dear David ini. Setingan sekolah, rumah, jalanan, gereja hingga fantasi Laras semua digambarkan dengan mulus. Apalagi untuk scene ketika Laras berimajinasi kalau dia dan David tinggal di sebuah pulau kecil nan tentram. Benar-benar memanjakan mata.

Baca juga: Review Film Ali dan Ratu Ratu Queens

Seperti yang diekspektasikan dari film-film produksi Palari Films, cinematography dihadirkan dengan indah. Sebagai penggemar film dari Palari Films, seperti Aruna dan Lidahnya (2018) yang berpusat pada kulinernya benar-benar memuaskan. Ketika melihat bakmi kepiting Pontianak dan sop buntut buatan Aruna di layar bioskop. Aku pun serasa ikutan lapar melihat wujud makanan yang digambarkan. Begitu juga dengan Ali & Ratu Ratu Queens (2021) yang berhasil memotret sudut kota New York dengan cermat.

Tidak hanya cinematography yang disuguhkan apik, apalagi untuk adegan ketika berenang di pantai dan air terjun. Seakan-akan kita sebagai penonton ingin merasakan kedamaian yang didapatkan Laras di air terjun dan pantai itu. Akting para pemain juga ciamik. Akting Shenina Cinnamon sebagai Laras sudah tidak diragukan Iagi. Ekspresi  yang dibuat oleh Shenina secara berbeda-beda ini mampu membuat karakter Laras terasa begitu beda.

Berbeda-beda ketika karakter Laras menjadi anak gereja penurut dan sosok di dalam fantasinya Selain itu ada Emir Mahira yang mampu membawakan scene panic attack dengan baik.


Editor:  Chika Ramadhea
Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing sekarang pecinta kucing. Chika punya impian biar bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *