Culture Opini Screen Raves

Review Drakor ‘Love Next Door’: Plot Klasik ‘Frenemies to Lovers’, dengan Isu Beban Anak Pertama

Percintaan Baek Seok-ryu dan Choi Seung-hyo memang manis, tapi siapa sangka Seok-ryu justru menanggung beban yang berat sebagai anak pertama.

Avatar
  • October 2, 2024
  • 6 min read
  • 964 Views
Review Drakor ‘Love Next Door’: Plot Klasik ‘Frenemies to Lovers’, dengan Isu Beban Anak Pertama

Pokoknya kalau ada Baek Seok-ryu (Jung So-min) pasti di situ ada Choi Seung-hyo (Jung Hae-in). Bak anak kembar, mereka benar-benar tak terpisahkan. Keduanya akrab karena ibu Seok-ryu dan Seung-hyo saling bersahabat juga sejak zaman sekolah.

Seok-ryu sendiri dikenal sejak kecil sebagai perempuan yang tangguh. Ia selalu melindungi dan menjaga Seung-hyo setiap kali ada anak yang mengganggunya. Sedangkan Seung-hyo, bocah pendiam selalu berlindung di balik badan Seok-ryu.

 

 

Persahabatan mereka terus berlanjut hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Tapi ketika lulus, mereka memilih jalur karier yang berbeda. Seok-ryu melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat dan bekerja sebagai product manager di Greip–perusahaan global ternama. Dan Seung-hyo tetap di Korea Selatan dan menjadi seorang arsitek.

Perbedaan jalan antara Seok-ryu dan Seung-hyo membuat persahabatan mereka sedikit demi sedikit menjadi renggang. Padahal sebenarnya Seung-hyo menyimpan perasaan ke sang sahabat, tapi tak pernah mengungkapkannya.

Suatu hari, Seok-ryu setelah 10 tahun tinggal di Amerika Serikat memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Tanpa pemberitahuan apa pun sebelumnya. Bersama satu koper yang ia bawa, Seok-ryu seolah menyimpan rahasia hingga tak ada siapa pun yang tahu ia kembali.

Kepulangan Seok-ryu pun membawa malapetaka besar bagi keluarganya, terutama sang ibu. Apa sebetulnya yang menjadi alasan Seok-ryu ini?

Baca juga: ‘Doctor Slump’ Bukan Reuni Biasa, Ada Isu Kesehatan Mental hingga ‘Cancel Culture’ juga

Love next Door Bawa Isu Beban Anak Pertama yang Membuat Banyak Orang Relate

Meski cerita romansa antara Seok-ryu dan Seung-hyo yang selalu ditunggu tiap minggunya. Tapi ada satu isu yang diangkut Love Next Door soal beban anak pertama. Sosial media selalu ramai dengan pembahasan isu ini. Apalagi banyak orang merasa sangat relate, terutama untuk anak asian kids yang dibesarkan oleh asian mom.

Kita bisa melihat dari sisi, ibu Seok-ryu, Na Mi-sook (Park Ji-young) sangat bangga sekali dengan pencapaian yang dimiliki oleh Seok-ryu. Ia selalu membanggakan anak perempuan pertamanya ini, Dari mulai selalu mendapat peringkat satu di sekolah, kuliah di universitas ternama Amerika Serikat, bekerja di perusahaan besar, hingga mempunyai tunangan seorang pengacara sukses.

Mi-sook merasa Seok-ryu bisa mewujudkan apa yang enggak bisa ia capai ketika masih muda dulu. Keadaan yang tak berjalan baik, membuat Mi-sook harus banyak mengubur cita-citanya. Maka dari itu, ia sering merasa iri dengan sahabatnya sekaligus ibu Seung-hyo, Seo Hye-sook (Jang Young-nam) karena punya segalanya. Padahal ketika sekolah Mi-sook lebih unggul dari Hye-sook.

Untuk itu, rasa rendah diri Mi-sook dapat terobati dengan kehadiran Seok-ryu. Anak perempuan pertamanya bisa memenuhi ekspektasi sang ibu.

Makanya, dari kecil hingga dewasa, Seok-ryu merasa sebagai anak pertama harus menjadi kebanggan orang tua. Ia selalu berusaha lebih unggul dari teman-teman, dan bahkan tak mentolerir posisi lain selain posisi pertama dalam segala hal. Di sisi lain, kesuksesan yang diraih oleh Seok-ryu tersebut justru membawa pada titik balik terendah dalam hidupnya.

Apalagi karena stres terus menerus membuat kesehatan Seok-ryu semakin menurun, sampai ia harus didiagnosis kanker lambung. Lagi-lagi agar tak mengecewakan dan membuat sedih ibunya, ia pun menutup rapat penyakit itu dan berjuang sendirian di negara asing.

Seok-ryu kira keberhasilan selama 10 tahun di Amerika Serikat akan membawa kebahagiaan, ternyata kesepian datang. Belum lagi sebagai orang Korea Selatan yang dikenal sangat gigih, membuat ia harus dikucilkan dari tempat kerja. Seok-ryu dianggap robot dan pekerjaannya selalu dimanipulasi lebih banyak, karena mereka pikir pasti ia akan mengerjakannya.

Baca juga: Dear Orang Tua, Bahu Anak Pertama Tak Selalu Sekuat Baja

Akhirnya, seperti yang disangka saat Seok-ryu pulang, ibunya benar-benar marah, kenapa harus meninggalkan kehidupan sukses di Amerika Serikat. Tanpa bertanya satu pertanyaan pun, kenapa ia pulang. Seok-ryu tetap menutup mulut alasan tersebut. Mi-sook merasa perjuangannya untuk Seok-ryu jadi gagal total.

Karena tak punya pekerjaan dan menjadi pengangguran, Seok-ryu mencari kegiatan lain. Sampai ia memilih mengikut kelas memasak yang menjadi hobinya sejak lama, secara diam-diam tanpa ketahuan ibu. But in the end, ibunya tahu.

Ibu Seok-ryu sangat marah, kenapa ia menyiakan-nyiakan bakat dan pekerjaan besar yang ia miliki. Tak tahan lagi dengan perlakuan sang ibu, Seok-ryu akhirnya meluapkan semua apa ya ia rasakan.

“Kenapa standarnya berbeda untukku? Kenapa kalian keras padaku? Tahukah kalian kenapa aku bekerja keras, karena kalian sudah merasa sulit karena keadaan Dong-jin, aku gak mau lagi menambah susah kalian. Kenapa aku gak boleh salah, kenapa aku gak boleh melakukan apa yang ku mau?,” ucap Seok-ryu.

Orang tuanya masih tetap berdalih untuk tak mengizinkan Seok-ryu melakukan hobinya memasak, karena mereka bilang itu gak akan cukup untuk menghidupi kehidupannya.

Baca juga: Review ‘Daily Dose of Sunshine’: Perbincangan Penting dan Jujur tentang Kesehatan Mental

Anak Pertama Dituntut untuk Sukses, Tangguh dan Kuat

Apa yang dirasakan oleh Seok-ryu membuka jalan pikiran para penonton, ternyata mereka juga mengalaminya. Tuntutan untuk menjadi anak pertama memang akan selalu menghampiri siapa saja. Belum lagi beban mereka tatkala berat, demi diri sendiri dan ekspektasi banyak orang. Mereka juga harus mengalah sama adik-adiknya.

Benar-benar seperti perasaan sebagian anak pertama–mungkin di seluruh dunia. Mereka enggak mau membuat khawatir orang-orang terdekat. Memang berat banget menjadi seorang anak pertama, diekspektasikan sesuatu oleh semua orang. Kadang tak pernah ada yang menyuruh anak pertama ini untuk menjadi seseorang yang berhasil, namun rasa tanggung jawab itu justru berasal dari dalam diri mereka sendiri. Mereka enggak akan pernah mau mengecewakan ekspektasi orang-orang. Walau harus menuai jalan yang berliku.

Bahkan, anak pertama cenderung menjadi people pleaser agar bisa menyenangkan orang lain. Seperti Seok-ryu yang selalu ingin membantu atau mengambil alih pekerjaan temannya, agar disenangi banyak orang. Dan membuktikan kalau ia bekerja keras dari orang lain.

Gak jarang juga stres menghadapi ekspektasi tersebut, membuat anak pertama sering merasa depresi. Mereka merasa gak punya tempat untuk bercerita, karena nanti pasti akan dianggap lemah.

Seperti penelitian Ajay Risal dan Hema Tharoor yang berjudul Birth Order and Psychopathology (2012) berhasil mengungkap, para anak pertama di keluarga lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental ketimbang adik-adiknya, terutama skizofrenia. Mereka berpotensi terpengaruh secara signifikan karena harus memikul sebagian besar tekanan dan beban tanggung jawab keluarga. Selain itu, kebanyakan pengidap dissociative disorder alias kepribadian ganda juga merupakan anak pertama.

Berat memang menjadi anak pertama. Untuk itu bagi kamu, atau orang terdekatmu yang menjadi anak pertama, peluklah mereka. Katakan kalau kalian sudah bekerja keras. Katakan kalau kalian juga berhak untuk bahagia. Sama seperti Seok-ryu yang punya Seung-hyo untuk menjaga dan tetap membuatnya bahagia.

Peluk jauh untuk semua anak pertama!



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *